babi
Kamis, 01 Juni 2023 12:27 WIB
Penulis:redaksi
DI SEBUAH pantai, beberapa ekor kerang kecil sedang bermain-main dengan ombak pantai yang kecil yang terlihat 'ramahh dan tenang. Namun, tiba-tiba datang sebuah gulungan ombak besar. Ombak besar dan ganas itu memecahkan diri secara kasar membuat si kerang kecil terhempas dan menjerit kesakitan.
Rupanya, ombak yang menerjangnya membawa pasir laut yang tajam masuk ke dalam tubuh di cangkangnya.
Kerang kecil itu pun mengadu pada ibunya.
Sambil terus menangis, ia berkata pada ibunya, “Tolong aku,bu. Pasir tajam ini benar-benar menyiksaku. Tolong keluarkan benda kecil ini dari dalam tubuhku. Aku ingin kembali bebas bermain-main dengan kawan-kawanku.”
Sang ibu merasa kasihan. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya nasihat yang mampu diucapkannya.
“Anakku, kita ini terlahir tanpa tangan. Jadi, terima saja pasir yang masuk ke dalam tubuhmu. Coba tahan rasa sakit itu. Ibu tahu, itu tentu sangat menyakitkan. Tetaplah semangat dalam melawan rasa pedih yang pasti bakal menyiksamu lagi. Untuk mengurangi rasa sakit itu, balutlah pasir itu dengan getah lembut yang keluar dari dalam tubuhmu. Hanya itu satu-satunya jalan yang bisa kamu lakukan saat ini,” hibur ibu kerang sembari terus mencoba menenangkan anaknya.
Hari itu berlalu menjadi hari yang amat menyakitkan bagi kerang kecil.
Nasihat ibunya sudah dituruti. Namun, sakit akibat tusukan sudut tajam pasir itu terus menyiksanya. Begitu seterusnya.
Saat sakit masih menyiksa, saat itu pulalah si kerang kecil terus berusaha membalut pasir itu dengan getah lembut yang dimilikinya.
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, si kerang kecil harus menahan siksaan yang sangat pedih. Namun, karena memang hanya itulah satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit, maka si kerang kecil terus berupaya bertahan.
Hingga, suatu hari, balutan getah itu rupanya makin hari makin membentuk adukan padat yang lembut.
Tanpa disadari si kerang, dalam perjuangannya meredakan rasa sakit, getah yang dimilikinya mampu membungkus pasir itu hingga akhirnya mengeras dan membentuk bulatan kecil yang halus.
Rasa sakit yang dulu tiap hari dirasakannya pun mulai menjadi sesuatu yang biasa. Sehingga, setiap hari si kerang terus berusaha untuk mengeluarkan getahnya agar rasa sakit itu terus makin berkurang. Begitu seterusnya.
Lama-kelamaan, adukan padat dari balutan pasir itu rupanya menjadi sebuah mutiara cantik, besar, dan indah.
Bentuknya yang bulat utuh sempurna membuat mutiara itu menjadi salah satu mutiara paling indah yang pernah ada.
Sehingga, saat kerang kecil teman-temannya hanya dihargai sebagai makanan laut rebus, ia memiliki harga sangat mahal yang dicari-cari keindahan mutiara di dalamnya.
***
Rasa sakit yang dulu menjalarinya, kini telah berubah menjadi sebuah penghargaan yang luar biasa atas kecantikan mutiara yang dihasilkannya.
Ujian dan kesulitan adalah hal yang lumrah dalam hidup. Tapi, kita sering kali merasa kecewa saat-saat hal tersebut datang kepada kita. Bahkan tak jarang, seolah-olah kita merasa penderitaan seperti tak ada akhirnya.
Saat tantangan dan halangan datang, coba bertahanlah. Lakukan yang terbaik untuk tetap berjuang. Kerahkan segenap kekuatan untuk memperbaiki keadaan.
Jika kita terus dan mampu bertahan, berjuang, berkarya, dan bekerja semaksimal yang kita bisa, niscaya, mutiara indah kehidupan akan datang.
Selamat merayakan Hari Pancasila…
Selamat berpekan ria bersama semua orang yang anda cintai. Tuhan memberkati. Pax et bonum.
P. Ferry N Plato SVD - Padre Rafael, SVD. ***