Paus Fransiskus
Rabu, 30 Juni 2021 13:58 WIB
Penulis:redaksi
PADRE Amans Laka SVD memang bukan promotor gerakan lintas budaya. Meski begitu, seluruh aktivitas misinya sangat kental dengan nuansa lintas budaya. Hal itu tercermin jelas melalui kehadiran, relasi pergaulan, dan pelayanannya di Puerto Ezperanza selama 20 tahun, tiga tahun di Timor-Indonesia dan hampir dua tahun terakhir di Kuba.
Oleh karena itu, pada seri ke-6 ini redaksi media ini ingin menarasikan secara khusus perihal dimensi lintas budaya dari karya pelayanan misi Padre Amans. Dimensi lintas budaya itu terpancar jelas karena Padre Amans sendiri terus menerus berjuang dengan segala keterbatasan diri dan lingkungan sosial, mengasah kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan kulturalnya.
Memancarkan kecerdasan spiritual
Dari lima seri cerita sebelum ini, kita dapat menangkap kesan yang sangat jelas bahwa Padre Amans adalah seorang misionaris yang memiliki kepribadian yang matang. Secara fisik ia tampak bugar. Secara emosional, ia apa adanya: mengekpresikan perasaan hati secara terkendali.
Kecerdasan spiritualnya pun terpancar kuat dari kepribadiannya. Hal itu tercermin jelas lewat sikap, tutur kata, refleksi, tulisannya di media sosial, dan terutama dalam perbuatannya. Semua itu memantulkan imannya yang teguh akan Allah Tritunggal, kecintaanya yang besar kepada Sabda Allah (Kitab Suci), dan kerinduan yang kuat akan sakramen, terutama Sakramen Ekaristi Kudus. Artinya, ia benar-benar menghidupi spiritualitas SVD sebagaimana diwariskan bapa pendiri, Santo Arnlod Jansen.
Dalam oboralan secara terulis melalui aplikasi WhatsApp beberapa hari yang lalu, redaksi media ini sedikit heran ketika Padre Amans berbagi foto di mana dirinya dan beberapa anak muda Argentina berjalan terseok-seok di jalanan yang terendam air setinggi lutut.
“Mengapa Padre dan teman-teman begitu nekad melewati banjir?” tanya media ini.
“Oh, itu foto saat saya hendak rayakan Misa di stasi terjauh dari pusat paroki. Biar hujan dan banjir, saya tetap jalan Kak. Karena Ekaristi adalah pusat dan kekuatan utama bagi saya,” jawabnya spotan.
Hidup Padre Amans berpusat pada Firman Tuhan dan Ekaristi Kudus memang banyak tergambar pada aneka foto yang sering dibagikannya melalui facebook, atau empat tayangan video berkenaan dengan Ulang Tahun ke-25 Imamatnya di youtube. Tiga seri tayangan berjudul AMANS 25 AÑOS VIDEO, dan satunya lagi berjudul ‘Agradecimimento’.
Berkenaan dengan peristiwa iman, Hari Ulang Tahun Imamat ke-25, Padre Amans bercerita begini:
“Seminggu sebelum saya merayakan 25 tahun Imamatku, Mgr Emilio (Emilio Aranguren Echeverria, red.) uskup Holguin, ketua para uskup di semua keuskupan (Episcopado) di Kuba datang dan merayakan Misa bersama saya di Paroki Mayari,” terang Padre Amans.
Memang, di penghujung video bertajuk "AMANS 25 AÑOS VIDEO 1", tampak menjelang selesai Misa Kudus, Uskup Emilio mengajak Padre Amans turun dari pelataran altar. Kemudian Uskup Emilio berlutut dan meminta Padre Amans mendoakan dan memberkati dirinya.
Setelah uskup diberkati, Padre Amans tampak berbisik meminta Uskup Emilio menumpangkan tangan di atas kepalanya. Setelah memberi berkat, Uskup Eimlio menarik tangan Padre Amans supaya berdiri. Lalu, tanpa diduga, beliau menunduk mengecup tangan Padre Amans. Dari gesturnya, tampak Padre Amans seperti tidak percaya, dan umat tersenyum kagum melihat adegan tersebut.
Menyaksikan tayangan unik itu, redaksi media ini bertanya, “Bagaimana perasaan Padre Amans ketika Uskup Emilio berlutut memohon berkat dan kemudian mengecup tangan?"
“Oii, itu adalah karya Roh Kudus yang luar biasa. Tuhan mengulurkan tangan dan mencurahkan rahmatNya ke atas diri saya lewat uskupku, Mgr Emilio. Waktu itu ada rasa senang, terharu, bersyukur, campur aduk. Pendek kata, saya bersukacita luar biasa,” ungkap Padre Amans.
Memang, Padre Amans menambahkan, “satu hal yang perlu saya bagikan adalah bahwa uskup—uskup di Amerika Latin dan Amerika Karibia ini sangat rendah hati dan sangat dekat dengan misionaris asing. Itu yang sangat saya rasakan. Kesederhanaan dan kerendahan hati sang Uskup menjadi menjadi kuataan rohani tersendiri bagi saya.”
Usai Misa, Uskup Emilio masih menyempatkan diri merekam video untuk menyampaikan pesan dan ucapan selamat atas ulang tahun imamat Padre Amans. Dalam video pendek itu Padre Amans membuka dengan berkata, "Hari ini kami merayakan Pesta Perawan Maria yang Berduka, pelindung komunitas ini. Saya merayakan misa bersama Uskup Emilio dari Provinsi Qolguin. “
Kemudian Uskup Emilio berkata, ““Halo saya Uskup dari Padre Amans. Oleh karena itu saya memiliki kesempatan untuk menyampaikan pesan kepadanya pada saat dia hendak merayakan Ulang Tahun Imamat ke-25. Pada saat yang sama, saya ingin berterima kasih karena dia adalah misionaris di gereja ini, di tanah yang sangat membutuhkan kehadiran dan pelayanan misionaris. Saya berdoa agar Padre Amans benar-benar menjadi misionaris Sabda Allah, sehingga iman yang didasarkan pada Sabda yang berinkarnasi dalam pribadi Yesus, Juru selamat kita bertumbuh di hati banyak umat. Semoga berkat Tuhan dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus turun atas Anda semua.”
Kecerdasan spiritual Padre Amans juga terpantul jelas dari video singkat yang dibuat sejumlah umat dari berbagai wilayah, terutama dari Argentina, berkenaan dengan Hari Ulang Tahun Imamatnya yang ke-25.
Salah satu penggalan video ucapan selamat dikirim oleh Rocio Ramirez. Gadis yang tahun ini diwisuda menjadi dokter, saat Padre Amans melayani di Puerto Esperanza masih berusia anak-anak. Dia masih duduk di bangku sekolah dasar kala itu. Namun Rocio sangat aktif membantu Padre Amans menjalani katakese bagi anak-anak.
Melalui video singkat itu Rocio Ramirez berucap begini, “Sudah lama saya tidak bertemu Anda, Padre Amans. Saya mengirimkan salam dari kota, tempat tinggal saya sekarang, Kota Recoquista, Provinsi Santa Fe, Argentina. Pada HUT Imamatmu yang ke-25,saya hanya ingin berterima kasih kepada Anda karena telah menjadi orang yang sangat penting dalam kehidupan spiritual saya. Anda telah mengajarkan banyak hal yang telah membantu saya sepanjang hidup saya, terutama soal beriman kepada Tuhan. Ketika saya mulai sebagai putri altar, Anda telah bersedia memberi katekese bagi bagi kami. Dengan bantuan Padre, saya dapat bertumbuh dalam keyakinan kepada Tuhan. Terima kasih karena Padre telah hadir bersama kami sekeluarga di Misiones.”
Ekspresi kecerdasan intelektual dan sosial
Selama menjadi misionaris di Argentina dan sekarang di Kuba, Padre Amans mengekspresikan kecerdasan intelektual dan sosial secara mumpuni. Hal itu terbukti pada kepekaan sosialnya yang tajam, dan analisa sosialnya yang tepat sasar sehingga dapat mengatasi sebagaian dari masalah sosial yang dihadapi umat yang dilayaninya. Pendirian Sekolah EFA (Escuela Familia Agricola) atau Sekolah Keluarga Para Petani merupakan bukti dari kecerdasan tersebut.
Sekolah EFA diakui oleh masyarakat dan pemerintah Poerto Esperanza dan sekitarnya telah menjadi jawaban yang akurat atas masalah sosial utama yang menghantui sebagian masyarakat pinggiran Kota Poerto Esperanza, Pronvisi Misiones. Terutama, masalah kemiskinan dan kurangnya akses kepada pendidikan yang bermutu.
Sekolah itu juga memberi jalan bagi terciptanya ketrampilan kerja yang dapat mengatasi pengangguran dan munculnya tenaga kerja migran dan urbanisasi. Pendidikan karakter dan pelatihan rohani di Sekolah EFA juga menjadi jalan bagi anak-anak untuk dekat dengan kehidupan gereja, dan terhindar dari bahaya narkoba, dan perilaku negatif lainnya.
Berkenaan dengan hal itu, Celia, seorang ibu berprofesi dokter berkata demikian: “Padre Amans yang terkasih, apa kabar? Saya ingin menyapa Anda dari Cordoba, dan menyampaikan selamat atas Ulang Tahun Imamat ke-25. Saya juga ingin memberitahu Anda bahwa kami selalu mengingat Anda dengan penuh kasih sayang karena kami memiliki pengalaman yang luar biasa ketika bertemu dengan Anda dalam misi Anda di wilayah Andresito, Provinsi Misiones. Argentina. Kami menyadari bahwa Sekolah EFA yang Anda dirikan, telah memberikan akses dan motivasi pendidikan bagi anak-anak setempat. Kami sangat senang melihat Anda bertindak dan mejadi alat Tuhan melalui setiap kata, gerak tubuh dan perbuatan Anda. Kegembiraan adalah ciri kepribadian Anda. Terima kasih Tuhan atas teladan Anda sebagai seorang imam. Tertitip salam dari seluruh kelompok misionaris di Cordoba.”
Kecerdasan sosial Padre Amas juga tampak ketika ia dan rekan se-serikat menjalani misi SVD di Havana, Kuba.
“Salah satu fokus misi SVD di Kuba adalah memperhatikan dan memberi pelayanan kepada kaum yang terpinggirkan dan kurang berdaya secara sosial-ekonomi. Memang, pelayanan pelayanan sakramen tetap ada, namun situasinyabelum cukup kondusif. Umat yang hadir dalam Misa sangat sedikit. Oleh karena itu misi SVD difokuskan juga pada pelayanan sosial,seperti memberi makan kepada orang yang berkekurangan,” jelasnya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, setiap hari Selasa dan Jumat, kami memasak dan membagikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan makanan itu.
‘Hari ini (Selasa, 29 Juni, pagi waktu Kuba, atau malam WIB), saya dan seorang imam SVD asal Filipina dibantu oleh beberapa umat, memasak untuk 76 keluarga. Setelah itu, makanan diisi ke dalam rantang untuk diantarkan ke rumah-rumah warga yang membutuhkan, atau ke warga yang bergelendang di pinggir jalan. Jadi pelayanan kami memang lebih pada aspek kemanusiaan. Ya, bagaimana kita mau ajak orang untuk berdoa, kalau perut mereka sedang lapar?” tanyanya, retoris.
Padre Amans menegaskan, “Situasi misi SVD di Kuba, memang masih seperti itu. Karya pelayanan seperti itu memang menantang dan tidak mudah. Kondisi ekonomi di Kuba sekarang ini masih belum baik. Masyarakat masih sulit mengakses atau mendapatkan bahan makanan, karena harus mengantri supaya dapat jatah. Padahal, Kuba ini kaya hasil bumi, dan hasil pertaniannya berlimpah. Namun, sistemnya belum mendukung distribusi makanan yang baik.”
“Lalu, bagaimana bisa beri makanan secara rutin untuk orang yang berkekurangan kalau pasokan bahan makan sulit didapatkan?” tanya media ini.
“Ya, kami bekerja sama dengan Caritas. Dan, mendapat pasokan bahan makanan dari Meksiko. Pernah juga,pelayanan kita mendapat dukungan dari KBRI, ketika Dubesnya, Bapak AlfredoTanduk Palembangan. Tetapi, sejak akhir Oktober 2020 lalu kita punya Dubes RI yang baru, Ibu Nana Yuliana. Kami sudah berkenalan dan saling berkomunikasi. Namun, kami belum bicara soal pekerjaan. Namun, saya beryakinan bahwa dalam hal kemanusiaan Ibu Duta memiliki kepedulian serupa,” ujar Padre Amans bersemangat. BERSAMBUNG.
*Ditulis oleh Maxi Ali Perajaka, berdasarkan komunikasi tertulis dan lisan melalui aplikasi WhatsApp.
4 bulan yang lalu
4 bulan yang lalu