NTT
Rabu, 30 Oktober 2024 16:03 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) – Direktur RSUD dr. T. C Hillers Maumere, dr. Clara Y. Francis (dr Clara) akhirnya buka suara terkait berita menumpuknya sampah medis sekitar 6 ton di tempat penampungan sampah di lingkungan RS TC Hillers, Maumere.
Kepada Floresku.com (rabu, 30/10) siang, dr Clara mengatakan “terakhir itu saya tanya (terkait sparepart mesin, red) pada hari Jumat pekan lalu25/10). Kepada saya dilaporkan bahwa proses pengadaan sudah berjalan. Jadi proses pengadaan, kendalanya ada pada proses pengiriman.”
“Kemudian akhirnya saya minta dikoordinasikan lagi ternyata bukan hanya proses pengiriman, karena secara teknis pengiriman memang tidak mudah karena alat itu cukup berat,” ujarnya.
“Hari Jumat (25/10, red) kemarin saya dapat informasi ternyata barangnya inden, tidak berada di tempat. Jadi mulai dari saat kami memesabbya barang inden,” katanya lagi.
“Oleh karena inden dalam waktu yang cukup lama, maka saya minta PPK berkoordinasi. Makanya tadi pagi saya menelpon PPK . Informasi terakhir mereka sampaikan, pihak perusahaan sudah mulai mengirim, karena indennya sudah datang di hari Minggu,” jelasnya.
“Entah indennya dari luar atau dari mana, saya kurang tahu. Inden ‘kan lama. Dan saya ingin pastikan dikirimnya berapa lama?”
Menurut dr Clara, masalah kerusakan mesin pengolah sampah medis (Medical Waste Incinerator) awalnya itu soal komponen.
“Mereka bilang hanya satu komponen yang rusak. Setelah itu saya bilang kalau begitu minta orangnya (petugas teknis, red) ke sini untuk memperbaikinya. Tetapi, orangnya baru bisa datang kecuali alatnya sudah ada,” ujarnya.
Kendala berikut, jelas dr Clara, soal pengiriman. Sparepart Medical Waste Incinerator itu beratnya sekitar 150 kg. Kalau mau dibawa pakai pesawat ini ‘kan pasti biaya kargonya cukup besar.
Kalau tidak pakai pesawat kargo, alternatifnya ya pakai pesawat domestik. Tetapi dengan berat seperti itu, dan dengan size yang besar, pasti tidak bisa.
Akhirnya, sebagai jalan keluarnya, sparepart dibawa ke Maumere melalui jalur laut.
Karena melalui jalur laut, maka sparepart baru bisa masuk ke Maumere butuh waktu sekitar satu sampai dua bulan.
Kemudian Floresku.com bertanya, “kapan persis mesin itu rusak? Dan, apakah pengadaan sparetpart itu melalui proses tender?”
Dokter Clara mengatakan, mesin itu rusak hampir 2 bulan yang lalu. Kalau tidak sekitar akhir Agustus.
"Karena sebelum saya ada cuti di pertengahan Agustus, mesinnya masih berfungsi baik. Waktu itu mereka melaporkan bahwa ada kerusakan. Itu terjadi setelah saya cuti pertengahan Agustus lalu. Waktu itu saya mengatakan, kalau memang rusak ya silahkan diproses. Kalau ada yang membuat penawaran, difollow up sehingga kita bisa mennegosiasi harganya,” jelas dr Clara.
Proses negosiasi kemudian terjadi dengan perusahaan penyedia sparepart yang berada di Jakarta.
“Komunikasi dengan perusahaan di Jakarta itu cukup intens karena ada komunikasi melalui video call supaya mereka di Jakarta bisa meliat langsung bagian dari mesin yang rusak,” ungkap dr Clara.
Menurut dr Clara, setelah melakukan negosiasi harga sparepart baru itu sekitar 100 jutaan rupiah.
Menjawab pertanyaan Floresku.com, do Clara mengatakan pengadaan incinerator sampah RS TC Hillers terjadi pada 2019, lalu dibangun sekitar 2020.
“Tahun 2019 alat itu datang, kita langsung pasang, karena pihak yang melakukan pengadaan atau penyedia alat itu 'kan ikut dalam proses pemasangan ,” ungkapnya.
Sejak pemasangan itu, katanya, baru sekali ini rusak.
Menurut dr Clara, pihak RS TC Hillers berusaha mengantisipasi musim hujan. “Agar limbah medis tidak mencemari lingkungan sekitar, maka menjelang musim hujan, tumpukan sampah medis yang menumpuk di luar itu di tutup dengan terpal,” ujarnya.
Warga mendesak supaya masalah sampah segera ditangani
Tumpukan sampah medis di RS TC Hillers mendapat tanggapan serius dari warga yang tinggal di sekitarnya.
Mama Matilda misalnya memohon keseriusan dari bidang bidang terkait untuk segera menangani sampah-samaph tersebut.
Ia juga meminta agar masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
“Para anggota dewan tolong lihat juga dengan kondisi kami. Jangan datangi kami saat mau minta dipilih. Kalau ada maunya biar kami tinggal di lubang batu pun, kami dicari. Kadang ketemu di jalan suka ketawa dengan kami padahal kami tidak kenal,” ujarnya.
Matilda melanjtnya, beruntung sekarang masih musim panas.
“Coba kalau hujan, tempat saya ini akan penuh dengan tumpukan sampah. Apalagi di sekitaran RS TC Hiller tidak ada drainase. Ini bagaimana? Rumah sakit searusnya bersih ditata yang rapi biar pasien juga cepat sembuh,” katanya lagi.
“Ini yang tejadi malah aroma sampah dari RS sangat mengganggu. Apalagi saya ini buka usaha warung makan di sini. Jadi tolonglah kami bapak-bapak anggota dewan. Segeralah carikan solusi yang terbaik untuk kami,” pintanya.
Warga lainnya bernama Rudi Lameng juga mendesak pemerintah untuk segera mengambil kebijakan terkait l sampah ini.
“Terus terang saya sudah viralkan dari tahun 2018 di fb di grup forum peduli Sikka, tetapi sampai hari ini yah kondisinya masih sama,” ujar warga Rt 02/09 Kelurahan Kota Uneng itu dengan nada kesal.
Menurut dia, incinerator sebaiknya dipindahkan ke tempat yang jauh dari pemukiman.
“Soalnya efek dari proses pembakaran sampah medis ini 10 sampai 20 tahun nanti baru berasa Bagaimana nasib anak anak kami nantinya. Siapa yang bertanggungjawab?” tanya Rudi.
Rudi menyesalkan bahwa kehadiran rumah sakit TC Hillers bukannya membawa kebaikan dan Kesehatan, tetapi sebailknya justru membawa penyakit buat warga sekitar.
“Kalau memang ada yang berpendapat bahwa asap sampah medis tidak mengganggu kesehatan, tolonglah temui warga, sosialisasilah ke kami biar kami paham Soal dampak dari asap tersebut,” ujarnya.
Terkati isu ini Ketua DPRD Kabupaten Sikka, Stef Sumandi berkomentar singkat saja.
“Pihak BLUD RSUD TC Hilles harus segera perbaiki. Karena anggaran untuk pemeliharaan selalu tersedia,” ujarnya. (PY/Silvia). ***
13 hari yang lalu