Yesus
Sabtu, 12 Maret 2022 20:11 WIB
Penulis:redaksi
Minggu II C Prapaskah: Kej 15:5-12.17-18;Flp 3:17-4:`1; Luk 9:28b-36
Martin Luther King, seorang tokoh perjuangan kemanusiaan dan pahlawan kaum negro Amerika Serikat yang tetindas, selalu melihat kekuatan dan harapan di dalam pengalaman hidup dan iman bangsa Israel.
Orang-orang Israel mengalami penderitaan di bawah perbudakan Mesir. Tetapi mereka selamat, bebas dan mencapai tanah terjanji berkat kuasa Allah. Begitu pula orang-orang negro kelak akan mengalami pembebasan dan keadilan jika mereka senantiasa berjuang, bekerja keras, dan mengharapkan campur tangan Allah.
Karena itu, orang-orang Negro mesti sabar dan pantang menyerah. Itulah sebabnya Martin Luther King tidak pernah lelah berjuang menemani dan menyemangati kaumnya yang menderita.
Dalam Injil hari ini Yesus membawa ketiga muridNya: Petrus, Yakobus dan Yohanes ke atas sebuah gunung. Di sana Yesus berubah wajahNya ketika sedang berdoa. Perubahan wajah Yesus menampakkan keagungan dan kemuliaan-Nya.
Inlah kesempatan istimewa bagi para murid untuk mengalami suatu peristiwa iman yang sangat mengesankan dan sulit dilupakan. Pengalaman ini menjadi inspirasi dan sekaligus motivasi untuk mengikuti Yesus secara baru.
Yesus bukan sekedar seorang Guru ilahi, tetapi terutama Mesias dan Tuhan yang rela menderita, mati di salib dan bangkit dengan mulia, sebagai jalan keselamatan bagi semua orang beriman.
Para murid dipanggil ke gunung untuk menyelami dan sekaligus mengikuti via dolorosa atau jalan salib Yesus menuju kemuliaan-Nya. Pengalaman gunung Tabor menjadi daya kekuatan, inspirasi dan motivasi istimewa untuk menjalani Getzemani dan Golgota sebagai jembatan untuk mengalami hidup baru penuh sukacita bersama Yesus yang bangkit dan hidup.
Sebab tanpa salib, penderitaan dan kematian, kebangkitan dan hidup baru menjadi harapan kosong yang tidak pernah jadi kenyataan.
Sebagai pengikut Kristus, kita pun mungkin pernah mengalami peristiwa-peristiwa hidup yang mirip dengan pengalaman Yesus dan para murid-Nya. Terkadang kita mengalami kasih yang tersembunyi di balik teguran.
Dan untuk menemukan kasih itu diperlukan hati yang terbuka. Mungkin terkadang kita alami kebaikan yang tersembunyi di balik tongkat didikan. Untuk dapat melihat dan mengalaminya diperlukan kesabaran. Mungkin sering kita alami keberhasilan yang tersembunyi di balik kegagalan. Dan untuk mendapatkannya diperlukan ketekunan dan sikap pantang menyerah.
Mungkin sering kita alami mukjizat yang bersembunyi di balik perbuatan-perbuatan kecil dan tak berarti. Untuk memahaminya dibutuhkan iman dan harapan yang tidak mudah padam.
Karena itu, kita perlu menyadari bahwa kesempatan istimewa di mana Allah menyatakan kehadiranNya atau “kairos” sering menyamar di balik hal-hal kecil dan sederhana dalam hidup sehari-hari. Karkater yang kuat sering menyamar di dalam proses yang menyakitkan, sebab di balik kekurangan dan kelemahan tersimpan segala kelimpahan, di balik penderitaan tersimpan kemuliaan, di balik air mata tersimpan sukacita, di balik rasa sakit tersimpan pemulihan, dan di balik pelanggaran dan kejatuhan tersimpan pengampunan.
Satu hal yang patut kita akui yakni bahwa sekali pun fajar pagi tertutup awan gelap, tetapi akan bersinar pada waktunya. Begitu pula janji Tuhan untuk menyelamatkan kita, umatNya. Ia tidak datang terlalu cepat atau sangat terlambat.
Tetapi, ia tiba tepat pada waktunya. Sebab, perlu kita ingat bahwa waktu Tuhan sangat berbeda dengan waktu kita. Ketika kita mulai merasa lelah dan ingin berhenti, maka taruhlah janji Tuhan di dalam hati.
Camkanlah, sebab di balik setiap peristiwa yang terjadi, menyenangkan ataupun menyedihkan, keberhasilan atau pun kegtagalan, tak satu pun yang sia-sia. Sebab di balik semuanya tersembunyi rencana Allah yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang senantiasa menanti, berharap dan mengasihi Dia.
Santo Paulus berkata, “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom 8:28).
Bagi kita, undangan untuk memandang kemuliaan Yesus hari ini adalah suatu pendakian ke gunung. Prapaskah adalah masa di mana kita mendaki sebuah gunung bersama Yesus.
Dan, mendaki gunung bersama Yesus berarti membangun tekad untuk berada bersama Yesus dalam doa, dan sekaligus siap untuk mendengarkan suara dan ajaran Yesus, yakni mengimani apa yang diajarkan Yesus an siap melaksanakannya.
Kita mesti percaya bahwa Anak Manusia akan menanggung banyak penderitaan dan wafat, tetapi akan dibangkitkan dan dimuliakan. “Inilah AnakKu yang Kupilih, dangarkanlah Dia”, *Luk 9:35). Inilah suara yang terpancar dari kemuliaan Bapa untuk meneguhkan iman kita di bawah bayang-bayang salib yang menakutkan. Amen.
*Kewapante, 13 Maret 2022,
P. Gregorius Nule, SVD. ***
3 tahun yang lalu