flores
Kamis, 20 November 2025 16:02 WIB
Penulis:redaksi

DHAKA, BANGLADESH (Floresku.com) – Para pemimpin Katolik Bangladesh menyampaikan penolakan keras atas hukuman mati yang dijatuhkan kepada mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina dan mantan Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan oleh International Crimes Tribunal Dhaka.
Keduanya dinyatakan bertanggung jawab atas penumpasan demonstrasi mahasiswa tahun lalu yang menewaskan ratusan orang dan berujung pada runtuhnya pemerintahan Hasina yang telah berkuasa selama 15 tahun.
Hasina melarikan diri ke India pada 5 Agustus 2024 menyusul gelombang protes besar-besaran yang melumpuhkan negara. Ia dan Khan divonis mati in absentia, sementara India menolak mengekstradisi mereka. Seorang mantan kepala polisi dijatuhi hukuman lima tahun penjara setelah menjadi saksi negara.
Pastor Hubert Liton Gomes CSC dari Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja Bangladesh menegaskan bahwa Gereja Katolik menolak hukuman mati dalam kondisi apa pun. Ia mempertanyakan proses hukum yang dinilai terlalu cepat dan tidak memberikan kesempatan pembelaan yang memadai bagi Hasina.
Di sisi lain, publik menunjukkan reaksi beragam. Di beberapa kota, termasuk Dhaka, warga turun ke jalan merayakan putusan tersebut. “Kami akan lebih senang jika hukuman mati benar-benar dilaksanakan,” ujar seorang warga bernama Tamim.
Pemerintah interim menyebut putusan itu sebagai langkah bersejarah, namun tetap meminta masyarakat menjaga ketertiban. Dari pengasingannya, Hasina menuding putusan tersebut bersifat politis dan bertujuan menyingkirkan Awami League dari panggung politik.
Pemerintah Bangladesh juga telah meminta India mengekstradisi Hasina sesuai perjanjian dua negara. Hasina, 78 tahun, hanya dapat mengajukan banding jika menyerahkan diri atau ditangkap dalam 30 hari ke depan. (Sandra)***
8 bulan yang lalu