Wagub NTT Yoseph Nae Soi Lakukan Peletakan Batu Pertama Rusun Asrama Seminari Mataloko

Rabu, 05 Mei 2021 22:09 WIB

Penulis:redaksi

RUSUN 2.jpg
Wagub NTT Yoseph Nae Soi (inzert) dan gambar Maket Rusun Asrama Seminari Matalok Rabu, (5/5).

MATALOKO (Floresku.com) - Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yoseph Nae Soi melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan Rumah Susun (Rusun) untuk Asrama Seminari Santo Yohanes Berkmans Todabelu, Mataloko (Seminari Mataloko), di Kabupaten Ngada.

Acara peletakan batu pertama Rusun Asrama Seminari Mataloko dilakukan Rabu, 5 Mei 2021.  Acara peletakan batu disaksikan oleh Kepala Balai P2P Nusa Tenggara II Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, Yublina D. Bunga, Wakil Bupati Ngada Raimundus Bena, Ketua DPRD Ngada  Kepala Sekolah Seminari Mataloko RD Gabriel Idrus bersama  para praeses dan wakil  praeses SMP dan SMA Seminari Mataoloko, Komite Sekolah,  pimpinan Yasukda, para guru,  dan sejumlah siswa seminari.

“Pembangunan Rusun asrama Seminari Mataloko tersebut  menggunakan dana ABBN sebesar Rp16 miliar. Selain untuk bangunan asrama berlantai tiga, dana tersebut akan dimanfaat untuk mengadakan kelengkapan asrama berupa tempat tidur, kasus, lemari, meja dan kursi. 

“Waktu kerja untuk pembangunan asrama tersebut adalah enam bulan. Lokasi asrama yang akan bangun adalah lahan di ujung lapangan atas, persisnya di belakang gereja Mataloko, bekas lapangan basket dan kebun jeruk Seminari.” 

Demikian pesan WhatApps yang diterima media ini dari Domi Mere Wea, Sekretaris Yasukda, Ngada. 

Dalam Kata Sambuntannya Wakil Gubernur Yosepf Nae Soi mengatakan “tempora mutantur et nos mutamur in illis”. Waktu berubah dan kita ikut berubah di dalamnya. 

" Jadi, kita memang harus berubah kalau tidak kita akan ditinggalkan oleh waktu atau perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, saya menyambut baik dan menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Pusat, Baapak Presiden Joko Widodo dan Kementerian PUPR yang telah memberikan perhatian khusus dalam pembangunan di berbagai sektor di  wilayah NTT, khususnya di sektor pendidikan sehingga kita NTT tidak tertinggal oleh perubahan dan  kemajuan," ujanya.

Selanjutnya, Wakil Gubernur meminta kepada seluruh pemerintah daerah di seluruh wilayah NTT untuk terus berinovasi melakukn upaya pembangunan di berbagai sektor, tak terkecuali di sektor pendidikan. 

“Jangan samapi karena alasan Covid-19, dana pembangunan mengendap di bank. Dana anggara pembangunan daerah harus dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi rakyat supaya ekonomi rakyat dapat kembali bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Balai P2P Nusa Tenggara II Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, Yublina D. Bunga mengatakan pembangunan rusun asrama Seminari Mataloko adalah wujud komitmen Kementerian PUPR mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan di NTT.

“Selain membangun rusun, nanti akan diadakan fasilitas seperti lemari, kursi meja, tempat tidur, kasur. Dan, tadi  waktu di kamar makan saya bilang  Bapak  Wakil Bupati bisik supaya sumbangkan sprei, dan Bapak Wakil Gubernur sumbangkan horden. Sehingga para siswa seminari merasa nyaman dan fokus untuk belajar,” ujarnya.  

Selanjutnya,  mengharapkan agar rusun ini dapat dimanfaatkan secara maksimal, dikelola dan dipelihara dengan baik agar dapat memberikan manfaat untuk pendidikan di Seminari ini dalam jangaka waktu yang panjang.

Wakil Bupati Raimundus Bena mengatakan memang sudah saatnya asrama Seminari Mataloko diganti dan dibangun dengan asrama yang baru karena asrama yang ada mulai rapuh karena dimakan usia.  

“Dengan adanya  rusun ini, membuat para seminaris yang adalah calon-calon imam dapat belajar secara lebih nyaman,” ujarnya.

Wabup Ngada Raimundus juga mengharapkan agar fasilitas asrama yang baru ini dapat membantu para seminaris belajar dengan lebih nyaman. Namun lebih dari itu diharapkan itu juga membantu para warga Seminari Mataloko, baik para pendidik dan para siswa untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai perwujudkan nilai-nilai Kristiani.

Ketua DPRD Ngada Berny Dhei Ngebu mengharapkan keberadaan rusun asrama Seminari mataloko dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan."Selama ini, Seminari ini sudah dikenal bermutu bagus. Kita mengharapkan, dengan adanya rusun ini, mutu pendidikan akan menjadi lebih bagus lagi,"ujarnya.

Sementara itu dalam sambutannya,  Kepala Seminari Mataloko RD Gabriel Idrus  menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak.  

“Pembangunan rusun ini merupakan bukti bahwa negara hadir dan siap mendengarkan seerta menjawabi kebutuhan warganya yang ada di Seminari ini. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Pusat, khususnya Kemeterian PUPR yang berkenan menyediakan anggaran dan terlibat langsung dalam pembangunan rusun ini. Terima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo yang mecintai kami di NTT," ujarnya.

Selanjutnya, RD Idrus mengatakan,  "Terima kasih pula kepada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT beserta seluruh jajarannya, kepada Bupati dan Wakil Bupati Ngada beserta jajarannya, juga kepada DPRD Kabupaten Ngada atas segala perhatian, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada Seminari ini, terutama untuk segala dukungan supaya pembangunan rusun dapat terealisasi.  

Sejarah singkat Seminari Mataloko

Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko didirikan pada 2 Februari 1926 di Sikka, Maumere, oleh P. Fransiskus Cornelissen SVD, atas prakarsa Mgr. Vestraelen SVD. Seminari ini kemudian dipindahkan ke Mataloko dan diresmikan pada 15 September 1929 di Mataloko – Ngada. Tanggal pengresmian ini dikenang sebagai hari jadi seminari.

 Pada 1941 ditahbiskan dua imam pertama asal seminari Mataloko, yakni P. Gabriel Manek SVD dan P. Karel Kare Bale SVD. Selanjutnya selalu ada tahbisan imam alumni seminari ini setiap tahunnya.

Seminari melewati masa krisis besar ketika terjadi Perang Dunia II, tahun 1943-1945. Banyak imam diinternir dan dideportasi. Saat itu dua Uskup Jepang, Mgr. Paulus Yamaguchi dan Mgr.Aloysisus Ogihara SJ bersama dua imam Jepang lainnya datang membantu.

Setelah perang, Seminari menyesuaikan diri dengan kurikulum pemerintah. Banyak awam dilibatkan dalam proses pendidikan calon imam. Pada 19 Juni 1969 Seminari menyelenggarakan pesta Panca Windu di mana seluruh masyarakat Mataloko dan sekitarnya ikut hadir. Kemudian pada  1979 Seminari menyelenggarakan pesta emasnya dengan penuh syukur.

Tahun 1993, pengelolaan seminari, yang sebelumnya ini ditangani konggrgasi Serikat Sabda Allah (SVD), dikembalikan ke Keuskupan. Semnajk itu umat dilibatkan dalam proses pendidikan calon imam melalui wadah BP3 atau Komite Sekolah.

Pada 27 Oktober 2002 diresmikan Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB) di Maumere, yang merupakan kelas terjauh dari Seminari Mataloko. Setelah Maumere resmi menjadi keuskupan sendiri, seminari BSB menjadi institusi yang terpisah dari seminari induknya, yakni Mataloko.

Pada 15 September 2004, seminari ini merayakan 75 tahun berdirinya. Perayaan tersebut dihadiri 270-an alumni imam dan 10 ribuan umat dan  tamu undang. Pada 15 September 2017, seminari ini merayakan 88 tahun berdirinya. 

Seminari ini telah  menghasilkan lebih dari 500 imam ada 16 Uskup. Lebih dari 4000-an alumninya berkarya di berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan sejumlah negara di dunia.

Renovasi bangunan

Oleh karena usianya yang sudah cukup tua, sebagian gedung asrama dan sekolah Seminari Mataloko sudah tampak rapuh dan taklayak digunakan. Oleh karena  itu pada beberapa tahun terakhir pimpinan Seminari Mataloko, Komite Sekolah, ikatan alumni (Alsemat)  berjuang keras untuk merenovasi dan membagun gedung yang baru.

“Ya..gedung asrama Seminari sudah sangat tua. Asrama SMA Seminari Matoloko sudah dibangun baru. Sebagian asrama SMP sudah dibangun baru 2 lantai. Masih satu asrama SMP Seminari Mataloko lagi yang harus diperbaiki. Syukur, Seminari Mataolok mendapat bantuan dari Kementerian PUPR untuk membangunrusun 3 lantai ditambah fasilitas yang lengkap..”, demikian tulis Domi Mere Wea dalam akun WhatsAppnya, Kamis (6/5) pagi. (NDA)