Tanarara: Saat Sumba Timur Mengajakmu Melambat dan Mengagumi Ciptaan

Kamis, 27 November 2025 05:16 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

sunries.jpg
Sunrise di Tanarara, Bukit Eksotis di Sumba Timur (Istimewa)

WAINGAPU (Floresku.com) - Ada tempat di Sumba Timur yang membuat siapa pun merasa seolah waktu sengaja berjalan lebih pelan. Namanya Bukit Tanarara—hamparan savana dan bukit-bukit lembut yang memanjang sejauh mata memandang.

 Orang bilang, kunjungan ke Sumba tak pernah lengkap tanpa menjejakkan kaki di Tanarara. Dan begitu tiba di sana, kamu akan tahu alasannya.

Berada di Desa Tanarara, Kecamatan Kahaungu Eti, bukit ini bukan sekadar bentang alam biasa. Nama Tanarara sendiri, yang berakar dari kata tana (tanah) dan unsur batuan dalam bahasa setempat, menggambarkan jati dirinya: sebuah lanskap yang kuat namun tetap memelukmu dengan keheningan. 

Di musim hujan, bukit-bukit itu berubah menjadi gelombang hijau lembut; sementara saat kemarau, savananya menguning keemasan seperti permadani alam yang dijemur matahari.

Perjalanan Sunyi dari Waingapu

Perjalanan menuju Tanarara dimulai dari Waingapu, ibu kota Sumba Timur. Dari kota kecil yang ramah itu, perjalanan darat sekitar satu jam akan membawamu keluar dari keramaian menuju lanskap yang semakin terbuka. 

Jalan menuju Desa Tanarara kini mulus dan beraspal—jauh berbeda dari cerita para pelancong beberapa tahun lalu yang harus berjibaku dengan jalan tanah.

Sepanjang rute, kamu akan disuguhi potret kehidupan Sumba: rumah-rumah tradisional yang berdiri tegar, ladang-ladang luas yang dijaga angin, dan anak-anak desa yang melambaikan tangan ketika kendaraan melintas. Di beberapa titik, kuda Sumba yang dikenal tangguh tampak merumput bebas di tepi jalan.

Tidak ada angkutan umum reguler menuju Tanarara. Untuk tiba di sana, kamu bisa menyewa motor atau mobil dari Waingapu, atau menggunakan jasa pemandu lokal—pilihan yang lebih bijak kalau ingin menemukan spot-spot terbaik untuk berfoto atau sekadar menikmati sunset tanpa terburu waktu.

Tanarara, Ruang untuk Bernapas

Sesampainya di bukit, dunia seakan mengecil. Angin savana menyapa, lembut namun cukup untuk menghapus penat. Tidak ada bising kota, tidak ada hiruk-pikuk. Hanya kamu, bentang alam yang lapang, dan langit Sumba yang terasa sangat dekat.

Di Tanarara, setiap langkah seperti undangan untuk memaknai ulang hidup. Mungkin itulah daya pikatnya: ia membuatmu merasa kecil, tetapi dengan cara yang indah—mengajakmu bersyukur pada kesunyian, pada ciptaan yang tak terbandingkan.

Tanarara bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah pengalaman. Dan sekali kamu berdiri di puncaknya, kamu akan selalu merindukan jalan pulang ke sana. (Yos). ***