RENUNGAN KATOLIK, Sabtu, 17 April 2021: "Voluèrunt ergo accipere eum in navim" Yoh 6:21

Jumat, 16 April 2021 22:43 WIB

Penulis:redaksi

kateri tekakwitha.jpg
Kateri Tekakwita adalah seorang santa yang berasal dari suku Indian di Amerika Serikat. Ia terkenal dengan sebutan "Bunga Bakung dari Mohawk".

Oleh; P. Kons Beo, SVD
 

(Pekan II Paskah - Sta Kateri Tekakwitha, St Stefanus Harding)

Bacaan I Kisah Para Rasul 6:1-7
Mazmur 33:1-2.4-5.18-19
Injil Yohanes 6:16-21

Mereka mempersilahkan Yesus naik ke perahu..

ADA arah dan tujuan yang jelas. Itulah yang dialami para murid. Walau hari masih gelap. Walaupun laut sedang bergelora. Sementara hati mereka didera rasa takut teramat sangat. Demikianlah lukisan Injil tentang perjalanan ketika hari mulai malam.

SEMUANYA pada saatnya terasa nyaman. Ya, itu tadi, seketika itu juga perahu mereka sampai ke pantai yang mereka tuju. Ada sikap dan tindakan benar yang telah diambil. Para murid mempersilahkan Yesus naik ke perahu. Yesus, kini, bukanlah orang asing di area laut yang bergelora karena angin kencang. Yesus telah menjadi sahabat di perjalanan menuju seberang.

BERJALAN-NYA Yesus di atas air, di saat hari masih gelap, dan laut yang masih bergelora adalah bukti kuasaNya yang nyata! Ia adalah kepastian dari TERANG, KETEDUHAN serta ARAH yang benar dari pelayaran hidup para murid.

GAMBARAN 'hari sudah gelap' dan 'angin dan lautan bergelora' bisa menjadi gambaran arus lemah, suram, dan tak tenangnya jalan hidup kita. Mungkin saja kita terlalu fokus pada 'segalanya' kita. Pada daya pikir, dan segala potensi yang kita punyai. Sayangnya, kita jadi 'lupa' mempersilahkan Yesus masuk ke dalam perahu pelayaran hidup kita.

AKHIRNYA kita jadi sadar. Kita bukanlah segalanya. Bahwa diri kita bukanlah satu jawaban pasti untuk apapun badai kehidupan yang kita alami. Tuhan memberi segala karunia untuk bertumbuh dan  berkembang dalam hidup. Tetapi Ia tahu saat yang tepat untuk mendengar segala rasa takut kita. Bukankah Ia berseru: 'INI AKU, JANGAN TAKUT'?

ADAKAH satu perjalanan  tepat arah saat tetap saja digempur badai laut yang mengamuk dan hari yang makin gelap? Bentuk dan isi kehidupan tanpa Tuhan atau sekedar 'memperalat' Tuhan demi kepentingan sendiri dan sepihak, akan tetap saja akan melahirkan kekerasan, kekacauan, serta ketaknyamanan.

DALAM rana praktis keseharian, sering hati kita jadi tak nyaman. Panik. Penuh gelisah. Kita tak sanggup sertakan sesama dalam pelayaran biduk batin kita. Sesama tetaplah 'orang asing.' Karena terlanjur telah dipakumati sebagai kaum yang bukan kita. Dalam Tuhan, kita tentu menggapai sesama dan dunia secara benar. Dalam perjalanan hidup bersama.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin.