Murenbang
Sabtu, 29 Juni 2024 15:31 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MANUSIA TERCIPTA UNTUK BAHAGIA DAN SELAMAT, BUKAN UNTUK BINASA
(Minggu Biasa XIIIB: Keb 1,13-15.2,23-24; 2Kor 8,7.9.13-15; Mrk 5,21-43)
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidak pernah bebas dari penderitaan, malapetaka, kelaparan, kemiskinan, perang, aneka penyakit tak tersembuhkan, dan bahkan kematian yang menimpa keluarga, tetangga dan orang-orang di sekitar kita.
Dalam situasi terjepit demikian, manusia bisa saja berpikir bahwa Allah menciptakan manusia untuk kebinasaan dan maut.
Apakah benar demikian? Jawabannya adalah Tidak. Sebab Allah menciptakan manusia, dunia dan segala isinya dalam keadaan baik, untuk bahagia dan selamat. Atau dalam bahasa kitab Kebijksanaan, “Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tidak bergembira kalau makhluk yang hidup musnah binasa”,(Keb 1,13).
Selain itu, kita mesti yakin bahwa hidup manusia tidak berakhir dengan kematian dan kebinasaan. Kematian hanya menjadi awal untuk kebakaan dan hidup abadi. Sebab Allah tidak pernah menyetujui bahwa kematian merajai atau menguasai kehidupan.
Itulah sebabnya, kitab Kebijaksanaan menulis, “Dunia orang mati tidak merajai bumi. Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan”, (Keb 1, 14.23).
Allah telah menciptakan manusia untuk mengalami kehidupan kekal. Sebaliknya, Allah tidak menciptakan dosa, penderitaan dan maut. Allah menciptakan kehidupan yang bahagia.
Injil mengisahkan tentang Yesus berjalan berkeliling sambil diikuti banyak orang.
Mereka mau mendengarkan pengajaran Yesus. Yesus juga menjumpai dan menolong orang-orang sakit, menderita, terlantar, dan miskin.
Wanita yang telah 12 tahun menderita pendarahan hanya punya satu-satunya harapan pada Yesus. Ia telah menghabiskan semua harta milik dan uangnya untuk membayar dokter dan pengobatan lain.
Wanita itu tidak punya pilihan lain. Ia menjumpai Yesus karena ia sungguh yakin bahwa dengan hanya menyentuh jumbai jubah Yesus ia akan sembuh.
Memang terjadi demikian. Iman yang kokoh dan kepasrahan kepada Yesus menghasilkan mukjizat kesembuhan. Seketika itu pendarahan wanita itu terhenti.
Dan, terhentinya pendarahan dan kesembuhan wanita itu menjadi bukti dan buah dari iman akan Yesus.
Yairus, kepala rumah ibadat, juga mendatangi Yesus karena anak perempuannya sakit berat dan hampir mati. Ia menjumpai Yesus dan memintaNya agar datang menyembuhkan anaknya.
Tetapi, ketika dalam perjalanan ke rumah, ada berita bahwa anaknya telah mati. Maka orang-orang minta agar Yairus tidak perlu merepotkan dan malah menyusahkan Guru.
Tetapi, Yesus mengingatkan Yairus agar tetap percaya. Dan, atas dasar iman itu, Yesus menghidupkan kembali putri Yairus yang telah mati. Ia memegang tangannya dan berkata, “Talita kum”, yang berarti, “hai anak perempuan, Aku berkata kepadamu, bangunlah”, (Mrk 5,41).
Seketika itu kesehatan anak perempuan itu pulih kembali. Ia bangun, berdiri tegak dan berjalan. Kemudian mereka memberinya makan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pun mengalami penderitaan, sakit badan dan jiwa. Dalam keadaan demikian, kita hendaknya mencari obat dan bantuan dokter untuk menyembuhkan sakit, penyakit dan penderitaan itu.
Kita tidak perlu mencari dukun yang mulai mereka-reka sebab-musabab penderitaan dan penyakit yang dialami.
Kita juga tidak boleh saling menuduh dan mempersalahkan. Tidak bijaksana kita berpikir dan menuduh bahwa seseorang sakit atau mati karena dibuat oleh orang ini atau orang itu yang membenci, dendam atau iri hati terhadap kita.
Kita mesti akui bahwa ada sakit dan kematian tertentu yang bukan karena salah kita. Tetapi, ada juga sakit dan kematian yang terjadi karena salah kita atau salah orang lain.
Mungkin kita lalai, tidak jaga diri dan kesehatan, kita makan dan minum apa saja, yang bisa merugikan hidup kita. Kita bekerja berlebihan dan tidak istirahat secukupnya.
Ada juga yang mengenderai mobil atau motor dalam keadaan mabuk berat akibatnya ia bisa saja mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Dan, masih ada banyak contoh lain.
Karena itu, kita hendaknya berpegang teguh pada Sabda Allah bahwa penyakit, penderitaan dan kematian tidak diciptakan oleh Allah. Allah juga tidak menghukum atau mmbalas dosa dan kejahatan manusia dengan penyakit, penderitaan dan kematian.
Ketika alami sakit badan atau pun jiwa, kita hendaknya berjuang mencari bantuan medis dan pengobatan-pengobatan. Kita berobat. Kita berusaha memulihkan kembali kesehatan tubuh dan jiwa.
Kita juga belajar dari perempuan yang sakit pendarahan dan Yairus. Kita datang kepada Yesus, dan dengan penuh iman memohonkan penyembuhan, bagi diri kita atau bagi orang lain.
Kita mesti yakin bahwa Allah berkuasa menyembuhkan dan membebaskan manusia dari penyakit, penderitaan dan kematian. Kita juga mesti yakin akan kekuatan doa yang kita panjatkan dengan penuh iman.
Maka kita mesti saling mendoakan. Kita berdoa untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Sebab Allah selalu mendengarkan dan peduli kepada orang yang senantiasa berseru kepada-Nya.
Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya terlantar tanpa bantuan.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa melindungi kita. Amen.
Kewapante, Minggu, 30 Juni 2024 ***