HOMILI MALAM NATAL, Sabtu, 24 Desember 2022, Pater Gregor Nule, SVD

Sabtu, 24 Desember 2022 10:04 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

GREGOR NULE.JPG
Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroki Ratu Rosari, Kewapante (Dokpri)

SANG JURUSELAMAT TELAH LAHIR SEBAGAI MANUSIA

 (Malam Natal: Yes 9:1-6; Tit 2:11-14; Luk 2:1-14)

Manusia sering mengalami dan merasa bahwa Allah itu jauh, asing dan tak terjangkau. Allah  bukan hanya tak kelihatan, tetapi bahkan ditakuti, karena bagi  orang Israel mendekati dan menjumpai Allah  bisa mendatangkan  kematian.

Hari ini santo Lukas menampilkan Allah yang masuk  dalam sejarah umat manusia. Allah lahir sebagai Manusia dalam diri Yesus. Ia lahir dari seorang wanita di  Betlehem,  Kota Daud, pada zaman pemerintahan Kaiser Agustus. 

Ia lahir sebagai Bayi miskin di kandang hewan dan dibaringkan dalam palungan, tempat minum hewan, dan dibungkus dengan kain lampin, karena kedua orangtuanya tidak mampu membayar sewa rumah penginapan. 

Malaikat berkata, “Kamu akan melihat seorang Bayi yang dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di dalam palungan”, (Luk 2:12).

Santo Lukas juga menampilkan Yesus sebagai Raja Damai  yang lahir di Kota Daud, bapak leluhurNya. Dia adalah Mesias, Juruselamat dan Tuhan. Dia berbeda sama sekali dari kaiser dan  para penguasa Romawi yang selalu mencita-citakan damai bagi orang-orang Roma atau “Pax Romana”.  

Tetapi, damai yang dimaksudkan adalah sesuatu yang semu karena sering terjadi banyak penindasan, kekerasan dan pelanggaran HAM.

Karena itu kelahiran Yesus sungguh-sungguh merupakan khabar gembira atau Injil. Dan, ketiga gelar: Mesias, Juruselamat dan Tuhan, yang diwartakan oleh Malaikat menjadi “tanda” bahwa janji keselamatan ilahi bagi manusia telah terpenuhi. 

Tanda lain yaitu gembala-gembala yang mengingatkan Raja Daud yang menggembalakan domba di tempat yang sama, yakni Betlehem. Janji Allah kepada Daud melalui pewartaan nabi Mikha  “Dari Betlehem akan lahir bagimu Dia yang akan memerintah Israel” (Mi 5,1), telah terpenuhi secara mengagumkan. 

Kata Malaekat, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di Kota Daud”, (Luk 2:11). Tekanan pada  “hari ini” menunjukkan kehadiran Yesus, sang Mesias,  Matahari atau Cahaya Sejati pada malam kehidupan manusia. Hari ini Allah hadir secara nyata di tengah keseharian manusia.

Kehadiran dan penampakan malaekat menunjukkan komunikasi Diri Allah kepada manusia. Allah yang mahatinggi dan tak kelihatan menjumpai manusia dalam keseharian hidupnya. 

Allah yang kita imani bukan lagi Allah yang jauh asing, melainkan Allah yang dekat dan sungguh terlibat di dalam kehidupan kita.

Dalam Kitab Suci Pernajian Lama  dan Perjanjian Baru kita lihat tentang Allah yang datang menjumpai orang-orang tertentu melalui malaekat yang tampak  dalam mimpi-mimpi dan penglihatan. 

Melalui penampakan Malaekat, mimpi dan tanda-tanda lain Allah ingin menyatakan kehendak dan misteriNya yang tersembunyi dalam pengalaman harian manusia.

Dengan demikian, jadi jelas bahwa Allah bukanlah Allah yang jauh dan asing. Dia adalah Allah yang selalu prihatin dan terlibat dalam kehidupan manusia. Dia tidak pernah membiarkan manusia berjuang sendiri. Dia adalah Imanuel, Allah Beserta Kita selalu.

Tetapi, mengapa terkadang orang merasa sepertinya Allah jauh dan tidak perduli terhadap hidup dan perjuangan manusia sehari-hari, khususnya ketika manusia menghadapi kesulitan, penyakit yang tidak sembuh, penderitaan, kemelaratan dan kelaparan. Apakah Allah sungguh jauh dan apatis? 

Jawabannya adalah tidak. Allah senantiasa dekat pada kita. Hanya kita sajalah yang cenderung menjauhkan diri daripadaNya. Ketika kita tidak mentaati perintah-perintah Tuhan dan cenderung memilih perbuatan-perbuatan kegelapan, dosa dan kejahatan, ketimbang perbuatan-perbuatan terang, saat itulah kita jauhkan diri dari Allah dan sesama yang berkehendak baik.

 Apakah malam ini kita juga merasa demikian bahwa Allah sungguh dekat dan hadir di dalam hati, keluarga dandi tengah-tengah kita? Atau kita merasa biasa-biasa saja? Apa pesan Natal, Yesus menjadi Manusia dan lahir di kandang binatang, Betlehem?

Yesus lahir sebagai Manusia di kandang binatang yang kotor dan bau hendaknya mendorong dan menganimasi kita dan Gereja untuk siap menceburkan diri ke dalam pergulatan hidup umat manusia, khususnya mereka yang miskin, sakit, tak punya kuasa, menderita, korban pemerkosaan dan ketidakadilan. 

Tidak pantas Gereja hanya sibuk mengurus diri sendiri dengan melaksanakan pertemuan-pertemuan besar dan sibuk membangun menara gading untuk hidup nyaman dalam kebanggaan yang kosong. 

Ensiklik “Evangelii Gaudium” atau “Sukacita Injili” yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus (24 November 2013) menegaskan bahwa Gereja tidak boleh menarik diri dari dunia, tetapi masuk dalam dunia, menjadi Gereja misioner untuk mewartkan Sabda Allah yang membebaskan.

Yesus lahir di kandang kotor sebagai protes terhadap mereka yang congkak, yang hanya omong tentang cinta kasih, keadilan, belaskasihan dan solidaritas, tetapi tidak pernah melihat ke bawah apalagi turun untuk meringankan kesulitan dan penderitaan umat manusia yang menderita. Yesus mau meruntuhkan mereka yang bercokol di atas singgasana lalu menuntut hormat dan sembah bakti. 

Basis spiritualitas keterlibatan misioner Yesus Kristus adalah iman akan misteri Allah menjadi manusia. Ini merupakan revolusi cinta yang mesra.  Yesus adalah seorang revolusioner, yakni revolusi gaya hidup yang radikal baik pribadi maupun struktural; solidaritas sosial bagi kaum miskin.

Salam Damai Natal untuk kita sekalian. Semoga Kristus, Raja Damai, memampukan dan menyemangati kita untuk menyebarluasrkan damai dan cinta sejati di tengah kehidupan kita.

Kewapante, 24 Desember 2022.

P. Gregorius Nule,SVD . ***