Pelayanan
Senin, 14 Juli 2025 10:42 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
LABUAN BAJO (Floresku.com) — Hari terakhir reuni angkatan 1984–1992 Seminari Tinggi St. Paulus/STFK Ledalero ditutup dengan penuh warna dan sukacita.
Setelah tiga hari merenung, berdoa, berbagi pengalaman misi, dan bernostalgia di Rumah Retret Katentang, Labuan Bajo, para alumni mengisi hari keempat reuni dengan petualangan laut yang menyegarkan: menjelajahi gugusan pulau-pulau eksotis di Taman Nasional Komodo, yang kerap disebut sebagai ‘surga tersembunyi’ di ujung barat Flores.
Minggu, 13 Juli pukul 05.00 pagi, suasana hangat mulai terasa di ruang makan. Sembari menyantap sarapan dan menyeruput kopi Flores, para alumni tampak bersemangat menyambut agenda wisata laut hari itu. Tawa ringan mengiringi percakapan santai yang mengalir. Dua sahabat mereka, Yane Solapung dan Oa, turut meramaikan suasana.
Tepat pukul 05.30 WITA, rombongan berjumlah 12 orang menaiki speed boat Gold Torani yang telah menanti di dermaga. Cuaca cerah, laut tenang, dan semangat petualangan menyatu mengantar perjalanan istimewa ini menuju lima pulau menakjubkan di wilayah perairan Komodo.
Destinasi pertama adalah Pulau Padar, ikon pariwisata Nusa Tenggara Timur. Para alumni mendaki jalur menantang menuju puncak bukit, saling menyemangati di tengah langkah-langkah menanjak.
Sesampainya di atas, pemandangan tiga teluk berbentuk sabit dengan gradasi warna laut yang menawan membuat napas tertahan. Kamera pun sibuk merekam momen; pelukan, tawa, dan pose berbagai gaya menandai kebersamaan yang tetap kuat setelah puluhan tahun ‘melangkah bersama’.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Komodo, rumah bagi komodo, reptil purba endemik Indonesia. Di bawah pengawasan pemandu, para alumni menyusuri jalur tracking sambil mengamati langsung kadal raksasa itu dari dekat. Ketegangan sesaat berubah menjadi kekaguman, menyadarkan mereka akan luar biasanya kekayaan hayati tanah air.
Perhentian ketiga adalah Pink Beach, pantai berpasir merah muda yang langka. Di sini, mereka berenang, snorkeling, dan bersantai. Air laut yang bening memperlihatkan ikan-ikan kecil dan terumbu karang berwarna-warni yang memukau. Di tengah canda dan tawa, keintiman batin antaralumni kian terasa.
Berikutnya adalah Pulau Makassar, terkenal dengan hamparan pasir putih yang muncul di tengah laut. Snorkeling kembali menjadi pilihan utama, sembari menikmati panorama bawah laut yang memesona. Pulau ini memberikan nuansa tenang dan menjadi tempat tepat untuk beristirahat sejenak.
Pulau terakhir dalam petualangan ini adalah Pulau Mantapoin, sebuah pulau sunyi yang cocok untuk menutup perjalanan. Di sana, mereka menikmati makan siang ringan sambil duduk melingkar, berbagi cerita dan refleksi.
“Lebih dari sekadar wisata, ini perjalanan batin yang mempererat kembali tali persaudaraan,” ujar Goris Ola dengan mata berkaca.
Menjelang sore, rombongan kembali berlabuh di Labuan Bajo. Laut yang teduh menjadi latar sempurna untuk mengakhiri hari.
Setibanya di darat, mereka segera menuju ke penginapan di Ketentang, melepas lelah, mandi dan berganti pakaian. Menjelang malam, dengan semangat yang tersisa mereka bergerak ke Depot Sabda untuk menikmati makan malam penutup. Meski lelah, kebahagiaan terpancar di wajah mereka.
Senin pagi, 14 Juli 2025, setelah merayakan Misa pagi dan sarapan terakhir bersama, satu per satu peserta reuni mulai berkemas untuk kembali ke rumah atau tempat tugas masing-masing. Beberapa di antaranya seperti Pater Hubert Muda, Lorens Kuil dan Ense Solapung sudah lebih dahulu pamit sehari sebelumnya.
Sebelum berpisah, Frist Meko menyimpulkan seluruh rangkaian reuni dengan kalimat sederhana namun penuh makna: “Semuanya telah beranjak senja.” Sebuah ungkapan khas yang merangkum tuntas kegembiraan, keharuan, dan syukur dari ziarah persaudaraan ini.
“Selamat datang kembali di Maumere pada reuni keempat kita di tahun 2028 nanti!” tambahnya penuh semangat. “Pasti ada di antara kita yang sudah puluhan tahun belum menginjakkan kaki di rumah induk, Ledalero, Maumere. Mari kita terus jaga tali persaudaraan ini.”
Reuni kali ini bukan hanya pengingat masa lalu, tetapi juga peneguh ikatan, penanda harapan, dan pembaruan panggilan hidup. Sebuah perjumpaan yang akan terus bergema dalam hati, hingga reuni berikutnya. (map). ***
2 hari yang lalu
7 hari yang lalu