Goa
Rabu, 08 September 2021 14:03 WIB
Penulis:MAR
JAKARTA (Floresku.com) - Pandemi COVID-19 belum usai, negara bagian Kerala di India Selatan justru baru saja melaporkan kematian dari wabah baru virus Nipah, setelah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal dunia karena penyakit menular tersebut pada hari Minggu.
Mengutip dari laman The Independent, setidaknya juga ada dua petugas kesehatan yang telah terinfeksi di negara bagian tersebut.
Kematian tersebut merupakan kasus pertama yang dilaporkan dari penyakit yang disebabkan virus Nipah, di mana mendorong negara bagian tetangga untuk masuk ke dalam keadaan siaga.
Penyakit akibat virus Nipah, diketahui disebabkan karena mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh hewan, kebanyakan yaitu kelelawar. Virus ini juga memicu tingkat kematian yang tinggi, mulai dari 40 persen hingga 75 persen.
Pejabat kesehatan setempat menduga adanya satu kemungkinan sumber infeksi yaitu buah rambutan yang dikonsumsi oleh penduduk setempat. Kini para pejabat berusaha untuk mengidentifikasi, apakah infeksi dibawa melalui buah setelah kelelawar mengkontaminasi buah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Hindustan Times.
Pejabat juga telah mengidentifikasi 18 anggota keluarga dan kerabat yang melakukan kontak dengan anak laki-laki berusia 12 tahun yang terinfeksi, dan mengkarantina 150 kontak sekunder. Pejabat dari Pusat Pengendalian Penyakit Nasional Delhi telah mencoba mengidentifikasi buah-buahan yang mungkin dikonsumsi anak laki-laki itu dan hewan apa pun yang dapat berinteraksi dengannya.
Penduduk setempat telah disarankan untuk mengikuti protokol setelah pemerintah Kerala menyatakan daerah di sekitar rumah korban sebagai zona penahanan dan memberlakukan aturan seperti lockdown dalam radius tiga kilometer.
Kasus virus Nipah ini telah menimbulkan kekhawatiran wabah penyakit setelah wabah COVID-19, di mana Kerala menyumbang setidaknya 50 hingga 60 persen kasus COVID-19 harian negara tersebut.
Menurut penjelasan dari WHO, Nipah sendiri merupakan suatu virus zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Virus ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sudah ditularkan secara langsung antar manusia dalam beberapa kasus.
Virus Nipah juga telah menyebabkan berbagai penyakit. Beberapa pasien mengalami asimtomatik, tetapi ada juga yang menunjukkan gejala gangguan pernapasan akut dan ensefalitis fatal. Virus Nipah juga diketahui telah menginfeksi sejumlah hewan, terutama babi yang berdampak pada perdagangan ternak lokal di antara para petani.
Sebelum itu, virus Nipah telah ditemukan di Malaysia, sekitar tahun 1999 di antara peternak babi. Kali kedua virus Nipah berkembang biak adalah pada tahun 2001 di Bangladesh yang merupakan tetangga dari India. Beberapa negara lain juga dikatakan berisiko, karena bukti virus telah ditemukan pada beberapa spesies kelelawar yang ditemukan di negara-negara seperti Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.
Penyakit yang disebabkan karena virus Nipah ini dibawa oleh kelelawar buah dari famili Pteropodidae, khususnya spesies dari genus Pteropus yang merupakan inang alami virus Nipah. Penyakit ini dapat ditularkan antara hewan, hewan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi dan di antara manusia melalui kontak langsung.
Menurut WHO, seseorang yang terinfeksi Nipah awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah dan sakit tenggorokan. Gejala tersebut bisa diikuti oleh pusing, kantuk, kesadaran yang berubah dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.
Orang yang terinfeksi juga mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan parah, termasuk gangguan pernapasan akut. Ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang parah, berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Interval dari infeksi hingga timbulnya gejala pertama diyakini jatuh antara empat dan 14 hari. Dalam kasus tertentu, masa inkubasi virus selama 45 hari juga telah dilaporkan.
Setelah tertular, beberapa orang tetap tanpa mengalami gejala dan sebagian besar yang selamat dari virus Nipah sembuh total, yang lain telah melaporkan kondisi neurologis jangka panjang.
Akan tetapi, hingga saat ini,tidak ada obat atau vaksin yang dirancang khusus untuk melawan virus Nipah.
Untuk pencegahannya, menurut WHO yaitu jika ada tempat hewan yang diduga terdapat wabah, maka harus segera dikarantina, pemusnahan hewan yang terinfeksi dengan pengawasan ketat saat penguburan dan pembakaran bangkai, untuk mengurangi risiko penularannya ke manusia. Pergerakan hewan dari peternakan yang terinfeksi ke daerah lain harus dibatasi atau dilarang untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Manusia juga dapat menghindari risiko penularan melalui buah atau produk buah yang terkontaminasi dengan cara mencucinya sampai bersih dan mengupasnya sebelum dikonsumsi. Buah-buahan dengan tanda-tanda gigitan kelelawar harus dibuang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 08 Sep 2021
2 bulan yang lalu