Renungan Katolik, Selasa, 30 Maret 2021: "Dòmine, quo vadis?"

Selasa, 30 Maret 2021 00:04 WIB

Penulis:redaksi

P KONS BEO 2.jpeg
Kons Beo

Oleh: P. Kons Beo, SVD

(Pekan Suci - St Yohanes Klimakus, Sta Roswita)

Bacaan I Yesaya 49:1-6
Mazmur 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17
Injil Yohanes 13:21-33.36-38

Tuhan, ke manakah engkau pergi? (Yoh 13:36) 

JALAN. Apa arti sebuah jalan bila kita tak tahu dari mana kita bergerak, dan ke mana kita tuju? Tetapi, apakah sebuah jalan itu tak hubungkan satu titik awal dan satu titik tuju? Sering jalan cuma itu dan selalu tetap itu. Kita manusia lah yang ciptakan banyak perjalanan!

DI AWAL panggilan sebagai murid, ada suara penuh daya, "Marilah, dan kamu akan melihatnya!" (Yoh 1:39). Kemuridan berarti harus belajar bergerak bersama Tuhan yang adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6). Namun, kini, tibalah saatnya, ketika Yesus tetap menjadi satu pertanyaan akan ke mana pergiNya. Apakah arti dipanggil untuk melihat, yang belum ada kepastian akhir dari perjalananNya?

NAMUN, tentu ujung perjalanan Yesus, sang Guru adalah satu kejelasan dan kepastian. Para murid di suatu ketika pasti akan menggapai tujuan ke mana Dia pergi. Tetapi, sekian banyak tantangan dan cobaan serta ujian kehidupan mesti dilewati dan dialami para murid.

SAYANGNYA, Yudas si Iskariot itu mesti terhenti di jalan suram pengkhianatan (Yoh 13:30). Simon Petrus mesti lewati gelombang penyangkalan. Demi lebih mengenal ke mana Yesus, sang Guru itu pergi. Kisah Petrus tentu  tak lepas pisah dari kata-kata Yesus, "...tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku" (Yoh 13:36). Itulah dorongan dan harapan demi mengikutiNya.

JALAN Yesus, ke mana Ia pergi, tak serta merta sekian terang bagi kita. Kita bahkan tak mengerti sepenuhnya apa arti jalan dan segala kisah yang telah dilewatiNya. Yesus, bagi kita, sepertinya bukanlah satu jawaban 'tertutup' dan 'mati'. Tetapi bagi para murid dan kita sekalian, ke mana Ia pergi tetap menjadi kisah yang terbuka. Untuk terus dimaknai.

DI KISAH perjalanan ke mana Ia pergi, kita bertarung untuk mengikutiNya. Dalam perjuangan penuh keyakinan yang sering pula ditikungi oleh penyangkalan dalam ketidakhebatan kita. Tetapi, KasihNya yang berdaya itu selalu membawa harapan yang  kokoh. Kita hanya perlu tajamkan telinga dan hati untuk mendengar bahwa sungguh: 'ayam telah berkokok' (cf Yoh 13:38). Agar tak terus berlamentasi, "Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan..." Apalagi bila sampai "tak tahu arah jalan pulang"?

TUHAN ke mana Engkau pergi sejatinya adalah gerak hati penuh harapan. Untuk terus berjuang masuk dalam barisan perjalananNya. Terkadang kita sadari Tuhan sungguh hadir di  jalan hidup kita. Tetapi, bukankah terkadang kita banyak merasa kalau-kalau kita dibiarkanNya sendirian? Kita memang masih perlu banyak keteduhan di batin untuk menyelami jalan Tuhan yang mesti terjadi dalam  rentangan peristiwa hidup ini.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhah memberkati.
Amin.