Menuju Meju e Versus Seka Talo (sekadar bola liar menuju Final ETMC Ende 2025: PSN Ngada vs Persena Nagekeo)

Jumat, 05 Desember 2025 08:23 WIB

Penulis:MAR

Editor:MAR

Kons Beo, SVD

Ssssst Perse Ende, tolong minggir sudah ko! Untuk para pendukung fanatiknya tak usah lagi makan hati berkecewaan panjang. Mungkin saja saat-saat ini Stadion Marilonga ditatap penuh pedih. Tuan Rumah tumbang! Kena aksi rore di rumahnya sendiri, dan di hadapan suporter sendiri lagi. Pun pas di tambahan waktu menit-menit akhir." Sedih memang. 
Mimpi indah Gunung Iya - Meja - Wongge menuju Final senyap tersapu gemuruh ombak laut Sawu. Mungkin karena itulah tangis Adi Atep, sang Kapten Perse Ende terlihat penuh pilu.

Terlalu ko eja Oan Tegu. Gol tunggalnya itu jadi sebab utama Marilonga senyap membisu. Kuyakin Pak Bupati Ende, Tote Badeoda, juga larut dalam sedih dan kecewa. Saya coba berhalu mungkin saja Bapa Uskup Maumere, Mgr Ewald,  kirimkan SMS hiburan. Demi tenangkan hati Pak Bupati Tote, teman kelasnya di Seminari Mataloko itu. "Keduanya pernah jadi andalan kesebelasan  Seminari Mataloko di eranya."

Sudahlah! Kisah Desember kelabu Perse Ende tak usah dikorek-korek lagi. Mari tatap laga Final Bapa-Anak, PSN Ngada vs Persena Nagekeo. Mungkinkah PSN akan tanamkan lagi supremasinya di jagat sepakbola NTT? Sudah delapan kali jadi juara ETMC. Dan tentu saja, kali ini pun jadi kesempatan emas untuk tunjukan betapa saktinya spirit meju nya. Punya 'mental juara' yang tebal, menggumpal dan membeku. Oh ada bisik-bisik, katanya "meju" itu sebenarnya bahasa atau kata dari Om Dami Ria, seorang pemain PSN Ngada di masanya. Demi bakar semangat kawan-kawan sekebelasan PSN, Om Dami selalu bersuara "Meju, Meju...." Lalu ceritanya kemudian berkembang. Diartikan sebagai 'mental juara' (meju).

Bagaimana pun, tidak kah dari wilayah Ngada itu sering terdengar umum ungkapan 'Oba Baì). Istilah yang  diterjemahkan dalam rasa bahasa yang OK 'mati punya.' Teknik 'maen bolanya PSN benar-benar oba baì.' Tidak ada obat memang.

Itu mau lukiskan betapa indah, menarik, pesona penuh pikat, cantik, variasi irama permainan dan di atas semuanya 'main gagah, indah ngeri mati punya. Itu sekedar lukiskan 'oba bai' untuk PSN Ngada di gelanggang sepak bola. Sekiranya saya keliru bahasakan 'oba baì' saya yakin ibu Mery, ibu wakil bupati Ende, fans berat PSN Ngada, bakal koreksi saya.

'Sedari dulu punya itu' pemain PSN itu punya skil dan fisik yang OK. Oh iya, teringat lagi goresan kecil dari seorang teman tentang pemain-pemain PSN di kala itu. Di WA Group angkatan kami Seminari Mataloko  1980 - 1986, dia 'hafal ngeri' nama-nama pemain PSN di kala itu. Dia pengamat sepakbola yang OK juga. Tapi, sssst tolong jangan tanya saya apakah teman kami itu terbilang juga pemain bola? Saya yakin untuk pertanyaan nakal ini, teman saya Abraham Runga hanya beri kode "Hmmmmm."

Mari lanjut... Untuk Pemda Ngada, berikut masyarakatnya, kepada masyarakat Nagekeo, mungkin saja punya prinsip jelas tegas. "Untuk Nagekeo, kami daerah Ngada memang Kabupaten induk, asal. 'Yang jadi rahim untuk lahirkan Nagekeo. Sebagai ibunda kami telah relakan segalanya yang terbaik, demi Kabupaten Nagekeo! Tetapi, tidak untuk perhelatan Final ETMC 2025 ini. Kami harus tetap jadi Raja Sepakbola NTT. Tak ada itu dinasti-dinasti dalam sepakbola!"

Tapi, bola itu bundar, Bro! Jangan anggap enteng Persena. Spirit Seka Talo diam-diam sudah tunjukan khasiatnya. Perse Ende sudah kena rore; Persedaya Sumba Barat Daya dibuat tak berdaya. Kini, di Final yang segera akan berlangsung (Jumat, 05 Des 2025) Anak Persena  akan tunjukan kedewasaannya dalam Sepakbola. Sudah waktunya Bapak PSN tahu bahwa 'darah sepakbolanya' juga sudah mengalir ke Mbay.

"Meju" dan "seka talo" segera saling menantang. Oh iya, omong punya omong, "seka talo" punya arti seperti apa? Mr Geogle punya narasi begini, "Seka Talo datang dari istilah tinju adat (Etu) khas Nagekeo. Motto itu membakar semangat para petarung untuk bermental sebagai sungguh petarung." Juga katanya, _seka talo itu bernarasi tentang hal yang tak bisa dibendung, tak bisa dihadang atau dilerai lagi.

Dan bayangkan saja saatnya nanti para pemain Persena Nagekeo bakal sungguh-sungguh 'Seka Talo,' sulit untuk dilerai, ditahan, dihadang untuk maju dan terus maju. Menggempur PSN dari sekali titik dan sudut. Iya, itu tadi. Gara-gara spirit "seka talo," sulit terbendung itu, mitos  pemain kedua belas untuk tuan rumah Perse Ende dibuat membisu. Akan kah pula 'mitos jawara sepakbola NTT untuk PSN Ngada bakal gugur pula.?' Lihat sajalah nanti. Banjirilah stadion Marilonga, toh harga tiket final sudah disesuaikan dengan harapan dan keluhan publik....

Oh ini ada satu komen aneh! Begini... 'Anak-anak Persena Nagekeo ini memang bakal sulit dibendung, "Seka Talo!" Namun, bisa dibendung dengan satu syarat saja! Itu sekiranya 'bendungan Lambo' sudah berfungsi penuh. Tanpa ada lagi kemelut sana-sini....
Tapi masakan demi 'seka talo,' bendungan Lambo mesti bertahan di ketersendatannya....
Wah, koq bisa ya dari Marilonga bisa melata sampai soal bendungan Lambo?

Bagaimana pun, yakinlah PSN sudah tak sabaran masuk area final, stadion Marilonga.  Di final EMTC 2017, di Marilonga itu, PSN Ngada rasakan pahitnya kekalahan melawan tuan rumah Perse Ende. Final yang berujung kericuhan.

Yakinlah! Saat ini para suporter PSN dan Persena siap-siap menuju Marilonga. Ajang pesta final sudah disiapkan. Entahkah PSN bakal juara untuk ke sembilan kalinya? Ataukah Persena bakal larut dalam kemegahan "We are the champion, my friend...." untuk pertama kalinya...
Yang jelas  Piala El Tari Memorial Cup untuk tahun 2025 akan bergerak pasti dari Kota Ende menuju arah barat,  terus hingga pertigaan atau cabang Aegela! Entahkah Piala itu bakal belok ke arah kanan menuju Mbay? Atau kah 'lurus terus dia menuju kota Bajawa?'

Bagaimana pun itu semua tergantung dari berdaya magisnya atau 'meju dan oba baì' atau kah 'seka talo...'
Yang jelas, kepada Gunung Iya di Ende, Ebulobo dan Inerie hanya titip harapan: 'Tolong jaga anak-anak kami untuk pertontonkan permainan yang berkelas. Penuh sportif. Tidak 'maen kuda kayu asal raù kaki lawan... Bikinlah isi stadion bergemuh kagum. Bukan teriakan atau pekikan kemarahan, caci maki dan sumpah serapa, dan apalagi sampai perseteruan fisik...'

Selamat berfinal asyik dan berdaya pikat 'yang tidak ada obat memang dan tak terbendung keindahannya.'

Verbo Dei Amorem Spiranti
Collegio San Pietro - Roma