Puisi
Sabtu, 06 Agustus 2022 22:11 WIB
Penulis:redaksi
Dalam suasana keheningan ini kembali kubaluti hati berselimutkan mentari berpuisikan kata-kata syahdu yang sarat akan makna.
Tentang kini dan nanti, masih mampu Aku memastikannya? Ya, Aku masih berpikir dan terus bertanya dalam benakku akan duniaku yang semuanya ringkas menyerpih hidupku dalam deretan waktu yang tak pernah diurai
Aku berjalan dan membawa si maya tanpa menoleh lorong sunyi itu untuk berjumpa dengan si Dia
saban waktu aku kuat bertaji dengan si maya entah sampai kapan?
Tiba di lorong itu pun hatiku mengendus nanar
mudah-mudahan sebentar bukan si Maya yang bergetar namun ragaku yang bergetar akan suara sabda yang keluar dari mulut Sinagoga
di lorong sunyi itu, orang-orang sudah menungguku dan Aku pun segera berlari menuju kamarku untuk sejenak memelas rasa rinduku untuk si Dia
setelah tiba di kamarku itu, Aku mendengar si maya berbunyi
ribut, riuh, Aku pun menggamit gugup lantaran tetangga kamarku menggerutu lantaran menganggapku lupa waktu
sejenak si Maya berhenti membuat keributan namun si Maya meninggalkan pesan dengan tertawan Aku pun membuka pesan itu
pesanya berbunyi: tak henti—hentinya aku menunggumu sayang
Mendengar ucapan itu semangatku terpacu.
Bisikku dalam hati: si Maya selalu memancarkan gairah rindu
di saat-saat serupa Aku dikagetkan oleh dentingan lonceng yang menandakan Aku harus pergi untuk berjumpa dengan si Dia
sesudah itu kubiarkan pesan dalam si maya itu disapa berkali-kali
dalam pikirku aku menyimak hal tak pernah selesai: si Dia dirindu dimana-mana akan tetapi kutanyakan lagi kepada si Maya. Aku harus selalu pergi.
*Pilipo Alexandro Liko adalah seorang mahasiswa semester 7 di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero Maumere, sekarang tinggal di Ritapiret. Ia pecinta sastra dan sering menulis puisi dan dipublikasikan di media-media online. Penyair Indonesia yang dikaguminya adalah Joko Pinurbo.