HOMILI, P. Gregor Nule, SVD, Hari Minggu Prapaskah IV, 09 Maret 2024
redaksi - Sabtu, 09 Maret 2024 12:53Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
PRAPASKAH: PANGGILAN UNTUK MENCINTAI TERANG DAN BERBUAT BAIK
(Minggu Prapaskah IV:2Taw 36:14-16.19-23; Ef 2:4-10; Yoh 3:14 - 21)
Kita meneruskan perjalanan kita dalam masa prapaskah ini menuju puncak perayaan misteri paskah. Kita berjalan sambil merenungkan lika-liku hidup dan membenahinya. Kita berdoa dan berbuat baik.
Bacaan-bacaan hari ini mewartakan di satu pihak, Allah yang maha adil dan penuh belaskasihan, dan di pihak lain, manusia yang suka membangkang, cepat lupa, ingkar janji, dan tidak setia.
Penulis Kitab Tawarikh melukiskan tentang alasan utama keruntuhan kota Yerusalem dan pembuangan orang-orang Israel ke negeri-negeri asing, khususnya Babilonia, adalah karena mereka tidak setia pada perjanjian.
Orang-orang Israel lupa diri dan lupakan Allah mereka.
Buktinya, mereka bertingkah laku bejat, tegar tengkuk atau kepala keras (batu) dan berhati busuk. Mereka mengolok-olok para utusan Allah, menghina segala Firman Allah dan mengejek nabi-nabi….., (bdk. 2Taw 36:16).
- Komitmen Tanpa Batas, Peran Aktif Masyarakat dalam TMMD 119 Kodim 1618/TTU
- Kapolres TTS dan Dandim 1621/TTS Pastikan Sinergitas TNI dan Polri Di TTS Tetap Aman dan Kondusif
Akibatnya, Allah tidak melindungi mereka dan bahkan membiarkan bangsa-bangsa asing dan orang-orang Kasdim merusakkan tembok kota Yerusalem, membakar Bait Allah, serta mencuri semua kekayaan Yerusalem dan Bait Allah. Orang-orang yang selamat diangkut ke Babel dan bekerja sebagai budak.
Tetapi Allah tidak pernah melupakan umat pilihanNya. Cinta dan belaskasihanNya tidak pernah luntur. Allah tetap mengingat mereka yang taat pada perjanjian dan setia beragama, kendati pun hidup menderita di antara orang-orang asing.
Bagi mereka hidup di tanah pembuangan merupakan kesempatan berahmat untuk mengubah perilaku, kembali kepada Allah dan hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Karena itu, setelah tujuh puluh tahun mengalami pengasingan dan pembuangan di Babilonia, Allah menggerakkan hati Koresh, raja Persia, untuk membiarkan sisa-sisa Israel kembali ke tanah air mereka, yang kaya akan susu dan madu.
Allah juga menugaskan raja Koresh untuk membangun kembali Kenisah Yerusalem sebagai pusat bangsa dan keagagamaan orang-orang Israel. Kehadirian Kenisah Yerusalem menjadi tanda bahwa martabat mereka sebagai bangsa terpulihkan kembali.
Sikap dan perilaku orang-orang pilihan Allah di zaman Yesus tidak jauh berbeda dengan sikap dan perilaku orang-orang Israel di zaman para nabi dahulu.
Maka Yesus mesti berjuang menghadapi sikap dan perilaku orang-orang Farisi dan ahli Taurut yang sungguh bertentangan Hukum Taurat dan kehendak Allah. Mereka tidak percaya kepada Yesus dan menolak-Nya sebagai Mesias dan Juruselamat.
Mereka juga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Taurat hanya supaya dilihat, dipuji serta dianggap suci dan benar oleh orang lain. Tetapi, mereka bersikap tidak adil dan membebani orang-orang kecil, miskin, para janda dan orang berdosa dengan macam-macam aturan-aturan dan hukum.
Mereka menggunakan kedudukan dan jabatan untuk mencari kekayaan atau keuntungan dan memperkuat status quo mereka.
Itulah sebabnya Yesus dalam Injil hari ini mengeritik kemunafikan mereka dengan berkata, “Cahaya telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan…..sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Dan siapa yang berbuat jahat, membenci cahaya dan tidak datang kepada cahaya supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak kelihatan, “(Bdk. Yoh 3:19-20).
Bagaimana dengan kita, orang-orang Kristen di zaman ini?
Baca Juga: Mengingintip Gereja Katolik di Gabon, Afrika Tengah
Mungkin hidup iman kita, sikap dan perilaku tidak jauh berbeda dengan para pendahulu kita, bangsa Israel di zaman dahulu dan orang-orang di masa Yesus. Mungkin sering kita ingkar janji dan tidak taat pada perintah-perintah Tuhan.
Mungkin kita juga sering lebih suka memilih kegelapan dari pada terang. Atau lebih suka lakukan “serangan fajar” supaya perbuatan kita yang tidak benar dan jahat tidak dilihat orang. Atau kita pun sering bersembunyi di tempat gelap, di hutan, di balik rumpun pisang, dan lain-lain. Atau, kita bersembunyi di balik kata-kata pembenaran, sumpah dan ancaman-ancaman tertentu.
Kita mesti ingat bahwa Tuhan melihat semuanya, termasuk niat dan rencana jahat. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah.
Tetapi, meskipun demikian, Allah tidak pernah melupakan dan menghukum kita untuk selamanya. Kasih Allah, belaskasihan dan kesetiaannya pada janji keselamatan kita tetap bertahan sampai kekal.
Dan, bukti kasih Allah itu kita dengarkan dalam Injil hari ini.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan berolah kehidupan yang kekal”, (Yoh 3:16).
Dengan pernyataan ini santo Yohanes mau menegaskan bahwa Allah adalah kasih karena Ia sungguh peduli terhadap keselamatan dan kebahagiaan manusia. Dia juga bukanlah Allah yang secara kejam menghukum manusia dan membalas kejahatan dengan kejahatan.
- Hari Ketiga Rekapitulasi Suara Tingkat Kabupaten Sikka Ricuh, Saksi Hanura Menilai KPU dan Bawaslu Tidak Netral
- Pj Bupati Nagekeo Hadiri Acara Penandatangan MoU antara Yayasan Care Peduli dan PT Inaro Tujuh Belas
Ia berbelaskasih dan maha pengampun. Allah adalah kasih karena Ia melakukan segala sesuatu untuk kepentingan manusia. Dan kasih Allah itu tidak berkesudahan.
Santo Paulus mengingatkan kita akan kekuatan yang menghancurkan hubungan kita dengan Allah dan melukai hati Allah. Tetapi satu-satunya jalan yang memulihkan hubungan kita dengan Allah adalah pengampunan cuma-cuma dari Allah (Ef 2:4-5).
Ini berarti keselamatan kita bukan berasal dari hasil keringat kita, melainkan merupakan anugerah Allah semata-mata sebagai buah iman.
Karena itu, selama masa prapaskah santo Paulus mengajak kita untuk terus berkanjang dalam perbuatan-perbuatan baik.
Tetapi, kita mesti sadar bahwa segala perbuatan dan karya kita, meskipun sangat baik, tidak memulihkan kembali hubungan kita dengan Allah dan mendatangkan keselamatan.
Sebab kita selamat karena cinta Allah. Sebab cinta itu sesungguhnya adalah anugerah atau hadiah cuma-cuma dari Allah. Dan, cinta Allah itu menantang kita tetap hidup layak sebagai anak-anak Allah, (Ef 2:10).
Ingatlah, kita wajib hidup baik dan benar sebagai pengikut Kristus.
Semoga! Amen.
Kewapante, Minggu, 10 Maret 2024
P. Gregorius Nule, SVD. ***