Wow, Ternyata Segini Gaji Supir Perusahan Tambang Biji Besi di Malaysia

Kamis, 12 Oktober 2023 07:29 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

spori.jpg
Truk Perusahan Tambang Biji Besi di Malaysia. Gaji sopirnya selangit. (WA- Rofinus S. Wolo)

BATAM (Floresku.com) - TK (inisial) adalah seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) non prosedural asal NTT yang sudah bekerja selama empat tahun pada salah satu perusahaan tambang biji besi di Malaysia. Mereka masuk ke negeri Jiran itu lewat 'jalur gelap'.

Kepada floresku.com via 'whatsapp' TK menceritakan besarnya jumlah gaji yang ia terima setiap bulan sebagai 'driver' pengangkut material hasil produksi tambang biji besi ke tempat penampungan.

 Tambang Biji Besi di Malaysia

TK mengungkapkan sistem pembayaran gaji yang ia terima per bulan dihitung berdasarkan jumlah jam kerja. Itu pun sangat bergantung pada keadaan cuaca.

"Kami kerja hitung jam, bukan gaji 'basic', kalau cuaca panas jam kerja banyak, tapi kalau hujan kami tidak kerja karena kondisi jalan yang licin bisa membahayakan saya dan kendaraan".

Sistem pembayaran gaji yang dihitung berdasarkan jam kerja menyebabkan nominal ringgit yang ia terima setiap bulan pun bervariasi.

"Kalau jam kerja jalan terus kami bisa dapat sampai RM 5.500, sebaliknya jika terlalu sering hujan paling rendah kami terima sekitar RM 3.000".

Jika dikonversi ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs hari ini RM 1 = RP. 3.324, nominal gaji TK per bulan paling tinggi RP. 18.282.000 dan paling rendah RP. 9.972.000.  Angka ini tentu bisa berubah bergantung pada sistem dan kebijakan nilai tukar mata uang.

Besar gaji 'driver' ini dianggap fantastis dan tentu lebih besar dibandikan dengan gaji para pekerja (supir) di Indonesia sekarang. Tingginya upah bagi pekerja di Malaysia mungkin jadi alasan utama banyak 'orang kita' yang memilih merantau tanpa perlu melalui proses perijinan dari pemerintah.

TK, pria tamatan sebuah SMU swasta di Flores ini juga menjelaskan bahwa besarnya gaji yang ia terima cukup untuk biaya hidupnya dan kebutuhan keluarga di kampung.

'Gaji ini saya rasa cukup untuk kebutuhan keluarga di kampung, khususunya untuk biaya sekolah anak dan kebutuhan usaha istri. Hanya saja kami kan kirim uang lewat agen pengiriman khusus, jadi pasti ada sedikit potongan untuk biaya administrasi. Kita maklumi saja'. Misalnya kalau kirim RM 3000, kena potong sekitar RM 50-RM 100".

TK juga mengutarakan keinginannya untuk tetap bekerja selama beberapa tahun ke depan. Ia belum berniat kembali ke kampung halaman dan masih akan bekerja sebagai supir sembari menabung sedikit uang untuk modal usaha.

"Sampai beberapa tahun ke depan saya masih kerja di sini, masih tetap 'bawa lori'. Kalau sudah di kampung susah cari biaya untuk hidup. Tunggu kalau sudah cukup modal baru pulang untuk buka usaha kecil-kecilan". (Rofinus Sela Wolo/Batam).***