sejahtera
Sabtu, 19 Oktober 2024 21:13 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule SVD
Manusia sepanjang zaman selalu berusaha mencari kedudukan dan jabatan. Bahkan ada yang berambisi untuk mendapatkan jabatan atau kedudukan tertentu dengan cara apa pun.
Perikop Injil Mark 10:35-45 melukiskan tentang permintaan kedua rasul bersaudara, Yakobus dan Yohanes, agar diperbolehkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak dalam kerajaan-Nya.
Kelihatannya keduanya tidak paham akan permintaan mereka karena hanya fokus dengan kemuliaan Yesus. Mereka juga keliru memahami kemuliaan Yesus.
Mereka sangka masuk dalam kemuliaan berarti menduduki jabatan sebagai raja duniawi. Itulah sebabnya mereka ingin menjadi kaki dan tangan Yesus. Mereka ingin duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus.
Karena itu, Yesus mengingatkan mereka tentang arti sebenarnya menjadi yang terbesar dan yang pertama atau menjadi orang penting dalam kerajaan Allah, yakni siap untuk melayani.
Mungkin mereka berambisi menjadi pemimpin yang dihormati atau pemimpin yang mau memegahkan diri dan mendapatkan kemudahan-kemudahan lainnya.
Memang dalam kerajaan Allah kelak Yesus akan menjadi raja dan pemimpin, tetapi bukan untuk diagung-agungkan, melainkan untuk menjadi hamba dan pelayan semua manusia.
Yesus berkata, "Putera Manusia pun datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang", (Mak 10:45).
Tetapi, apa yang dimaksudkan dengan hamba atau pelayan menurut Yesus?
Nabi Yesaya memahami hamba Allah sebagai orang yang dipilih dan diutus untuk membangun suatu dunia yang penuh keadilan dan kebenaran.
Dan, seorang hamba Allah mesti menghadapi banyak penolakan, perlawanan dan pertentangan, yang berpuncak pada penyiksaan dan penyerahan diri sebagai kurban penghapus dosa.
Dan, Yesus adalah satu-satunya Hamba Allah dan Imam Agung yang rela menyerahkan diri-Nya, menderita dan mati di salib. Tetapi, pada hari ketiga Dia bangkit dan hidup.
Melalui misteri agung inilah semua orang beriman mengalami pembebasan dari dosa dan selamat.
Sebagai pengikut Yesus kita dipanggil untuk berjalan di belakang Yesus. Kita mau hidup, bersikap dan berlaku seperti Yesus. Kita mau meneladani Yesus.
Yesus menjadi Hamba yang merendahkan Diri dan rela berkorban untuk kebahagiaan dan keselamatan manusia. Yesus melupakan kepentingan dan keagungan-Nya. Ia menjadi Hamba yang menderita.
Kita pun hendaknya rela berkorban dan mau berkarya untuk melayani kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita mesti lupakan diri, rendah hati dan menyangkal kepentingan diri, keluarga atau kelompok.
Seorang hamba sejati tidak boleh mencari hormat dan nama besar. Sebab orang yang mencari kedudukan, hormat dan pengakuan orang cenderung mencari kepentingannya sendiri.
Ia selalu menuntut pengakuan, apresiasi dan ucapan terima kasih. Apabila tidak mendapat perhatian atau ada kekeliruan dalam hal sapaan, sebutan gelar atau ucapan terima kasih, maka akan mudah tersinggung, cemberut dan kemarahannya akan meluap-luap.
Kita berkomitmen menjadi hamba dan pengikut Yesus yang senantiasa siap untuk melayani. Semoga. Amen! (Bacaan: Yes 3:10-1; Ibr 4:14-16;/Mark 1:35-45).
Kewapante, Munggu 20 Oktober 2024