Kadiv Hubinter Mabes Polri Beri Kuliah Umum di Unika St Paulus Ruteng

redaksi - Jumat, 22 April 2022 08:20
Kadiv Hubinter Mabes Polri Beri Kuliah Umum di Unika St Paulus RutengKadiv Hubinter Mabes Polri beri Kuliah Umum di Unika St Paulus Ruteng, Kamis 21 April 2022. (sumber: Hardi S. /Jivansi)

RUTENG (Floresku.com) - Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Mabes Polri Irjen. Pol. Drs. Johanis Asadoma, S.I.K., M.Hum., membawakan kuliah umum di Universitas Katolik Indonesia (Unika) St Paulus Ruteng, pada Kamis 21 April 2022.

Informasi yang diterima Floresku.com menyebutkan, kegiatan yang bertema "Membangun moderasi beragama di Tengah Tantangan keamanan Lokal, Nasional dan Global", tersebut dilaksanakan secara luring dan daring.

Sebelumnya, Kadiv Hubinter Pol Johni Asadoma dan rombongan diterima langsung oleh Ketua Yayasan St Paulus Ruteng, Rm. Roling Mujur, Rektor Unika St Paulus Ruteng Prof. Dr. Yohanes Servatius Lon, M.A., dan wakil para wakil Rektor.

Penerimaan dalam secara adat Manggarai itu berlangsung di depan Gedung Utama Timur (GUT) Unika St Paulus Ruteng.

Merajut Keberagaman

Prof. Dr. Yohanes Servatius Lon dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih kepada Kadiv Hubinter Irjen Pol Johni Asadoma., dan rombongan atas kesediannya memberikan kuliah umum di kampus yang sudah terakreditasi B tersebut.

“Keluarga besar Unika Santu Paulus Ruteng mengucapkan selamat datang kepada Bapak Irjen. Pol. Drs. Johni Asadoma, S.I.K., M.Hum., dan rombongan. Kehadiran Bapak Kadiv Hubinter RI yang tentunya sangat strategis untuk kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Prof Jhon.

Dikatakan Prof Jhon, kehadiran Irjen. Pol. Drs. Johni Asadoma, S.I.K., M.Hum., memberikan sejumlah informasi dan pencerahan tentang kehidupan bernegara dan berbangsa dalam konteks keberagaman nusantara. 
Guru Besar bidang ilmu Religi dan Budaya ini menegaskan, bangsa ini masih memiliki tanggung jawab dan beban sejarah dalam merajut keberagaman yang telah disepakati para founding fathers.

Menurut Prof. Jhon, munculnya sikap intoleran, radikalisme dan ekslusivisme sesungguhnya telah membuat kehiduapan bersama sebagai bangsa dan negara tidak nyaman, tidak kompak dan bahkan diwarnai oleh sikap kecurigaan, kecemburuan dan kebencian. 

“Sikap fanatisme agama yang sangat tertutup dan berlebihan sesungguhnya telah menodai perjalanan kita sebagai satu bangsa, satu tanah tanah air. Praktek intoleransi dan radikalisme susungguhnya dapat merendahkan martabat agama itu siendiri” ungkapnya. 

Dalam banyak kasus, kata Prof Jhon, munculnya sikap intoleran dan radikalisme terjadi karena adanya informasi yang tidak memadai, sesat, dan tidak benar sehingga menghasilkan persepsi dan wawasan keliru tentang negara dan agama serta tentang keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Prof. Jhon menyakini, kehadiran Kadiv Hubinter RI sangat bermanfaat untuk menyampaikan informasi strategis dan pencerahan berkaitan dengan eksistensi keberagaraman di negara ini. 

“Kami yakin, informasi dan pencerahan sangat dibutuhkan oleh pelbagai kelompok warga bangsa termasuk kami di Ruteng dalam membangun moderasi beragama di tingkat lokal, yang kemudian mendukung perdamaian nasional dan internasional” ungkap Prof. Jhon. 

Selain itu, lanjut Prof. Jhon, keberagaman telah dan akan terus dimaknai secara positif di Unika Santu Paulus Ruteng.

Civitas academica Unika Santu Paulus Ruteng sangat beragam secara Suku, Ras, Agama dan Golongan. Puji Tuhan, sejauh ini keberagaman SARA yang ada di kampus ini telah dimaknai secara positif dan dipandang sebagai asset yang memperkaya kebersamaan civitas Academica di kampus ini,” tutur Prof. Jhon.

“Dosen, pegawai dan mahasiswa atau keluarga bersar Unika Santu Paulus Ruteng sangat komit dengan NKRI dan sangat setia dengan agamanya masing-masing serta sangat respek dengan perbagai perbedaan Suku, agama, ras dan golongan,” lanjutnya.

Moderasi Beragama Rajut Keberagaman

Sementara itu, Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen. Pol. Drs. Johni Asadoma, M.Hum., dalam materinya mengungkapkan, munculnya istilah moderasi beragama pada beberapa tahun belakang ini disebabkan karena muncul kembali paham radikalisme yang dapat menyebabkan konflik antar umat beraga di Indonesia.

“Radikalisme adalah paham keagamaan yang mengacu pada pondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme yang tinggi dan seringkali menggunakan cara-cara kekerasan”, ungkapnya.

Menurutnya, apabila paham radikal ini dibiarkan berkembang, maka akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa bahkan dapat meruntuhkan NKRI.

Oleh karena itu, lanjutnya, perlu dilakukan langkah-langkah preventif agar tidak merugikan bangsa dan negara melalui moderasi beragama

Lebih lanjut, mantan Wakapolda Nusa Tenggara Timur ini menjelaskan jenis–jenis konflik agama, yaitu (1) konflik moral berkaitan dengan ketidaksesuaian antara nilai-nilai pribadi dan ajaran agama; (2) konflik sectarian, yang dikenal juga sebagai konflik intra agama. Konflik terkait isusektarian yang muncul karena adanya pemahaman yang berbeda antarkelompok dalam satu agama yang sama; (3) konflik komunal, dikenal juga sebagai konflik antar agama, yaitu konflik yang melibatkan dua atau lebih kelompok dari agama yang berbeda;

Jenis konflik agama selanjutnya yakni (4) konflik politik/kebijakan. Konflik yang timbul sebagai akibat penolakan oleh individu atau kelompok terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah; (5) konflik terorisme, seperti perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror/rasa takut secara meluas dan berakibat menimbulkan korban yang bersifat masal, kerusakan fasilitas publik, obyek vital yang bersifat strategis dan sebagainya dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan.

Lebih jauh, Kadiv Hubinter Mabes Polri ini  menjelaskan, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, multicultural, multireligion, multi ethnic. Karena itu dibutuhkan paham keagamaan yang moderat. Moderat diinternalisasikan melalui moderasi beragama.

"Moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang prilaku beragama yang moderat, toleran, menghargai perbedaaan, dan selalu mengutamakan kepentingan bersama,” ungkap Jhoni.

Dikatakannya, agama harus diterjemahkan sebagai basis yang merefleksikan kesejukan perdamaian, keharmonisan, dan menghindari konflik. Maka untuk mencapai basis ini diperlukan moderasi beragama.

Mantan Danyon Brimob Bogor Polda Jabar (2002—2003) ini menyebutkan empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan; toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal;

Bukan Moderasi Ajaran

Kadiv Hubinter Pol Johanis Asadoma mengutip pandangan Prof. Komaruddin Hidayat, bahwa moderasi beragama muncul karena adanya dua kutub ekstrem kanan yang terpaku pada teks dan mengabaikan konteks, sedangkan ekstrem kiri mengabaikan teks.

“Moderasi beragama berada di antara keduanya, yakni menghargai teks dan mendialogkannya dengan realitas kekinian,” jelas Jhoni. 

Lebih lanjut, dengan bereferensi gagasan Drs. Lukman Hakim Syaifuddin, Jhoni secara tegas mengatakan, yang dimoderasi adalah cara kita beragama bukan ajaran agamanya. 

Oleh karena itu, mantan Komandan Brimob Binjai Polda Sumut (2003—2005) ini menyebutkan model-model yang perlu dikembangkan, yakni internalisasi nilai-nilai dasar pancasila; internalisasi sikap toleran; pemberdayaan forum komunikasi umat beragama sebagai wadah dialog antar umat beragama. 

Selain itu, lanjut Pol Johni Asadoma, diperlukan kurikulum pendidikan berbasis kebangsaan dan nasionalisme; membangun wawasan internasional (membangun kesadaran bahwa suatu negara tidak dapat hidup sendiri tanpa membangun kerja sama internasional dengan negara lain); menggiatkan kampanye wawasan kebangsaan baik oleh pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan.

Menurut Pol Johni Asadoma, untuk mahasiswa atau generasi muda sebagai calon penerima estafet kepemimpinan di era globalisasi 4.0 harus mampu untuk (1) memanfaatkan waktu yg ada dg belajar keras & mengisi diri dg ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya; (2) profesional dibidangnya; (3) menguasai teknologi informasi; (4) berani dalam mengekpresikan gagasan; (5) kreatif & inovatif; (6) membangun jaringan sosial dlm kehidupan bermasyarakat; (7) menguasai bahasa inggris; ,dan (8) berbakti kepada orang tua dan keluarga;

Untuk diketahui, peserta yang hadir secara luring dalam kegiatan ini, di antaranya adalah rombongan Kadiv Hubinter Polri Drs. Johni Asadoma, S.I.K., M.Hum., Kabag Protokol, Komisaris Besar Polisi I Gusti Ngurah Agung Suandika; Kassubag Binfung, Bpk Kompol Victor Inkriwang; Bamin Bagian Protokol, Ibu Briptu Karina Oktaviana dan Sespri Kadivhubinter, Ibu Briptu Nanda.

Turut hadir Dewan Pembina, ketua dan pengurus Yayasan Santu Paulus Ruteng, Para Wakil Rektor, Para Dekan, dan Pejabat Struktural Unika Santu Paulus Ruteng, pimpinan dan utusan dosen serta utusan mahasiswa STIPAS St Sirilus Ruteng; Dosen, Tenaga Kependidikan dan mahasiswa Unika St Paulus Ruteng.

Ikut hadir juga Ketua DPR Kab. Manggarai, Perwakilan Pemda Manggarai, Sekretaris keuskupan Ruteng, dan tamu undangan lainya yang tidak dapat disebutkan semuanya dalam artikel ini.

Kuliah umum yang berlansung sejak jam 08.00-12.00 di Lantai V GUT Unika St Paulus Ruteng ini dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

Sebelum memasuki rungan kegiatan, semua peserta wajib mengecek suhu tubuh dan menggunakan hand sanitizer yang telah disediakan oleh panitia . (Hardi. S /Jivansi)

Editor: redaksi

RELATED NEWS