HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Minggu Biasa 30A, 29 Oktober 2023

Sabtu, 28 Oktober 2023 08:58 WIB

Penulis:redaksi

Gorr.jpg
Pater Gregor Nule SVD, Pastor Paroki Ratu Rosari, Kewapate (Dokpri)
KASIHILAH TUHAN ALLAHMU DAN KASIHILAH SESAMAMU SEPENUH HATI  (Minggu Biasa 30A: Kel 22:21-27; 1Tes 1: 5c – 10; Mt  22:34-40)

DALAM hidup sehari-hari kita mengenal aturan dan hukum yang umumnya bermanfaat untuk menata hidup bersama agar berjalan dengan baik, aman, damai dan harmonis. 

Aturan dan hukum juga berguna untuk menjamin tercapainya tujuan bersama.  

Dalam masyarakat Yahudi hukum Taurat menjadi acuan utama kehidupan bersama sehari-hari. Tradisi Yahudi mengajarkan bahwa Hkum Taurat berisi 613 ketetapan yang dirinci menjadi 248 perintah yang harus diikuti dan 365 larangan yang mesti ditaati. Karena itu, muncul pertanyaan dari para ahli Taurat tentang perintah yang paling utama di antara semua perintah Taurat. 

Penginjil Matius menampilkan seorang ahli Taurat yang menantang Yesus dengan pertanyaan tentang hukum yang paling utama.

 Dengan pertanyaan ini mereka ingin tahu apakah Yesus sungguh memahami hukum Taurat karena Dia sering mengemukakan kritikan-kritikan tajam melawan hukum Taurat, dan bahkan tidak mentaatinya serta bertindak bertentangan dengan hukum Taurat. 

Yesus menjawab pertanyaan orang Farisi itu dengan berkata,”kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu……dan hukum kedua yang sama dengan yang pertama, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…”, (bdk Mt 22:27-29). 

Menurut Yesus hanya ada satu hukum yang utama yakni hukum kasih: kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia. 

Yesus pertama-tama meminta agar kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita tanpa syarat. 

Selanjutnya Yesus menyadarkan kita untuk melihat sesama manusia sebagai tempat istimewa guna menerapkan atau mewujudnyatakan hukum kasih kepada Allah. Maka kita hendaknya mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Ilustrasi: Saling mengasihi

Menurut orang Yahudi sesama adalah saudara-saudara sebangsa. Maka setiap orang Yahudi wajib mengasihi saudara-saudara sebangsanya seperti mengasihi diri sendiri. 

Sebaliknya orang-orang bukan Yahudi dianggap sebagai orang asing dan kafir, bahkan menjadi musuh yang mesti disingkirkan dari pergaulan sehari-hari. 

Tetapi, Kitab Keluaran mewartakan tentang kasih Allah yang terbuka dan merangkul semua orang, khususnya mereka yang kecil, miskin dan terpinggirkan. 

Melalui Musa  Allah mengingatkan bangsa Israel tentang aturan yang menekankan pentingnya solidaritas dan keadilan yang harus mereka tumbuhkan di dalam hati dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Bangsa Israel mesti sadar bahwa dahulu mereka pernah hidup sebagai orang asing dan mengalami belaskasihan  di negeri asing. 

Maka hendaknya mereka menaruh belaskasihan dan berlaku adil terhadap orang-orang asing di wilayah mereka  yang banyak kali mengalami pemerasan dan penindasan karena tidak memiliki hak sipil dan perlindungan hukum. 

Orang-orang Israel juga mesti melindungi para janda, yatim piatu dan orang-orang miskin, yang merupakan kelompok rentan karena tidak memiliki pegangan dan hak atas harta apa pun. Maka sikap hidup yang perlu dimiliki adalah lemah-lembut, murah hati dan mengedepankan kasih. 

Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan kita akan  hukum kasih sebagai satu-satunya hukum kehidupan yang mesti menjadi pedoman dan jiwa hidup kita.  

Pada saat yang sama, Yesus menantang kita untuk berpikir tentang bagaimana menghayati hukum kasih itu dalam hidup yang nyata. 

Dan, mungkin  ilustrasi berikut dapat membantu kita. 

“Ada seorang pengemis yang selalu duduk di pinggiran  jalan  ramai di tengah sebuah kota besar dan mengulurkan tangan kepada setiap orang yang kebetulan lewat di depannya. 

Pada suatu hari lewatlah di tempat itu Tolstoy, seorang penulis terkenal dari Russia. Tolstoy berhenti sejenak di depan orang miskin itu dan mencoba mencari-cari uang di dalam saku dan dompetnya. Ternyata tidak ada sepeser pun. 

Dengan sangat sedih ia berkata, “Janganlah marah kepadaku, hai saudaraku. Saya tidak membawa uang hari ini”. 

Wajah pengemis itu menjadi bersinar-sinar dan berkata, “Tidak apa-apa tuan. Saya bergembira sekali karena tuan menyebut saya saudara. Inilah pemberian yang sangat tinggi nilainya bagi saya hari ini”.

Sebagai pengikut Kristus kita ditantang untuk hidup seperti  Kristus. Artinya,hidup dan tindakan kita harus menghadirkan kasih dan kebaikan Allah di tengah lingkungan di mana kita ada, hidup dan berkarya. 

Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia menerima dan melayani siapa saja yang datang kepadaNya, termasuk para pendosa yang bertobat. 

Ia juga mengampuni musuh-musuh dan orang-orang yang menganiaya, menghukum dan mengkhianatiNya. 

Dalam hidup sehari-hari kita coba untuk meneladani Kristus dan melaksanakan hukum kasih. Seperti Kristus, kita pun dituntut untuk tidak egois dan berani menyangkal diri  sehingga bisa menjadi sesama dan saudara bagi orang lain. 

Kasih sejati juga menuntut keberanian untuk mengampuni, menerima mereka yang berbeda, khususnya di tengah hiruk-pikuknya sosialisasi calon-calon legislatif dan presiden-wakil presiden dari partai yang berbeda-beda. Dan bahkan dari kita dituntut keberanian untuk mengasihi orang yang tidak menyukai dan membenci kita. 

Mungkin inilah bagian yang tersulit dari hukum kasih, yakni mengasihi musuh-musuh atau mengasihi orang yang buat onar, suka mengganggu dan menyakiti  hati kita. 

Maka kita hendaknya belajar dan berusaha terus-menerus untuk mengampuni sebagai wujud kasih kita kepada Allah dan   sesama. 

Kita juga mesti rela memperhatikan dan membantu mereka yang miskin, lemah, sakit, lanjut usia dan terlupakan dalam masyarakat serta memandang dan mengasihi mereka sebagai saudara. 

Sebab kasih yang sejati harus disertai dengan kerelaan untuk berkorban, bahkan berani mati untuk orang-orang yang sungguh membutuhkan perhatian kita, seperti Kristus sendiri. 

Mengasihi Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati tidak boleh hanya diungkapkan dengan kata-kata, melainkan terutama harus ditunjukkan lewat tindakan-tindakan nyata. 

Dan, sangat tidak bijaksana bila kita mengaku beriman kepada Tuhan dan mencintaiNya tetapi membenci sesama dan tidak rela mengampuni orang lain. 

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita agar menjadi pelaku benar hukum kasih dalam hidup sehari-hari. Amen.

Kewapante, Minggu, 29 Oktober 2023

P. Gregorius Nule, SVD.***