Bimoli Habis, Yuk Intip Merek dan Harga Minyak Goreng yang Kini Dijual di Pasar Inpres Ruteng

Minggu, 27 Maret 2022 16:32 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

Minya Goreng.jpg
Minyak goreng merek Bimoli habis, yang ada hanya beberepa merek minyak goreng saja, seperti merek Kayu Putih, Fraiswell, dan Valensia. (Jivansi)

RUTENG (Floresku.com) - Minyak masakan atau yang akrab dikenal dengan sebutan minyak goreng tampaknya masih menjadi salah satu topik hangat yang ramai dibicarakan sampai saat ini, tidak terkecuali di tengah masyarakat Manggarai. 

Selain karena pasokannya yang terbatas, isu yang tidak kalah menariknya juga adalah soal merek dan harga minyak goreng yang kini dikabarkan mengalami kenaikan sejak beberapa waktu terakhir ini.

Mas Bagus, salah seorang pedagang di Pasar Inpres Ruteng saat ditemui dan diwawancarai oleh sejumlah wartawan, pada Sabtu 26 Maret 2022 mengatakan bahwa saat ini dirinya hanya menjual tiga merek minyak goreng saja. Sementara itu, satu merek lainnya, yakni Bimoli sudah habis.

"Kalau kami hanya jual beberapa merek minyak goreng saja di sini Pak. Ada merek Kayu Manis, Valensia dan Fresswell. Sementara minyak goreng merek Bimoli sudah habis," ungkapnya.

Untuk minyak goreng merek baru, lanjut Bagus, biasanya dipasok dari toko-toko besar yang ada di sini (Kota Ruteng. Red). Dan biasanya yang paling diburu oleh pembeli itu minyak goreng merek Bimoli. 

Meski demikian, sejak kelangkaan minyak goreng, merek lainnya pun juga dibeli oleh masyarakat.

"Biasanya dipasok dari toko-toko besar yang ada di kota Ruteng ini. Dan kalau di sini yang paling laris itu biasanya Bimoli. Sementara merek lainnya itu menyusul. Kalau dulu kan masyarakat fanatik sekali dengan merek-merek tertentu saja. Mereka cendrung memilih brand tertentu saja untuk dibeli. Kalau sekarang kan asal ada minyak goreng saja pasti masyarakat mau beli daripada tidak ada," ungkap  Bagus.

Lebih jauh, Bagus mengungkapkan bahwa terkait harga minyak goreng tersebut biasanya dibandrol dengan harga Rp 150 ribu per jerigen.

"Harga minyak goreng yang ada ini sebetulnya sama saja, yaitu Rp 150 ribu per jerigen," cetus Bagus.

Senada dengan itu, Laurensius Dadi, seorang pedagang lainnya di Pasar Inpres Ruteng kepada wartawan mengatakan bahwa belakangan ini stok minyak goreng merek bimoli sudah habis. 

Laurensius Dadi, seorang pedagang di Pasar Inpres Ruteng. (Foto: Jivansi)

Dan yang ada hanya beberepa merek minyak goreng saja, seperti merek Kayu Putih, Fraiswell, dan Valensia. Meski demikian, lanjut Laurensius, kebanyakan pembeli masih ragu dengan minyak goreng merek baru dan dominan mencari minyak goreng merek Bimoli.

"Paling laris di sini minyak goreng Bimoli yang walaupun harganya mahal. Bisa jadi karena mutunya sehingga pembeli banyak yang cari minyak goreng merek Bimoli. Sementara minyak goreng merek baru ini masyarakat masih ragu mau beli," ungkap Laurensius.

Lebih lanjut, Laurensius mengatakan bahwa akibat dari kenaikan harga tersebut berdampak pula pada penghasilannya sebagai pedagang.

"Kalau sebelumnya biasa sampai 5 juta rupiah per hari. Namun sejak adanya kenaikan harga, penghasilan hanya berkisar di angkar ratusan hingga satu juta rupiah saja per hari," akunya.

Lebih jauh, ketika ditanyai soal merek minyak goreng yang mengalami kenaikan harga, Laurensius mengatakan bahwa yang paling menonjol di antara harga barang yang mengalami kenaikan adalah minyak goreng merek Bimoli.

"Sebelumnya, harga minyak goreng Bimoli hanya Rp 70 ribu per jerigen. Dan sekarang, harganya sudah naik menjadi Rp 220 ribu per jerikennya. Sedangkan minyak goreng merek lainnya itu dari harga Rp 60 ribu per jeriken, kini menjadi Rp 150 ribu per jerikennya," cetus Laurensius.

Ketika ditanya terkait hal utama yang mempengaruhi kenaikan harga minyak goreng tersebut, Laurensius mengatakan bahwa dirinya tidak tahu karena patokan harga biasanya bergantung dari agen.

"Saya juga tidak tahu soal penyebab utamanya karena kita hanya sebagai penjual saja. Namun biasanya soal kenaikan harga juga biasanya tergantung dari agen-agen barang ini. Kalau agen bilang harga barangnya naik maka kita juga naikkan harganya. Dan kalau agen bilang harganya turun maka harganya juga tutun. Setiap kali melakukan pembelian minyak goreng ini, harus ada KTP dan itupun dilayani hanya satu dos. Dan tidak bisa banyak," pungkas Laurensius. (Jivansi). ***