Geliat Reboisasi Warga Nawokote dan LSM Ayu Tani Mandiri, Kurangi Dampak Banjir

redaksi - Jumat, 05 November 2021 10:45
Geliat Reboisasi Warga Nawokote dan LSM Ayu Tani Mandiri, Kurangi Dampak BanjirKelompok Petani Tebewutun bersama LSM Ayutani melakukan reboisasi di lokasi jalur banjir, di Desa Nawokote (sumber: Paul K)

HOKENG (Floresku.com) - Bongkahan batu besar, material pasir dan gelondongan-gelondongan kayu tampak bersererakan dan mengganjal jalan.  Para warga sibuk menggotong anakan pohon sambil mendeteksi posisi yang tepat untuk menanam. Beginilah suasana rebeoisasi di lokasi hutan dan jalur banjir Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Musibah banjir disertai longsor dua bulan silam rupanya masih menggores kehawatiran warga Nawokote. Kendati tak menelan korban jiwa, peristiwa tersebut ampuh membunuh ratusan ekor satwa hutan serta merusak lahan perkebunan petani dan jaringan perpipaan Desa.

Demi mengurangi dampak bencana susulan yang berpotensi lebih berbahaya, para warga melalui inisiatif kelompok petani bernama 'Tebewutun' dibawah dampingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ayu Tani Mandiri bersama Sekretaris Camat Wulanggitang, kompak menanam pohon bambu dan beringin, Kamis, 04 Oktober 2021.

"Kita harus terus rawat sehingga mengurangi resiko musibah bencana", ujar Mikhael, salah satu anggota Tebewutun.

Berdasarkan data yang terhimpun saat wawancara, terdapat sembilan titik longsor yang jaraknya tak jauh dari pemukiman warga. Longsor dan banjir saat itu nyaris melibas habis pemukiman Desa.

Warga Nawokote yang kental akan budaya tetap rutin menjalankan ritus adat. Pasca musibah, para tokoh adat bersama pemerintah Desa Nawokote, Pemerintah Kecamatan Wulanggitamg dan masyarakat menggelar seremonial adat kemudian disusul dengan aksi reboisasi agar mengurangi dampak bencana.

"Ada sembilan titik. Usai melakukan Aritual adat kita langsung mulai menanam pohon. Mudah-mudahan kita terus tingkatkan kegiatan semacam ini dan pemerintah punya program yang mendukung", ujar Dominikus Sastri Tukan, Ketua Kelompok petani Tebewutun.

Kehawatiran dan trauma besar saat bencana amat dirasakan para warga Desa Nawokote, khususnya Dusun Bawalatang yang merupakan jalur merah. Untuk itu, Dominikus bersama anggota dan semua masyarakat berharap ada kebijakan dan program Pemerintah Desa terkait kegiatan reboisasi.

Kordinator umum LSM Ayu Tani Mandiri Thomas Uran (kanan), bersama anggota Kelompok Tebewutun (kiri) (Foto: Paul K.)

Kolaborasi Bersama LSM Ayu Tani Mandiri.

Geliat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ayu Tani Mandiri saat mendampingi Kelompok petani Tebewutun di Nawokote memutuskan melakukan aksi reboisasi sebagai bentuk cinta lingkungan sekaligus merestorasikan alam tempat bermukim.

Aksi restorasi lingkungan pasca bencana dimuat dalam video dokumenter. Gagagasan video tersebut digarap oleh organisasi Hivos yang berfokus pada isu perubahal iklim beranggotakan Ayu Tani, Yaspensel, Ayo Indonesia, KRKP dan Kehati.

Thomas Uran selaku Koordinator Umum LSM Ayu Tani Mandiri, menjelaskan, salah satu faktor terjadinya bencana adalah akibat dari perubahan iklim yang ekstrim.

"Entah sadar atau tidak sadar ini soal perubahan iklim. Ada hubungan erat kalau dikaitkan dengan budaya seperti refleksi saat ritual pasca banjir. Memang kita harus sadar untuk mulai mencintai lingkungan", ujar Thomas Uran.

Perubahan iklim ekstrim, kata Thomas Uran, sudah terjadi di depan mata. Salah satu fakta yang terjadi adalah ketika hujan lebat di tengah musim kemarau.

Lebih lanjud, ia mengungkapkan kebanggaan terhadap para petani lantaran punya sumbangsi besar bagi kehidupan banyak orang.

"Ada kebanggaan jadi seorang petani. Kita sebagai petani yang mananam bisa menciptakan oksigen dan menjaga sumber air agar tetap ada", sanjungnya. (Paul K) ***

Editor: Redaksi

RELATED NEWS