Minggu, 12 September 2021 16:28 WIB
Penulis:MAR
VATIKAN (Floresku.com) - Pagi ini, tepat jam 8.34, tampak orang sudah mengantri di bagian barat lapangan St Petrus. Suasana belum terlalu ramai. Perlahan namun pasti orang nampak memasuki Basilika.
Nampak pula sekelompok anak remaja. Dipandu seorang imam muda. Entah dari paroki atau wilayah mana, tak diketahui. Mereka tertib dan ikuti arahan imam pemandunya. Di awal kotbah, mereka disapa khusus. Di situ jelas baru diketahui kelompok remaja itu. Jumlah mereka ada 44. Dipandu oleh Romo Andrea. Mereka datang dari salah satu Paroki di wilayah selatan Italia.
Tepat jam 9 (pkl 14.Wib), merdu lembut organ pipa terdengar. Lagu pembuka dilantunkan. 7 lelaki dewasa sudah cukup untuk menuntun 'lagu umat.' Enam orang imam berlangkah pasti menuju altar. Yang mempimpin misa itu seorang imam asal Italia. Setidaknya tertangkap dari cara ia berbahasa.
Misa berlangsung bagian khusus antara belakang altar utama St Petrus dan takhta St Petrus. Peziarah (umat) pada akhirnya lumayan banyak untuk penuhi bagian itu. Tak seperti sebelumnya, saat prokes covid diberlakukan amat ketat.
Roma makin ramai. Iya, nampak hidup kembali. Setelah 'pingsan' oleh deraan corona yang mengganas. Tetapi, bagaimana pun, kewaspadaan mesti tetap jadi perhatian.
Kita kembali lagi perayaan ke misa pagi ini.
Imam pemimpin misa itu punya isi kotbah sungguh luar biasa. Gayanya dalam sampaikan isi kotbah pun jelas dan tepat. Secara khusus, ia sapa anak-anak remaja itu. Ia bertolak dari latar Injil Markus, yang ditulis dengan latar belakang situasi jemaat di Roma.
Keganasan kaiser-kaiser Romawi ketika itu sekian ngeri untuk menangkap dan membunuh jemaat beriman. Rasul Petrus jadi salah satu korban dari bengisnya Kaiser Nero.
Kepada para remaja itu, imam itu bilang, “Kamu sekarang ada dalam Basilika St Petrus dengan segala kemegahannya. Sungguh indah, menarik, ”meravigliosa", luar biasa. Sadarilah bahwa semuanya bergerak melalui jalan tantangan. Dalam derita dan salib."
Apa yang indah, menarik, berkesan dan luar biasa, harus lewati tantangan dan perjuangan. Kotbah itu ajak peziarah untuk melihat dan alami semua kisah dunia dalam rencana Allah. Pandemi covid, kekerasan, perang serta berbagai kisah tak menentu adalah jalan-jalan derita yang mesti lihat.
Amat sering dunia sekian kecut hati dan menyerah dalam rasa putus asa. Tanpa harapan! Salib Yesus dalam hidup nyata mesti dihadapi jiwa besar.
Kata imam pengkotbah itu lagi, "Menjadi lebih berat jika kita hanya andalkan kekuatan diri sendiri. Tantangan dalam dunia terlalu berat dan sekian variasinya."
Yang terutama adalah “Mari kembali renungkan dan yakinlah akan kata-kata Yesus kepada Petrus: ”Mari, ikutilah Aku!"
Jawaban Petrus pada Yesus, "Engkaulah Mesias", bukanlah satu jawaban _pasti dan tertutup_. Sebaliknya, jawaban Petrus adalah jawaban yang terbuka dan hidup sepanjang perjalanan dan ziarah bagi setiap beriman. Kita memang mesti berjalan _di belakang Yesus, sebagai tanda kita mengikuti Dia._
Tepat pukul 09.58 perayaan ekaristi berakhir. Pelan-pelan umat yang ikuti perayaan ekaristi tinggalkan bagian Basilika tempat misa berlangsung. Tampak sebagian menuju bagian-bagian lain untuk berdoa dan berdevosi. Altar tempat St Paus Yohanes Paulus II tetap jadi salah satu 'tempat favorit' untuk berdoa...
Jelang jam pukul 10.30, perayaan Ekaristi berikutnya segera dilangsungkan. Umat, peziarah segera padati tempat itu.
Apa kah yang dapat memisahkan jemaat beriman dari Kasih Kristus, saat Ekaristi sungguh menjadi satu kerinduan spiritual? (Pater Valentinus Beo SVD)
*Verbo Dei Amorem Spiranti*