Renungan Katolik, Jumat, 26 Maret 2021: "Quaerèbant ergo Iesum apprehèndere.."

Kamis, 25 Maret 2021 22:41 WIB

Penulis:redaksi

Kobe11.jpg
P Kons Beo

Oleh: P. Kons Beo, SVD
(Pekan Prapaskah V - Sta Ludgerus, St Ireneus)

Bacaan I Yeremia 20:10-13
Mazmur 18:2-3a.3b-4.5-6.7.
Injil Yohanes 10:31-42

Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus… (Yoh 10:39)

TAK nyaman? Tak bahagia? Rasa terancam? Antipati? Maka siap-siaplah untuk hati yang membenci. Terlahirlah rasa tidak suka. Di ujungnya bisa terungkaplah sikap dan tindakan tak bersahabat.  Kasar. Cenderung menyerang. Siap untuk menghancurkan. Penuh sinis dan angkuh.

KEKERASAN, berbagai tindakan menerkam atau pun berbagai ujaran kebencian lahir dari kegerahan rasa. Itulah yang diyakini Freud. Katanya, "Kebencian adalah pernyataan diri yang ingin menghancurkan sumber atau sebab ketidakbahagiaannya".

HATI-HATILAH dengan daya rusak hati penuh benci! Di situ peluru-peluru  permusuhan ditembakkan! Ketika hati sudah tak suka terhadap seseorang, maka apapun yang dilakukannya pasti berada di awan gelap penilaian! Tak peduli entah perbuatan baik sekalipun yang dilakukannya. Apalagi jika yang dilakukan adalah satu perbuatan tercela? 'Pesta pora' aksi penuh benci semakin menjadi-jadi. Strategi untuk menghancurkan segera dirancang.

MENGAPA mesti benci? Selalu tunjuk muka tak bersahabat? Cenderung menyerang? Sedikit-sedikit sekian cepat 'emosi meledak-ledak sembarang'? Kata Nouwen, "Permusuhan itu lahir karena kita miliki sesuatu yang mati-matian kita pertahankan!" Rasa ketidaknyaman terlahir karena sesama, si musuh itu, ternilai sebagai simbol ancaman dan gangguan  dari apa yang (ingin) kita genggam.

MARI kita renung pertanyaan Yesus bagi orang-orang Yahudi, "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?" Kekerasan, sekali lagi,  siap terlahir oleh hati tak suka. Penuh benci itu. Adakah sesuatu yang dipertahankan mati-matian oleh orang-orang Yahudi?

KARENA Yesus penghojat Allah? Karena popularitas dan reputasiNya?  Karena pengaruhNya? Karena ajaranNya mengganggu tradisi? Karena Ia ingin menduduki kursi Musa? Karena jabatan dan kuasa imam besar hendak direbut dan didudukiNya?

SEBAIKNYA, mari tengoklah ke dalam. Debu-debu benci terhadap saudaramu sendiri, tetangga, rekan kerja, bahkan orang serumah, atau pun dengan siapa saja mesti disingkirkan. Jujurlah! Dia dan mereka itu, nyatanya, sedikitpun tak banyak merugikanmu. Lalu? Mengapa engkau tetap saja "melemparinya dengan batu? Dengan kata-kata yang menistakannya"?

ADAKAH sesuatu yang mati-matian engkau pertahankan dan ingin direbut? Apakah karena harta? Kuasa? Pangkat? Jabatan? Atau ambisi yang masih terselubung? Kita memang butuh waktu untuk berteduh hati. Untuk tempatkan kembali hati penuh KASIH. Di dalam seluruh diri.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.