labuan bajo
Selasa, 12 Agustus 2025 08:45 WIB
Penulis:redaksi
LABUAN BAJO (Floresku.com) — Di bawah matahari pagi 11 Agustus 2025, Pantai Binongko tidak hanya memantulkan cahaya keemasan di atas lautnya. Ada semangat yang berdenyut di setiap langkah sukarelawan yang datang. Mereka tidak membawa kamera wisata, melainkan bibit mangrove, fragmen karang, dan kantong sampah.
Slogan “Satu Pohon Mangrove untuk Sejuta Kehidupan” menjadi kompas aksi ekologis ini. Bukan hanya sebagai kegiatan pra-Festival Golo Koe 2025, tetapi sebagai gerakan yang ingin diwariskan untuk masa depan Labuan Bajo.
Pagi itu, Romo Richardus Manggu, Pr, berdiri di tepi pantai memimpin Ibadat Sabda. Suara ombak menjadi musik latar alami saat ia mengingatkan umat akan Kitab Kejadian: bumi adalah ciptaan Allah yang baik adanya.
“Pertanyaannya, apakah pantai ini masih baik-baik saja?” ujarnya menatap garis pantai yang mulai tergerus abrasi.
Ia mengutip Laudato Si karya Paus Fransiskus, mengajak semua orang untuk mendengar “jeritan alam” dan membalasnya dengan aksi nyata.
Mgr. Maksimus Regus: Uskup Labuan Bajo yang hadir bersama para imam, mendukung penuh kegiatan ini. Bagi beliau, menjaga alam adalah bagian dari perwujudan iman.
Aloysius Lahi: Sebagai Asisten Pemerintahan Manggarai Barat, ia melihat kegiatan ini sebagai contoh kolaborasi ideal antara gereja, pemerintah, dan masyarakat. “Kita tidak bisa kerja sendiri-sendiri,” ujarnya.
Vinsen Gande:Kepala DLH Manggarai Barat yang paham betul fungsi mangrove: pelindung pantai, penyerap karbon, dan rumah bagi biota laut. “Labuan Bajo hidup dari laut. Kalau laut rusak, semuanya ikut jatuh,” tegasnya.
Stefan Rafael: Semerhati lingkungan yang memimpin penanaman terumbu karang. Dengan metode sederhana—batu sebagai media tanam—ia memulihkan rumah bagi ribuan spesies laut.
Ratusan siswa dari SMKS Stella Maris Labuan Bajo dan SMKN 3 Komodo membaur dengan orang dewasa. Mereka menanam, mengikat karang, dan memungut sampah.
Tangan yang kotor lumpur dan baju basah menjadi tanda kesungguhan. “Kami mau laut ini tetap indah sampai kami besar nanti,” kata seorang siswi sambil memegang bibit mangrove.
Festival Golo Koe selama ini merayakan iman dan budaya. Tahun ini, pesannya meluas: iman yang hidup juga harus merawat bumi.
Aksi di Pantai Binongko mungkin kecil dibanding luasnya masalah lingkungan, tapi seperti kata Romo Richardus: “Tidak ada langkah kecil jika dilakukan bersama. Alam akan mengingat setiap kebaikan yang kita tanam.” (Laporan, Vinsen Patno/Katolikku.com). ***
4 hari yang lalu
19 hari yang lalu
22 hari yang lalu