Lakalantas
Jumat, 18 Agustus 2023 06:22 WIB
Penulis:redaksi
ENDE (Floresku.com) -- Untuk meriah-ramaikan HUT ke-78 Republik Indonesia (RI), warga desa Wolotolo, kecamatan Detusoko, kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar lomba tarian tradisional massal (gawi).
Perlombaan gawi mempertemukan empat (4) kelompok gawi yang datang dari 4 dusun.
Kepala Desa (Kades) Wolotolo Fransiskus Desales Soba mengatakan, perlombaan gawi digelar dengan berbagai alasan dan pendasaran.
Selain untuk mengisi hari kemerdekaan, lomba gawi juga digelar dengan alasan dan pendasaran kultural.
"Tahun ini kita merefleksikan tema HUT RI 'Terus Melaju untuk Indonesia Maju'. Untuk maju, kita harus bersatu. Tarian gawi adalah tarian tradisional yang memperlihatkan persatuan dan kekompakan. Semoga kita selalu kompak dan bersatu," ujar kades Vester--demikian dia biasa disapa-- di sela-sela perlombaan gawi di dusun Sokopeji, Wolotolo.
Vester mengatakan, Indonesia Maju hanya bisa dibayangkan kalau warga bisa bersatu. Orang Ende-Lio memiliki salah satu produk kebudayaan seperti tarian gawi yang membawa pesan sangat kuat tentang persatuan dan kekompakan.
Vester menjamin, perlombaan gawi akan digelar sebagai acara rutin setiap tahun untuk meramaikan ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia.
Mutu perlombaan akan terus dibenah ke depan. Tahun ini, kelompok tarian gawi dari Dusun Detuwena keluar sebagai juara. sementara itu, posisi kedua dan seterusnya diraih oleh dusun Watumoda, Kengga dan Sokopeji-Namu.
Senada dengan Kades Vester, tokoh adat Wolotolo, Venisius Papa mengapresiasi inisiatif kedes dan segenap warga Wolotolo yang telah menampilkan perlombaan gawi yang sangat bagus.
Venisius berharap, perlombaan gawi ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dan anak-anak untuk mencintai budaya lokal orang Lio.
"Semua telah menjadi juara. Ke depan, semoga semakin banyak yang bisa terlibat dalam perlombaan seperti ini," kata Venisius.
Venisius menambahkan, kegiatan-kegiatan untuk mengisi kemerdakaan seperti ini memang harus menampilkan hal-hal yang unik dari daerah serentak mendidik generasi muda.
"Kita semua bertugas untuk melestarikan budaya kita sendiri," ujarnya.
Ditemui di tempat yang sama, praktisi kebudayaan Agustinus Tetiro mengaku, perlombaan gawi antar-dusun yang digelar di Wolotolo telah menjadi titik awal untuk memperkuat kesadaran dan penghayatan kemerdekaan yang datang dari daerah. kebudayaan Ende-Lio memiliki banyak produk kesenian yang harus terus dilestarikan.
"Refleksi tentang kemerdekaan sejak dahulu selalu dalam hubungan dengan kehidupan masyarakat lokal tertentu. Tarian gawi sebagai produk kebudayaan tentu saja memiliki sejumlah nilai yang bisa dipetik, terutama tentang persatuan dan kekompakan," jelas Agustinus.
Dia berharap, ke depan, para perangkat desa dan warga bisa menemukan mata lomba lain,selain gawi, agar semakin banyak generasi saat ini mengenal sejumlah produk kebudayaan.
"Kita butuh banyak wadah untuk ekpresi kesenian dan kebudayaan. Momen-momen perlombaan saat Agustusan seperti ini perlu dioptimalkan untuk sosialisasi literasi kebudayaan," pungkasnya. (SP). ***