RESING, Rabu, 15 September 2021: Belajar dari Kedukaan Bunda Maria

Rabu, 15 September 2021 14:04 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

rd jul c.JPG
RD Julius Cesar (Dokpri)

RESING: Renungan Singkat
PW. SP. Maria Berdukacita
Rabu Pekan Biasa XXIV
"Belajar Dari Kedukaan Bunda Maria"
Ibrani 5:7-9
Yohanes 19:25-27 atau Lukas 2:33-35

SETIAP tahun pada tanggal 15 September, Gereja Katolik sejagat memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Perayaan ini terjadi sesudah umat beriman Kristiani merayakan pesta Salib Suci. Perayaan Maria ini mulai populer di dalam Gereja Katolik sejak abad ke-XII, dan dimulai oleh para biarawan Benediktin, dan kemudian merambat masuk ke seluruh Gereja semesta. 

Kekayaan iman Gereja ini mendorong Paus Pius X tanpa ragu menetapkan tanggal 15 September sebagai perayaan liturgi resmi di dalam Gereja untuk menghormati kedukaan Bunda Maria.

Bacaan Injil pada peringatan SP. Maria Berdukacita mengisahkan tentang nubuat Simeon ketika berjumpa dengan Yesus, Maria dan Yoseph di dalam bait Allah. Simeon yang penuh dengan Roh Kudus, berkata: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang". 

Nubuat yang disampaikan oleh Simeon ini adalah nubuat tentang penolakan, penderitaan dan kematian Yesus di atas kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Peristiwa Yesus itu akan disaksikan Bunda Maria sendiri dengan mata kepalanya. Betapa sedih hati seorang ibu, ketika harus memandang Puteranya yang sangat dikasihinya harus menderita dan wafat dengan cara disiksa di salib. Bahkan dari atas kayu salib dengan suara yang lembut, Yesus berkata kepada: "Ibu, inilah anakmu",  dan kepada murid yang dikasihNya, Ia katakan: "Itulah ibumu". 

Perayaan SP. Maria Berdukacita mengundang kita semua, warga Gereja untuk memiliki keterbukaan hati terhadap rencana dan kehendak Allah, serta mampu memaknai segala kesulitan, penderitaan, duka dan kecemasan atas hidup dengan cinta yang ikhlas. 

Bunda Maria telah menunjukkan kepada kita cara terbaik untuk menerima semua pengalaman hidup, yakni : "Menyimpan semua perkara Allah di dalam hatinya" tanpa mengeluh, comel, menggerutu ataupun kasak-kusuk.

Sebab itu Bunda Maria berkenan merampungkan semuanya itu dalam satu sikap penyerahan diri yang total, dengan berani berkata: "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut Perkataan-Mu itu". Amin

Salam sukacita kasih dan salam bahagia selalu dari RD. Cesar Reda©️®️ di Habi ... Amapu Benjer - GBU.