Kisah Ewak, Petani Milenial di Manggarai: Jangan Tidur di Waktu yang Kosong

Selasa, 14 Desember 2021 11:42 WIB

Penulis:redaksi

Ewak,  seorang petani milenial di Manggarai, NTT.
Ewak, seorang petani milenial di Manggarai, NTT. (Jivansi)

MINIMNYA lapangan pekerjaan bukanlah tantangan bagi sebagian orang. Malah, bagi orang tertentu, tantangan dan persaingan dalam dunia kerja merupakan sebuah motivasi yang kemudian disulap menjadi sebuah peluang dalam menghadirkan dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan aneka kreasi.

Begitu banyaknya produk sarjana yang terlahir dari rahim kampus di Indonesia, justru terkesan mempersempit ruang kerja dan menambah angka pengangguran yang ada negri ini.

Kondisi ini kian diperparah ketika diamati bahwa tidak banyak orang di negri ini yang berani mendirikan perusahaannya sendiri meskipun sekedar untuk menghidupi dirinya ataupun juga kehidupan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidak banyak pula sarjana yang berhasil menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri.

Berbeda dengan Oktavianus Evaldus Putar, seorang pemuda kelahiran 3 Oktober 2000 asal Kampung Golo, Desa Golo, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai. Evaldus Putar yang akrab disapa Ewak itu sudah dibilang berhasil dan sukses lantaran menciptakan perusahaannya sendiri. 

Berkat kegigihan dan ketekunannya, Ewak berhasil meraup rejeki hingga angka jutaan rupiah dengan muda. Lantas, apa yang menjadi rahasia Ewak, seorang petani milenial yang kini berdomisili di Kampung Golo tersebut.

Saat membuka percakapannya dengan Floresku.com, Ewak dengan wajah ceria dan penuh keyakinan mengatakan, jangan pernah lelah untuk berkarir di perusahaanmu sendiri dan jangan tidur di waktu yang kosong sebab yang menentukan besar kecilnya hasil keringatmu adalah dirimu sendiri.

Hal tersebut diungkap Ewak sekedar mengisyaratkan dan mengingatkan betapa penting dan berharganya waktu dan kesempatan yang terberi dalam hidup. 

Karena itu, Ewak yang terlihat sangat sederhana dan rendah hati tersebut mengajak semua orang muda untuk mengisi waktu yang terberi dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan tentunya mendatangkan kebaikan dan rejeki, baik bagi diri sendiri maupun juga orang-orang yang ada di sekitar.

"Berbuatlah dan berkaryalah pada waktunya. Hingga waktunya akan menunjukkan buah dari setiap perjuangan", imbuh Ewak.

Lebih lanjut, pemuda tamatan SMA Karya Ruteng itu mengisahkan bagaiman dirinya mulai menekuni perusahaan hortikultura di kampung halamannya sejak awal tahun 2020 yang silam.

Sebagaimana diakuinya, pekerjaan hortikultura yang ia tekuni merupakan investasi terbesar di bidang pertanian. Lantaran, dari perspektif pasar ia menilai begitu banyak orang yang membutuhkan sayuran.

"Saya menekuni pekerjaan ini sejak awal tahun 2020. Saat itu, saya berpikir bahwa tidak ada orang yang tidak butuh sayur. Semua orang butuh vegetarian. Karena itu, jika ada konsumen, maka sebaiknya saya menjadi produsen saja dengan kemampuan dan waktu yang saya miliki. Dan memang awalnya sangat sederhana dan masih mendapatkan keuntungan sekitar belasan juta rupiah dari hasil penjualan hortikultura ini. Tentu hasil itu saya peroleh hanya dalam waktu 5 bulan", cetus Ewak.

Dari hasil hortikultura ini, masih kata Ewak, saya bisa menabung dan mengembangkan berbagai usaha seperti, kios sembako, pelihara ternak, beli sepeda motor dan membatu keluarga dalam berbagai bidang Kebutuhan tertentunya.

"Untuk tahun 2021 ini, saya belum bisa memastikannya sebelum saya membuka catatan hasil panen dan penjualannya. Pastinya lebih dari tahun sebelumnya", sambung Ewak.

Lebih jauh, anak ketiga dari pasangan suami istri, Bapak Isidorus Putar dan Mama Katarina Sedai ini mengungkapkan rasa optimisnya untuk menjadikan perusahaan hortikultura miliknya menjadi investasi terbesar bagi keluarganya. Meski demikian, dengan kesadaran penuh, ia juga mengakui bahwa rejeki dan kegigihannya dalam pengembangan hortikultura ini tidak terlpeas dari campur tangan Tuhan dan juga dukungan dari orang tua dan kakanya. Karena itu, dirinya menitipkan ucapan syukur dan terimakasih atas semuanya itu.

"Terimakasih kepada Sang Empunya kehidupan. Semoga tahun-tahun berikutnya semakin Joss. Dan terimakasih juga biat bapak dan mama serta kakak saya yang sudah mensuport saya dengan caranya masing-masing", tandas Ewak.

Minimnya Perhatian Pemerintah Manggarai

Ketika disentil tentang campur tangan dan perhatian pemerintah dengan usaha yang ditekuninya sebagai pengakuan atas petani Milenial, Ewak dengan tegas mengatakan bahwa hingga saat ini tidak pernah ada.

"Hingga kini tidak pernah ada Pak. Saya hanyalah petani milenial yang tidak ingin diperhamba oleh sistem yang belum menjanjikan. Jika sistem petani milenial dapat menjanjikan usaha saya, maka saya siap bergabung dan siap mengikuti sistem yang ada. Jika tidak, maka saya tetap seperti adanya saat ini yang menjalankan usaha pengembangan hortikultura," pungkas Ewak.

Informasi yang dihimpun Jurnalis media ini diketahui bahwa saat ini Ewak sedang mengembangkan tanaman cabai rawit, lombok, terung panjang, Parea, kacang panjang dan masih banyak tanaman kecil lainya. (Jivansi). ***