HOMILI, Minggu, 09 Februari 2025: Kita Dipanggil Menjadi Pekerja Allah

Sabtu, 08 Februari 2025 13:44 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

pnjl.jpg
Yesus memanggil Simon, Yohanes dan Yakobus menjadi 'penjala manusia' (katolikku.com)

  KITA DIPANGGIL MENJADI PEKERJA ALLAH
  (Mnggu Biasa V C, Yes 6:1-2a.3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11)

Ilustrasi.
Diceritakan bahwa pak Yosef selalu menjadi tetangga yang baik. Suatu pagi seorang ibu bertanya kepadanya kalau dia dapat mengantar Daniel, anaknya, ke Rumah Sakit, karena sedang panas tinggi. 

Sebenarnya pak Yosef sudah punya rencana lain.  Tetapi, ia tidak tahu bagaimana harus mengatakan hal itu. Maka ia mengiakannya. Ia  manaikkan Daniel dan mendudukkannya di kursi mobil lalu melaju ke Rumah Sakit. 

Ketika mobil sedang meluncur Daniel menatap wajah pak Yosef dan bertanya, “Apakah engkau Allah?” 

Mendengar pertanyaan itu, pak Yosef terkejut dan menjawab, “Ah, bukan. Saya manusia biasa”. Daniel melanjutkan, “Sebab saya mendengar ibuku ketika ia sedang memohon kepada Allah agar aku dapat diantar ke Rumah Sakit. Tadi ibu bilang, ‘Ya Allah, tunjukkan jalan agar anakku yang sakit ini diantar ke Rumah Sakit”. 

Lalu Daniel melanjutkan, “Kalau engkau bukan Allah, apakah engkau bekerja untuk Dia?” Pak Yosef mengangguk dan berkata, “Ya, kadang-kadang saya pikir memang demikian. Dan sekarang karena engkau bertanya begitu, maka saya ingin melakukannya lebih banyak lagi. Saya mau beri lebih banyak waktu untuk bekerja bagi Allah”.

Refleksi 
Bacaan-bacaan hari ini melukiskan tentang panggilan Allah sebagai anugerah yang mampu mengubah manusia secara radikal untuk menjadi utusan Allah dan bekerja demi kebaikan banyak orang dan dunia. 

Yesaya yang mengalami Allah yang agung, penuh kuasa dan kudus, merasa diri tidak pantas dan dengan terus terang berkata, “Celakalah aku sebab aku ini seorang yang najis bibir”, (Yes 6:5). 
Tetapi, Allah menyucikan bibirnya dengan bara api sehingga kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni. Lalu Yesaya menyatakan kesediaannya untuk menjadi utusan Tuhan guna mewartakan Firman Allah.

Yesaya berkata, “Inilah aku, utuslah aku”, (Yes 6:8).
Paulus merasa diri sebagai rasul yang lahir sebelum waktunya karena ia dipanggil ketika  sedang melaksanakan tugas yang tidak terpuji yakni menganiaya para pengikut Jalan Tuhan atau orang-orang kristen. 

Tetapi, cahaya dari langit, yakni Cahaya Yesus yang bangkit, membutakan matanya, dan setelah menerima baptisan dari Ananias ia berubah  menjadi seorang pewarta Injil yang gigih kepada segala bangsa.  

Panggilan Petrus terjadi setelah Yesus menggunakan perahunya sebagai mimbar untuk mewartakan Kerajaan Allah. Selanjutnya, Yesus minta Petrus untuk menebarkan jalanya ke tempat yang lebih dalam. 

Petrus sangat terkejut mendengar perintah itu karena tidak lazim orang menjala ikan di siang hari, apalagi sepanjang malam mereka telah bekerja keras tanpa menangkap apa pun. Meski demikian, Petrus ikuti perintah Yesus dan hasilnya sungguh luar biasa. Mereka menangkap ikan dalam jumlah yang sangat besar.  Akibatnya, jala mereka mulai koyak, (bdk. Luk 5:1-6). 

Melihat semua keajaiban itu Petrus menjadi takut lalu bersujud di hadapan Yesus dan meminta Yesus pergi meninggalkannya. 

Petrus berkata, “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa”, (bdk. Luk 5:8). Kata-kata Petrus ini mewakili semua temannya yang berdiri tertegun tanpa kata menyaksikan semua kejadian ajaib di siang hari itu. 

Yesus menanggapi ungkapan ketidaklayakan Petrus dengan berkata, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”. Dan, setelah menyelesaikan tugas mereka, Petrus, Yohanes dan Yakobus langsung meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus. 

Dewasa ini panggilan yang dialami Yesaya, Paulus dan Petrus juga kita alami dalam hidup sehari-hari. Kita dipanggil untuk bermisi yakni membangun Kerajaan Allah dan menghadirkan nilai-nilanya, seperti cinta kasih, damai, kerukunan, persaudaraan, kekeluargaan, solidaritas dan pengampunan di dalam keluarga, komunitas biara, pastoran, sekolah, kantor, toko, bengkel, pasar, dan tempat di mana kita bekerja.  

Kita dipanggil untuk menjadi pekerja Allah sebagai pelayan pastoral di KBG, Lingkungan, stasi dan paroki serta pelaksana tugas kemanusiaan lainnya di tengah masyarakat. Mungkin sering kita merasa tidak mampu, tidak layak, tidak punya keahlian, tidak punya waktu, dan aneka kesulitan lainnya. Atau ada yang merasa malu san ada juga yang memang tidak mau terlibat.

Tetapi, sebagaimana Yesaya, Paulus serta Petrus dan para nelayan sederhana lainnya yang terbuka dan mau bekerja sama dengan rahmat Tuhan sehingga telah terbukti sebagai rasul dan utusan Allah yang handal dan sukses. 

 Demikian pun, setiap orang beriman, jika kita mau menyerahkan diri kepada Allah dan membiarkan diri dipenuhi oleh rahmat Allah maka, yakinlah, semangat kerasulan akan tumbuh dalam hati dan hidup sehari-hari secara mengagumkan. 

Sebab ketika kita yang rapuh dan lemah berserah kepada Tuhan serta percaya akan Firman Allah dan mentaatinya  maka akan terjadilah mukjizat dalam hidup dan karya kita. Semoga Tuhan memberkati selalu! AMEN.  

Kewapante, Minggu, 09 Februari 2025. ***