Negekeo
Jumat, 05 November 2021 12:14 WIB
Penulis:redaksi
JAKARTA (Floresku.com)- Hari Polisi Wanita (Polwan) diperingati setiap 1 September. Peringatan Hari Polwan didasari pada dirintisnya polisi perempuan untuk pertama kalinya.Terbentuknya Polwan di Indonesia diawali dari sulitnya laki-laki untuk menangani perkara yang melibatkan perempuan.
Melansir museumpolri.org, terdapat kesulitan pada polisi laki-laki ketika pemeriksaan korban, tersangka, maupun saksi perempuan dalam sebuh kasus.
Karena itu, polisi kerap meminta bantuan para istri atau pegawai sipil perempuan untuk membantu menanganinya.
Hal ini mendorong inisiatif mendorong berbagai organisasi perempuan, terutama organisasi perempuan Islam di Bukittinggi untuk mengusulkan pada pemerintah agar perempuan diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian.
Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan mendidik perempuan pilihan untuk menjadi polisi.
Pada tanggal 1 September 1948 secara resmi disertakan enam siswa perempuan yaitu: Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher.
Hari inilah yang nantinya akan diperingati sebagai hari lahirnya polwan.
Keenam perempuan tersebut mengikuti pendidikan inspektur polisi bersama 44 siswa laki-laki di SPN Bukittinggi.
Beberapa bulan setelahnya, meletus agresi militer Belanda ke II yang menyebabkan inspektur polisi di Bukittinggi dihentikan dan ditutup pada 19 Desember 1948.
Setelah adanya pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia, pada tanggal 19 Juli 1950, enam perempuan calon polisi tersebut kembali dilatih di SPN Sukabumi.
Mereka mendapat banyak pelajaran, seperti ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, serta latihan bela diri dan militer.
Keenam perempuan tersebut berhasil menyelesaikan pendidikan pada 1 Mei 1951 dan mulai bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan Komisariat Polisi Jakarta Raya.
Mereka diberikan tugas khusus menyangkut kepolisian terkait dengan perempuan, anak-anak, seperti :
Mengusut, memberantas, dan mencegah kejahatan yang dilakukan oleh atau terhadap perempuan dan anak-anak.
Memberi bantuan kepada polisi umum dalam pengusutan dan pemeriksaan perkara terhadap terdakwa atau saksi khusus untuk memeriksa fisik kaum perempuan yang tersangkut atau terdakwa dalam suatu perkara.
Mengawasi dan memberantas pelacuran, perdagangan perempuan dan anak-anak.
Dibukanya Sekolah Polwan
Dikeluarkannya TAP MPR No. II Tahun 1960 yang menyatakan bahwa kepolisian merupakan bagian dari angkatan bersenjata jadi awal adanya polwan di Indonesia.
Pada tahun 1965 pendidikan calon perwira polwan diintegrasikan bersama calon perwira polisi laki-laki untuk bersama-sama dididik di AAK (Akademi Angkatan Kepolisian) di Yogyakarta.
Perekrutan Polwan di AAK hanya berjalan satu angkatan, setelah itu tidak ada lagi perekrutan untuk calon perwira Polwan di AAK.
Jalur perekrutan untuk menjadi perwira Polwan adalah melalui jalur perwira karier setingkat sarjana dan sarjana muda melalui SEPAMILWA (Sekolah Perwira Militer Wajib).
Pada tahun 1975 Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 007 Ciputat untuk pertama kali membuka kelas pendidikan untuk bintara polwan.
Pada tahun 1982 Dodiklat 007 berubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Polisi Wanita (Pusdikpolwan) Ciputat, menjadi tahun pertama bagi lembaga pendidikan yang khusus mendidik polisi perempuan.
Pusdikpolwan berganti nama menjadi Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) pada 30 Oktober 1984.
Berdirinya Sepolwan menarik minat perempuan untuk menjadi polisi.
Pada tahun 1987, Lettu Pol. Dwi Gusiyati merupakan polwan pertama yang menjabat sebagai Kapolsek Pasar Kliwon, Solo.
Setelahnya, Brigadir Jenderal Polisi Jeanne Mandagi, S.H. merupakan polwan pertama yang mendapat pangkat Jenderal Bintang Satu pada tahun 1991.
Dalam rangka memperingati kelahiran polwan di Indonesia, maka dibangun Monumen Polwan di Bukittinggi, Sumatra Barat yang diresmikan oleh Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Banoeroesman Astrosemitro pada tanggal 27 April 1993. (Paul). ***