g20
Kamis, 17 November 2022 21:20 WIB
Penulis:redaksi
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen FH Ubaya
KELOMPOK dua puluh atau Group of Twenty (G20) adalah kelompok yang terdiri 19 negara dan spanyol sebagai tamu tetap dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan satu organisasi antarpemerintah dan supranasional yaitu Uni Eropa digelar di Pulau Dewata telah berakhir dan sudah pasti menghasilkan kesepakatan yang akan sangat berguna negara peserta dan dunia.
Dalam puncak acara pemerintah memyuguhkan makan malam bersama kepala negara kepala pemerintahan serta tamu undangan dengan berbagai menu dimeriahkan yang berbagai atraksi luar biasa sehingga membuat kepala negara dan pemerintahan tidak ingin angkat kaki dari area resepsi tersebut.
Suasana malam itu mata publik tanah air disuguhkan suasana satu meja para mantan presiden dan wakil presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Megawati Soekarnoputri (Mega), Tri Sutrisno, Yusul Kalla, Hamzah Haz serta Ketua DPR RI Puan Maharani.
Silahturahmi satu meja Megawati dan SBY membuat publik terhentak kaget seakan tidak percaya melihat pemandangan tersebut pasalnya selama ini ketegangan kedua pemimpin umum PDI dan Demokrat dalam pemerintahan Joko Widodo sudah menjadi publik.
Pemerintahan Jokowi di mata partai berlambang Mercy ini selalu terkesan buruk. Suasana semeja publik mulai mengkalkulasi apakah menjelang 2024 kemesraan akan terjalin kembali antara PDIP dan Demokrat?
Publik sungguh mengharapkan kedua mantan presiden ini dapat rujuk kembali demi menata masa depan Indonesia yang lebih sejuk damai di hati para pemimpin pemimpin bangsa.
Sejatinya masyarakat sudah capek juga melihat ketua dan elit partai partai saling bersebrangan di dalam mendukung dan mengontrol jalannya pemerintahan Joko Widodo.
Sehingga kesan publik terhadap terbentuknya partai politik sejatinya untuk mendorong tercapainya kesejahteraan rakyat atau untuk memperkaya elit politik rakyat bingung dan sulit mempresiksi suasana politik tanah air.
Satu meja Mega- SBY dalam resepsi penutupan G 20 Bali, apakah pintu masuk kembali berdamainya kedua pemimpin tertinggi PDIP dan Demokrat?
Karena capres PDIP belum diproklamirkan bisa saja PDIP mau menerima lamaran Demokrat untuk masuk dalam gerbong capres cawapres beraama PDIP.
Dalam dunia persilatan politik semua kemungkinan dapat saja terjadi. Apalagi signal Anis Baswadan dgn kendaraannya Nasdem terlihat kurang sreg jika bersama Agus Harimurti Yudhoyono, demokrat.
Pertemuan semeja di Bali publik memberikan kesan sangat positif bahwa gengsi pribadi kedua pemimpin umum partai ada signal mencair.
Mediator ulung untuk merujukan diharapkan pada diri Joko Widodo, semua ini unk meraih bonum commune agar Indonesia lebih sejahterah dengan melahirkan presiden wakil presiden 2024 yang handal dan petarung. Semoga! ***
2 bulan yang lalu