Kelimutu
Selasa, 30 Mei 2023 16:34 WIB
Penulis:redaksi
JAKARTA (Floresku.com), – Komunitas Ana Kota Ende (Anakonde) dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila 1 Juni akan menggelar halal bi halal, pada Sabtu, 03 Juni 2023 di Anjungan NTT, TMII.
Acara tersebut akan melibatkan peserta seluruh masyarakat diaspora NTT di Jakarta.
Mengawali kegiatannya, Komunitas Anakonde mengadakan webinar bertema “Pesan dari Ende untuk Bangsaku” yang telah dilaksanakan pada Senin tanggal 29 Mei 2023 dengan menghadirkan pembicara yaitu: Dr. Asep Salahudin, MA, Ulama/Intelektual dan Rektor IAILM Suryalaya, Pater Josef Seran SVD pengelola Serambi Bung Karno di Ende, Rikard Bagun, Anggota Dewan Pengarah BPIP, Dr. Maria Machtildis Banda, Ahli Sastra dan Linguistik Universitas Udayana Bali, dan Ir, Honing Sanny, SH, MH, aktivis sosial politik.
Acara webinar yang dimoderatori Ir. Bernadus Raldy Doy, mantan GM Humas TV One ini diakhiri dengan pembacaan rangkuman oleh Dr. Ing Ignatius Iryanto, senior Anakonde, pakar fisika quantum lulusan Jerman yang saat ini juga memiliki keahlian terkait peran CSR.
Webinar yang diikuti juga peserta dari luar negeri ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta sambutan Bupati Ende Bapak Drs. Jafar Ahmad Msi.
Dalam sambutannya, Bupati mengapresiasi pelaksanaan webinar dan juga mengharapkan agar orang Ende diaspora membantu mengampanyekan pentingnya Kota Ende dalam proses lahirnya Pancasila.
Bupati Ende juga mengharapkan agar ke depan pelaksanaan peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila harus tetap dilakukan di Ende.
Terkait rumah pembuangan Bung Karno serta situs Pohon Sukun sebagai tempat perenungan selama Bung Karno di Ende saat telah menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi.
Di akhir sambutannya, bupati Ende mengharapkan agar Anakode ikut membantu memperjuangkan agar Ibu Inggit, istrinya Bung Karno diangkat menjadi pahlawan nasional mengingat perjuangan serta pengorbanannya mendampingi Bung Karno selama di pembuangan.
Terkait aktivitas yang dilakukan oleh Bung Karno selama periode di Ende sejak tahun 1934- 1938, Dr. Asep Salahudin, MA sebagai cendekiawan islam memberikan catatan terkait isi duabelas surat yang dikirimkan Bung Karno kepada A. Hassan Ketua Perhimpunan Islam di Bandung.
Dalam pandangan Kang Asep, selama di Ende Bung Karno justru menjadi lebih islami dengan secara rutin melakukan pengajian dan menghabiskan waktu untuk membaca kitab-kitab yang dikirim oleh sahibnya A. Hassan dari Bandung.
Sekalipun demikian, Bung Karno tetap kritis dan menolak praktek-praktek islam yang dalam pandangan Bung Karno kolot dan kaku. Bung Karno menginginkan islam yang inklusif, terbuka, tanggap dengan perubahan termasuk menerima kemajuan.
Sebagai Pembina Lesbumi PWNU Jawa Barat dan mantan Staf Ahli BPIP ( 2017 -2019), Asep Salahudin juga memberi apresiasi kepada peran Gereja Katolik Ende karena memberi ruang dan menjadi patner diskusi selama Bung Karno.
Dalam interaksinya, Bung Karno mempelajari bagaimana spirit misionaris yang semuanya pastor-pastor Eropa melakukan edukasi dan pelayanan kepada masyarakat di Ende.
Bung Karno juga melakukan otokritik dengan mengajak para ulama untuk meniru apa yang dilakukan para pastor di Ende. Pengalaman itulah yang membuat Bung Karno ketika di Bengkulu mendorong Muhammadyah melakukan apa yang dikerjakan oleh para misionaris.
Honing Sanny berpandangan bahwa di Ende Bung Karno terlahir kembali setelah menjadi orang kalah yang secara terbuka menuliskan empat buah surat kepada Belanda menyatakan menyerah dan tidak mau berpolitik karena siksaan selama berada dalam tahanan setelah keluar dari penjara Sukamiskin .
Kenyataan itulah yang membuat Bung Hatta menulis dalam Daulat Rakyat dengan nada kecewa yang mengatakan bahwa siakpnya itu meresakan seluruh Gerakan radikal bahkan diakhir tulisan menyebut Soekarno sudah mati.
Lanjut Honing, meskipun dalam keterbatasan namun berkat kewulesan pergaulannya dengan kelompok gereja serta diskusi-diskusi gagasan yang bernas, menjadi endapan yang akhirnya meluap saat pidato tentang dasar negara dalam rapat BPUPK pada tanggal 1 Juni 1945 tentang Pancasila yang menurut Bung Karno sendiri hasil refleksinya selama berada di Ende.
Selain menuliskan 12 surat terkait Islam, selama di Ende Bung Karno juga membuat duabelas tonil yang dipentaskan di Gedung Imaculata milik Gereja Katolik. Dr. Maria Machtildis Banda secara khusus membahas terkait 12 tonil yang ditulis serta dipentaskan bersama Group Tonil Kelimutu dimana Bung Karno juga sebagai sutradara dan pelatih.
Secara umum disebutkan bahwa pementasan tonil efektif dipakai Bung Karno untuk mengekspresikan kehendak merdeka. Bila selama di Jawa Bung Karno membakar semangat massa dengan pidato politik yang menggelegar, di Ende dengan tonil Bung Karno melakukan edukasi terhadap masyarakat yang mayoritas kelas paling bawah yang sebagaian besar tanpa pendidikan.
Pada bagian yang lain Pater Yosef Seran SVD, lebih memfokuskan pembicaraan terkait peran gereja katolik dalam memberi ruang kepada Bung Karno selama berada di Ende.
Secara rutin memberi kesempatan kepada Bung Karno untuk berkunjung membaca buku dan berdiskusi terkait spirit keinginan merdeka termasuk juga menerima masukan tentang hal-hal prinsip bernegara dari para pastor Eropa.
Pertanyaan Pater Huijtink tentang bagaimana negara yang dicita-citakan mengingat ibu Bung Karno yang hindu dan berasal dari Bali, juga bagaimana dengan orang Flores dalam negara menjadi refleksinya serius buat Bung Karno.
Juga disebutkan bagaimana gereja katolik juga memberi fasilitas Gedung Imaculata sebagai tempat Bung Karno mementaskan tonil. Semua peristiwa terkait interaksi Bung Karno bersama gereja katolik saat ini diabadikan dengan membangun serambi Bung Karno di Ende.
Apa Pesan Bangsa Indonesia untuk Ende?
Sebagai pembicara terakhir dalam rangkaian webinar, Rikard Bagun mantan Pemimpin Redaksi harian Kompas sekaligus pengurus Yayasan Ende Flores yang melakukan renovasi besar atas situs-situs Bung Karno di Kota Ende justru mengajukan pertanyaan retoris.
Apa yang sudah Indonesia berikan untuk Ende? Pada kesempatan ini sebagai jurnalis senior, Rikard justru lebih banyak berbicara tentang masa depan dan mendorong generasi muda untuk mengembalikan Ende Flores sebagai pusat lahirnya gagasan-gagasan besar.
Pancasila sebagai gagasan besar Bung Karno yang lahir dari perenungan selama di Ende harus juga dijadikan kekuatan agar ke depan lahir lagi gagasan-gagasan besar.
Pada bagian akhir dari pemaparannya, Rikard mengajak agar Anakonde untuk secara rutin melakukan diskusi-diskusi terkait isu-isu kebangsaan sekaligus mengapresiasi atas terselenggara webinar tentang Pancasila.
Pada akhir webinar, Dr.Ing. Ignatius Iryanto membuat rumusan singkat dari semua materi yang disampaikan oleh para pembicara.
Rumusan tersebut sekaligus menjadi pesan dari webinar ini.
Halal Bihalal
Sementara itu, Ir. Bernadus Raldy Doy sebagai moderator sekaligus Ketua Panitia acara halal bi halal sebelum menutup webinar mengajak secara terbuka kepada semua pihak untuk hadir dalam acara halal bihalal yang akan diadakan di Anjungan NTT tanggal 3 Juni 2023.
Diinformasikan pula bahwa rumusan lengkap webinar akan disampaikan kembali oleh Dr. Ing. Ignatius Iryanto pada saat acara nanti.
Juga digambarkan bahwa acara halal bihalal akan dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat asal Ende yang akan memberikan testimoni terkait toleransi di tengah keberagaman yang ada di Kota Ende. (SP/RD). ***
19 hari yang lalu
5 bulan yang lalu