Tuhan
Jumat, 08 November 2024 06:26 WIB
Penulis:redaksi
Jumat Minggu Biasa ke-31
Leksionari: 489
Bacaan 1
FIL 3:17—4:1
Saudara-saudari, ikutlah bersama-sama dengan orang lain untuk mengikuti teladanku, dan perhatikanlah mereka, yang hidup menurut teladan kami yang kamu miliki.
Karena banyak orang, seperti yang telah sering kukatakan kepadamu, dan sekarang kukatakan lagi kepadamu sambil menangis, berperilaku seperti musuh salib Kristus.
Akhir mereka adalah kebinasaan.
Allah mereka adalah perut mereka; kemuliaan mereka ada dalam "rasa malu" mereka.
Pikiran mereka dipenuhi dengan hal-hal duniawi.
Tetapi kewarganegaraan kita adalah di surga, dan dari situ juga kita menantikan Juruselamat, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Ia akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, dengan kuasa yang sanggup Ia bawa segala sesuatu kepada diri-Nya.
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!
Mazmur Tanggapan
Mzm 122:1-2, 3-4AB, 4CD-5
R. (1) Marilah kita pergi ke rumah Tuhan dengan bersorak-sorai.
Aku bersorak-sorai, karena dikatakan kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah Tuhan." Sekarang, kami telah menginjakkan kaki di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
R. Marilah kita pergi ke rumah Tuhan dengan bersorak-sorai.
Yerusalem, yang dibangun sebagai kota yang kokoh. Ke sanalah suku-suku bersorak-sorai, suku-suku Tuhan.
R. Marilah kita pergi ke rumah Tuhan dengan bersorak-sorai.
Menurut ketetapan bagi Israel, untuk bersyukur kepada nama Tuhan. Di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi bagi keluarga Daud.
R. Marilah kita pergi dengan sukacita ke rumah Tuhan.
Haleluya
1 YOHANES 2:5
R. Haleluya, haleluya.
Barangsiapa menuruti firman Kristus,
kasih Allah sungguh-sungguh sempurna di dalam dirinya.
R. Haleluya, haleluya.
Injil: Luk 16:1-8
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang pengurusyang dilaporkan kepadanya karena menghambur-hamburkan hartanya.
Ia memanggil pengurus itu dan berkata,‘Apakah yang kudengar tentang engkau?
Buatlah laporan yang lengkap tentang pengurusanmu, sebab engkau tidak dapat lagi menjadi pengurusku.’
Pengurus itu berkata dalam hatinya, ‘Apakah yang harus aku perbuat,
sebab tuanku telah mengambil alih kedudukan pengurus dari padaku?
Aku tidak cukup kuat untuk menggali dan aku malu untuk mengemis.
Aku tahu apa yang harus kulakukan supaya,ketika aku dicopot dari jabatanku,mereka dapat menerima aku di rumah mereka.’
Ia memanggil orang-orang yang berutang kepada tuannya satu per satu.
Kepada yang pertama ia berkata, ‘Berapa utangmu kepada tuanku?’
Ia menjawab, ‘Seratus takaran minyak zaitun.’
Ia berkata kepadanya, ‘Ini surat perjanjian utangmu.
Duduklah dan cepat tulis satu untuk lima puluh.’
Kemudian kepada yang lain ia berkata, ‘Dan engkau, berapa utangmu?’
Ia menjawab, ‘Seratus takaran gandum.’
Ia berkata kepadanya, ‘Ini surat perjanjian utangmu; tulislah satu untuk delapan puluh.’
Dan tuannya memuji bendahara yang tidak jujur itu karena bertindak dengan bijaksana.
Karena anak-anak dunia ini lebih bijaksana dalam berurusan dengan generasi mereka sendiridaripada anak-anak terang.”***