HOMILI Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Kamu Harus Memberi Mereka Makan

Sabtu, 21 Juni 2025 18:04 WIB

Penulis:redaksi

pataer marianus.jpg
P Marianus Jehandut SVD dan kawan-kawanya siap dengan bingkisan yang akan dibagikan kepada orang terlantar di Kota Amsterdam, Belanda ((Foto:Koleksi P. Marianus/File: Floresku.com (sumber: null))

 Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
 Kej 14:18-20; 1Kor 11:23-26; Luk 9:11b-17).

Ilustrasi:

IBU Ani sangat cemas melihat Dani, anaknya, yang tidak suka makan bubur dan minum susu. Dani lebih suka menikmati  makanan ringan yang dapat dibeli di kios-kios. 

Ketika didesak terus-menerus untuk makan bubur dan minum susu, maka dalam nada agak kesal, Dani bertanya, “Ibu, mengapa kita harus makan nasi tiga kali sehari dan minum susu? Ibunya dengan suara lembut penuh kasih sayang menjawab, “Dani harus makan bubur dan minum susu supaya  bisa hidup sehat, kuat, pintar dan cepat besar”. 

Refleksi: 

Apa yang akan terjadi jika seseorang tidak makan dan minum apa pun selama beberapa hari? Mungkin yang dialaminya adalah rasa lemah, lemas dan akhirnya bisa meninggal dunia. Sebab semua makluk hidup, khusunya manusia, harus makan dan minum yang sehat supaya bisa hidup dan punya masa depan yang cerah. 

Tetapi, orang makan bukan semata-mata untuk memenuhi kenikmatan lidah dan mencari kepuasan perut, melainkan terutama untuk hidup.  

Injil hari ini melukiskan tentang kecemasan para murid tentang tidak adanya cukup makanan dan bagaimana memberi makan kepada jumlah orang yang sangat banyak di tempat yang sunyi. Tanggapan Yesus terhadap usul para murid untuk menyuruh orang-orang itu pergi justeru di luar dugaan mereka. 

Yesus  memerintahkan agar para murid  memberi makan kepada orang banyak itu. Yesus berkata,“Kamu harus memberi mereka makan”, (Luk 9:13). Mereka juga diperintahkan  untuk mempersilakan ribuan orang itu duduk berkelompok, masing-masing lima puluh orang. 

Lalu, apa yang mau dilakukan? Yesus minta bekal para murid-Nya yakni lima potong roti dan dua ekor ikan dari anak itu. Yesus mengambil roti dan ikan itu, mengucapkan doa syukur dan berkat, membagi-bagikannya, lalu memberikan roti dan ikan itu kepada murid-murid-Nya supaya diteruskan kepada orang banyak. 

Dan, apa yang terjadi? Mereka semua makan sampai kenyang, dan bahkan masih tersisa duabelas bakul. 
Yesus mengubah kecemasan para murid menjadi ketenangan dan kepastian. Yesus juga mengubah keterbatasan atau kekurangan mereka menjadi kelimpahan yang mengagumkan. 

Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau dalam bahasa Latin “Corpus Christi”. Ada beberapa pesan yang dapat kita ambil dari perayaan ini untuk kehidupan kitai.

Pertama, tindakan makan dan makanan yang kita makan, sekalipun merupakan sesuatu yang bersifat jasmani-duniawi, selalu menunjuk kepada sesuatu yang rohani. Orang yang mencintai hidupnya akan berusaha untuk makan makanan dan minum minuman yang sehat. 

Sebaliknya, orang yang kurang menghiraukan hidupnya bisa saja tidak mau makan, atau makan dan minum apa saja yang dapat merugikan hidupnya sendiri. 

Dan orang yang selalu mengusahakan hidup yang baik, sehat dan sejahtera, baik dirinya sendiri maupun orang lain, adalah orang beriman sejati, yang sungguh mematuhi perintah cinta kasih, yakni mencintai Allah dan sesama manusia dengan tulus dan sepenuh hati. 

Kedua, hadiah yang paling berharga yang diterima dalam perayaan  Ekaristi Kudus adalah Tubuh Yesus sendiri. Yesus memberikan Diri-Nya melalui Sabda yang kita dengarkan dan melalui Tubuh-Darah-Nya yang kita sambut. Sabda Allah dan kehadiran  Yesus dalam Ekaristi bagi kita tidak pernah usang, rusak, kedaluwarsa atau hilang. 

Mungkin kadang-kadang kita merasa seperti Allah jauh dari kita atau bahkan hilang. Tetapi sebetulnya kita sendirilah yang menjauhkan diri  dari Allah dan rahmat-Nya. Sering kita meninggalkan Allah dengan tahu dan mau. 

Kita tidak ikut misa dan tidak merayakan hari Minggu sebagaimana mestinya. Ini berarti kita melanggar perintah Tuhan. Kita jarang atau tidak menerima komuni kudus. Kita jauhkan diri dari Tuhan. 

Ketiga, setiap kali kita merayakan  Ekaristi Kudus, kita diminta untuk melaksanakan perintah Yesus, “Kamu harus memberi mereka makan”, (Luk 9:13). 

Bagi kita perayaan ekaristi tidak bersifat rohani semata, melainkan mesti mewujud di dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, misa tidak berakhir di dalam gereja dengan berkat dan lagu penutup, melainkan mesti dihayati dan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Maka kita diutus ke tengah dunia.

Perintah Yesus agar para murid memberi makan kepada banyak orang yang lapar itu menawarkan sebuah pesan penting bagi kita, bahwa setiap orang kristen dipanggil untuk hidup dalam semangat ekaristi. Hidup dalam semangat ekaristi berarti bersedia untuk dipecah-pecahkan dan dibagi-bagikan menjadi berkat bagi banyak orang. 

Hidup, semangat iman dan semua yang kita miliki merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah. Kita telah menerima semuanya  maka kita pun hendaknya mau bagikannya dengan sukarela, murah hati dan riang gembira kepada orang lain, khususnya mereka yang sungguh membutuhkan. Sebab hidup dalam semangat berbagi-bagi menjadi tanda pengkut Kristus sejati yang rela berkorban demi kepentingan dan kebaikan orang banyak.

Saudara/iku, mari kita memasrahkan diri kepada Yesus, sang Roti Hidup, yang memberikan hidup yang sejati dan kekal kepada kita sebagai anugerah ilahi yang menguatkan, menghidupkan dan menjamin kepastian perjalanan kita menuju Tanah Terjanji Abadi, yakni hidup dalam persekutuan dengan Allah untuk selama-lamanya. 

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, Minggu, 22 Juni 2025.***