Tuhan
Jumat, 30 Desember 2022 09:58 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
BERSYUKUR ATAS KEBAIKAN TUHAN YANG TAK TERBATAS
1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)
Pada suatu malam seorang lelaki barmimpi bahwa dia sedang berjalan menyusur pantai bersama dengan Tuhan. Dalam perjalanan itu terlukis dalam pikirannya semua perisitwa hidup masa lalunya.
Setiap kali dia melihat ke belakang, ada dua pasang jejak telapak kaki di pasir, satu pasang adalah jejak kakinya dan sepasang lainnya milik Tuhan. Dia juga melihat bahwa kadang kala hanya ada sepasang jejak kaki.
Dan ketika dia mengingat-ingat itulah saat-saat yang paling sulit dan menyedihkan yang dialami dalam hidupnya. Maka ia mengeluh katanya, “Tuhan, Engkau pernah berkata kepadaku bahwa Engkau selalu berjalan menyertai aku.
Engkaulah Imanuel, Allah besertaku, setiap saat. Tetapi sekarang saya tahu bahwa justeru di saat-saat yang paling sulit, Engkau pergi meninggalkan saya. Mengapa Engkau berlaku demikian padahal saya sangat membutuhkan uluran tanganMu di saat-saat itu?”
Tuhan menjawab, “Anakku, Aku tidak pernah mennggalkanmu justeru di saat-saaat itu. Kalau engkau hanya melihat jejak satu pasang kaki, maka justeru pada saat-saat yang sulit itulah, Aku menggendongmu”.
Kita berada di penghujung tahun 2022, dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 2023. Mungkin ada yang merasa biasa-biasa saja karena waktu dan saat yang kita tinggalkan serta waktu dan saat yang kita masuki sama.
Ada siang, ada malam, ada hari, pekan dan ada bulan. Itulah pergantian waktu yang biasa dan terulang terus-menerus secara tetap.
Tetapi ada yang merasa bahwa tahun lama yang ditinggalkan telah memberi arti dan pesan kepada setiap orang, sedangkan tahun baru yang akan dimasuki memberikan janji dan harapan tertentu sekaligus tantangan-tantangannya.
Sebagai orang beriman, saya ajak kita untuk melihat pergantian waktu ini dalam kaca mata iman. Kita lihat waktu dan tahun sebagai pemberian Tuhan untuk diisi dengan rencana kerja demi kebaikan dan kesejahteraan manusia serta kemuliaan Allah.
Seperti tokoh dalam ilustrasi di atas yang melihat ke belakang dan ingat kembali semua peristiwa hidup yang telah terjadi, saat ini kita pun diajak untuk melihat kembali ke belakang, menilai dan membuat evaluasi atas hidup dan karya kita sebagai pribadi, keluarga, anggota masyarakat dan umat Allah atau anggota Gereja.
Dan pasti kita temukan bahwa ada keberhasilan-keberhasilan dan juga kegagalan-kegagalan. Kita telah sukses laksanakan rencana kerja tahunan dalam keluarga, paroki atau di tempat usaha dan kerja. Ataupun sebaliknya, kita gagal.
Ada pengalaman-pengalaman luar biasa yang sulit dilupakan, seperti pengalaman rukun dan damai kembali dengan seseorang, entah anggota keluarga atau tetangga yang sebelumnya menjadi musuh, kita tidak saling omong karena marah, rasa cemburu, iri hati, tetapi kini sudah berdamai lagi.
Kita bersyukur karena hampir sepanjang tahun ini Tuhan tetap melindungi dan menjauhkan kita dari ancaman penyakit, bencana alam dan kini Tuhan memberi kesempatan untuk melewati tahun ini serta siap memasuki tahun yang baru.
Kita telah berhasil bangun hidup yang lebih baik sebagai anggota Gereja, seperti lebih rajin berdoa, ke gereja, punya waktu untuk baca dan renungkan Kitab Suci, punya waktu untuk terlibat dalam kegiatan bersama, dll.
Mungkin ada yang dulu suka marah-marah, tetapi mulai lebih sabar dan suka bekerja sama dengan orang yang lain. Dengan demikian, Roh Allah kini menjadi penggerak hidup; Sabda Allah menjadi pedoman hidup; Kristus dan ajaranNya menjadi terang hidup.
Atau mungkin kita temukan kegagalan dan kemalangan sepanjang tahun yang hampir berlalu, seperti alami sakit, kematian seorang anggota keluarga yang sungguh menibulkan rasa kehilangan dan duka, pengalaman tidak diperhatikan dan putus cinta.
Ada yang alami kesulitan di bidang ekonomi, gagal panen, gagal dalam bisnis dan rencana tertentu. Ada yang tidak lulus tes masuk universitas atau gagal tes PNS. Ada yang hidup dalam permusuhan dan perpecahan dengan sesama dan anggota keluarga.
Mungkin ada juga yang tampil sebagai antikristus dan musuh Tuhan sendiri sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan pertama.
Mereka hidup sesuai keinginan sendiri, tidak mentaati perintah Tuhan, suka menciptakan kekacauan dan kegaduhan di dalam masyarakat dan hidup bersama.
Ada yang selalu melihat yang negatif dan sisi gelap dari orang lain, cenderung bersikap seperti lalat yang hanya mau cari yang busuk dan kotor serta menularkan benih penyakit dalam masyarakat.
Ada yang kurang bersemangat dan malas; kurang terlibat secara aktif dalam hidup bersama, tapi suka kritik yang menghancurkan. Ada yang cenderung menjadi sahabat kegelapan, maka ia menjadi anak-anak kegelapan atau “anak-anak setan” dan maut.
Maka tahun 2022 yang hampir lewat sepertinya tidak meninggalkan sesuatu yang berarti apa-apa. Dan malam ini pantas menjadi malam sesal, minta maaf dan tobat yang sungguh.
Tetapi, sekarang bukan waktunya kita saling menuduh, mempersalahkan atau melemparkan tanggungjwab kepada pihak tertentu jika terjadi ketidakberesan dan kegagalan.
Atau ada yang mulai menyombongkan diri karena keberhasilan-keberhasilan dianggap sebagai buah dari kerja keras dan keahliannya dalam mengelola dan merealisasikan rencana kerja.
Malam tutup tahun adalah sekaligus malam syukur dan terima kasih, malam tobat dan minta maaf serta malam niat baru dan mohon berkat Tuhan untuk tahun baru 2023.
Kita mohon ampun atas dosa dan kelalaian kita. Kita mohonkan kekuatan iman, harap dan kasih supaya apa yang gagal dan tidak kita capai selama tahun yang sedang berlalu dapat kita perbaiki dan tingkatkan pada tahun 2023.
Dan semua yang telah baik boleh dipertahankan bahkan dikembangkan sehingga menjadi lebih baik lagi. Semoga tahun 2023 dapat menjadi tanah dan kebun subur yang boleh kita olah secara baik dan penuh tanggungjawab sehingga memberi hasil lebih banyak dan lebih bermutu lagi pada tahun 2024 nanti.
Selamat Tutup Tahun 2022. Syukur kepadaMu, Tuhan dan terimakasih kepada saudara/iku seperjalanan di planet bumi yang sama ini. Tuhan memberkati!
Kewapante, 31 Desember 2022.
P. Gregorius Nule, SVD.