HOMILI Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, 28 Mei 2023: Mukjizat Pentakosta

Sabtu, 27 Mei 2023 16:53 WIB

Penulis:redaksi

Gregor.JPG
Pater Gregor Nule SVD (Dokpri)

MUKJIZAT PENTAKOSTA

(Minggu Pentakosta: Kis 2:1-11; 1Kor 12:3b.-7.12-13; Yoh 20: 19-23)

Kisah peristiwa pentekosta yang kita dengarkan hari ini dari tulisan Lukas dalam Kisah Para Rasul perlu mendapat perhatian khusus sehingga bisa membantu kita untuk memahami arti dan pesan Pentakosta dalam kehidupan umat kristen. 

Asal usul pesta ini di kalangan bangsa Israel pada awalnya merupakan pesta syukur panen,yakni pesta syukur atas kelimpahan panen. 

Selanjutnya pesta rakyat ini berubah makna  dan mendapat tempat khusus dalam karya keselamatan sebagai pesta syukur atas penyelenggaraan ilahi bagi bangsa Israel. 

Pentekosta lalu dihubungkan dengan peristiwa Sinai, khsususnya dengan promulgasi dan pemeberian Hukum Taurat, khususnya kesepuluh perintah Allah kepada bangsa pilihan melalui Musa. 

Di zaman Raja-raja pesta ini juga merupakan peringatan pembaharuan perjanjian antara bangsa Israel dengan Allah.   

Karena itu, bagi St. Lukas pembaharuan janji dan penyatuan kembali jemaat Perjanjian Baru dihubungkan dengan peristiwa Pentekosta, di mana  Yesus lebih dahulu  naik ke surga agar Ia mengutus Roh-Nya, sebagai awal berlakunya  hukum baru, yakni hukum kasih yang berlaku bagi seluruh umat manusia.

Dan, setelah 50 hari kebangkitan Yesus, ketika  semua orang Yahudi  dari segala penjuru bumi berkumpul di kota Yerusalem untuk merayakan pentakosta Yahudi,  saat itulah Roh Kudus turun  ke atas para Rasul yang sedang berkumpul di sebuah rumah untuk berdoa.  

Ilustrasi: Mukjizat Pentakosta 

Kisah para Rasul menceritakan secara dramatis peristiwa turunnyaRoh Kudus. Tiba-tiba turunlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras memenuhi rumah itu. 

Muncul pula lidah-lidah api bertebaran dan hinggap di atas para Rasul. Saat itulah mereka dipenuhi oleh Roh Kudus lalu mulai berani keluar dari persembunyian dan dengan berani pula berbicara kepada semua orang yang ada di Yerusalem  tentang Yesus dari Nazaret yang telah mati di salib, tetapi kini bangkit dan hidup. 

Roh Kudus memberikan kuasa dan keberanian kepada para Rasul untuk berbicara secara terus terang tentang karya agung Allah yang menyelamatkan dalam diri Yesus, orang Nazaret, yang mereka bunuh. 

Pada saat yang sama, anugerah  Roh Kudus juga menyanggupkan semua orang dari segala suku, bangsa dan bahasa untuk memahami pewartaan para Rasul. 

Inilah mukjizat Pentekosta. Inilah tanda istimewa di mana oleh kuasa Rohkudus para rasul, orang-orang sederhana dan tak berpendidikan tinggi dari Galilea yang takut mengalami nasib yang sama seperti Yesus, tampil begitu meyakinkan untuk  mewartakan tentang Yesus. 

Ketakutan dan kepanikan para rasul telah diubah menjadi keteguhan hati dan keberanian untuk berbicara di depan umum. Ruang persembunyian yang tertutup dibuka menjadi tempat doa, pujian dan ibadah sebagai ungkapan iman kepada Allah. 

Bukan hanya itu. Mereka juga dikobarkan oleh Roh Kudus untuk pergi memberitakan Kabar Sukacita kepada semua orang sampai ke ujung bumi. 

Yesus bersabda, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus”,(Yoh 20:21-22). 

Para Rasul mulai berani memberikan kesaksian tentang iman mereka  kepada siapa saja yang dijumpai. Atas nama Yesus yang bangkit mereka menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat dan membangkitkan orang mati. 

Akibatnya, iman akan Allah mulai bertumbuh, berkembang dan meresapi hati pelbagai suku dan bangsa  yang tersebar di seluruh bumi. 

Buah-buah Injil seperti cinta kasih, pengampunan, persaudaraan, persekutuan, sukacita, damai sejahtera, solidaritas dan keadilan semakin mewarnai dan menjiwai sikap, hidup dan perilaku banyak orang yang berkendak baik. Itulah juga mukjizat Pentekosta saat ini.

Bagi kita mukjizat Pentakosta dan karya Roh Kudus masih tetap nyata saat ini bahkan sampai akhir zaman. Roh Kudus tetap melanjutkan karya keselamatan Allah di tengah dunia ini melalui hidup dan karya seluruh anggota Gereja dan kita sekalian. 

Melalui  kuasa Roh Kudus, Allah menetapkan seluruh umatNya menjadi tanda kehadiranNya yang menghibur, meneguhkan dan menyelamatkan.

Tugas dan kepercayaan ini hanya dapat  dilaksanakan jika setiap orang beriman senantiasa membiarkan diri dipenuhi, dijiwai dan dirasuki oleh kuasa Roh Kudus. Sebab sebagaimana para Rasul dan umat Gereja perdana dahulu, Gereja zaman ini pun tentu  mengalami dan menghadapi aneka tantangan, kesulitan dan hambatan dalam melaksanakan tugas perutusan Yesus. 

Mungkin dewasa ini Gereja tidak mengalami penganiayaan dan pembunuhan ketika mewartakan Injil Yesus atau melaksanakan tugas perutusan, khususnya di wilayah sekitar kita ini. 

Tetapi tidak kurang pula sikap, perilaku dan kata-kata tertentu dari orang-orang dekat atau umat sendiri atau orang beragama lain yang menyurutkan semangat untuk menjadi saksi Yesus di tengah dunia dan lingkungan hidup sehari-hari. 

Akhir-akhir ini juga cukup banyak  umat Katolik yang menunjukkan sikap masa bodoh dan ketidakperdulian terhadap ajaran Yesus dan perintah-perintah Gereja. 

Ada  banyak umat Katolik yang tidak merayakan hari Minggu sebagai Hari Tuhan. Hari minggu menjadi hari libur keluarga atau hari kerja seperti hari-hari lain. 

 Ada pula yang hanya bersemangat iman “napas”, alias Natal dan Paskah. Yang lain baru ingat Tuhan dan berpaling kepada-Nya apabila mengalami tantangan dan kesulitan besar, seperti sakit, malapetaka dan kematian.

Masalah lain. Kita juga hidup dalam dunia yang terpecah-pecah dan dikotak-dikotakkan oleh pelbagai alasan:  politis, ekonomis, religius dan kepentingan-kepentingan eksklusif lainnya, juga di tengah ketakutan, kecemasan, kekelaman dan perjuangan hidup yang keras ini. 

Kita percaya bahwa kuasa Allah dan daya Rohkudus yang membaharui dan menghidupkan tetap nyata selamanya. Allah rela terlibat dalam hidup dan karya manusia dengan memberikan Roh Kudus untuk menolong, menghibur, memberi terang dan menguatkan. 

Oleh karena itu, dalam semangat Pentakosta ini hendaknya kita sadar bahwa kitapun dipanggil untuk mengemban tugas perutusan Yesus. 

Maka nyatakan dan tunjukkan kepada siapa saja yang dijumpai iman yang mantap, teguh dan hidup, bahwa di tengah ancaman perpecahan sebagai akibat perbedaan suku, bangsa, bahasa, agama dan partai politik,serta di tengah ketidakpedulian dan sikap masa bodoh dari umat Katolik, Allah tidak pernah berhenti berkarya untuk membebaskan dan menyelamatkan kita, umatNya. 

Percayalah bahwa Roh Kudus akan selalu menyertai dan menjiwai kita dengan karunia-karuniaNya. Persoalan hidup dan ancaman bahaya apa pun tidak bolehmembuat kita panik dan mengerdilkan iman, sebaliknya api Roh Kudus akan senantiasa membakar semangat kita untuk berani memberi kesaksian kepada dunia bahwa Tuhan kita hidup dan meraja sampai akhir zaman. 

Mari kita ingat pesan Yesus saat perpisahan dengan para muridNya, yang sungguh meneguhkan hati kita. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. 

Damai sejahteraKu, Kuberikan kepadamu.  Jangan gelisah dan gentar hatimu.,…(Yoh 15:27-28). Aku menyertai kamu sampai akhir zaman. Amen.*

Kewapante, 28 Mei 2023 (Minggu Pentakosta)

P. Gregorius Nule, SVD. ***