wisata
Senin, 15 Mei 2023 14:13 WIB
Penulis:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) - Rumah setengah tembok berdinding pelupuh berlantaikan tanah itu tampak rapi dan bersih. Beberapa ornamen dari barang bekas ditempatkan di ruang tamu berukuran 3X4 meter menambah semarak keindahan rumah.
Terlihat ada pohon natal dari botol bekas. Ada juga bunga dari botol bekas yang digantungkan di dinding. Beberapa bentuk susunan bungkus rokok yang belum selesai dikerjakan terletak di meja di sudut ruangan.
"Ini mau dibuat menjadi bunga," ungkap Albina Abong (45) sambil menunjuk tumpukan bungkus rokok di atas meja di sudut ruangan saat ditemui di rumahnya di Lorong TK Immaculata, Waioti, Maumere,
Kabupaten Sikka pada Selasa (21/3).
Albina selalu mengisi waktunya luangnya di rumah atau tempat kerjanya untuk mengubah sampah menjadi aneka hiasan dan perabot rumah tangga.
Jari-jari beruratnya lihai dalam menggunting, menganyam, menyusun hingga memberi warna pada aneka kriya yang dibuat.
Ia duduk beralaskan karpet merah yang dibentang melintang menutup lantai ruangan yang sedikit berlubang. Semua perlengkapan untuk membuat kerajinan tangan ada di situ. Sampah-sampah plastik minuman yang telah dibersihkan diletakkan di salah satu sisi karpet.
"Satu kerajinan tangan seperti pohon natal membutuhkan sekitar sepuluh sampai 11 botol bekas minuman. Sedangkan untuk hiasan dinding hanya membutuhkan satu atau dua botol bekas saja dan manik-manik hiasan," ujar Albina.
Sampah-sampah plastik tersebut berasal dari Pasar Tingkat Maumere. Salah satu pasar yang terletak di tengah kota. Disebut Pasar Tingkat karena bagian utama adalah sebuah bangunan dua lantai yang dibagi menjadi los-los tempat usaha.
Di sana lah Albina bersama suaminya, Yosep Loku (47) membuka tempat jahitan. Pasangan difabel ini terampil menjahit dan menjadikannya sumber pendapatan keluarga.
Setiap sore, sebelum pulang ke rumah, Albina biasanya memungut aneka sampah dari bungkus rokok, botol hingga bungkusan minuman gelas bekas untuk diubah jadi aneka kerajinan. Hasil olahannya tidak dijual melainkan dipakai sendiri atau diberikan ke teman dan tetangga.
Berdiri disamping kontener sampah dengan menggunakan sarung tangan plastik albina harus memilah milih sampah yang ada didalam kontener tersebut demi mendapatkan bahan-bahan plastik yang ia butuhkan.
Dirinya tidak pernah malu karena menurutnya apa yang dia ambil dari tempat sampah adalah barang yang bisa diubah menjadi barang yang bermanfaat.
"Saya tidak malu ataupun risi karena apa yang diambil menurutnya bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang yang bernilai. Pada intinya jikalau memungut sampah di tempat sampah jangan sampai menghambur-hamburkan sampah karena akan membuat kotor area pasar, Ambil saja seperlunya," ujar Albina.
Sesungguhnya Albina mulai mengumpulkan dan mengolah sampah menjadi kerajinan tangan sejak anak sulungnya masih berusia setahun. Pekerjaan itu berlanjut hingga kini, saat anaknya menjadi mahasiswa semester akhir di IFTK Ledalero.
Albina yakin usaha mengolah sampah menjadi bagian dari pendidikan karakter bagi enam buah hatinya. Iya selalu mengajarkan keenam anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan. Mereka juga sering diajak bersama membuat aneka kerajinan dari sampah.
"Saat jenuh menjahit, saya manfaatkan waktu untuk olah bahan sampah jadi keset, hiasan dan lainnya," ujarnya.
Apa yang ia kerjakan pun dilihat oleh anak-anaknya. Dan ia yakin sekali kelak kesadaran tentang memanfaatkan sampah bakal diikuti anak-anaknya.
Kini anak perempuan pertama dan nomor tiga tengah menempuh pendidikan tinggi di kota Maumere. Yang nomor dua masih memilih membantu ia dan sang suami. Yang nomor empat saat ini SMP kelas 8, dan nomor lima SD kelas 6, sementara si bungsu kelas 3 SD.
Albina mengatakan, sang suami sempat merasa risi. Apa lagi ketika melihat banyaknya sampah yang ada di rumah.
"Sekarang justru dia malah ikut pungut sampah yang bisa saya olah untuk dibawa ke rumah," ujar Albina sambil tertawa.
Mengedukasi Teman Sekomunitas
Albina tidak hanya berbagi ilmu dengan suami dan anak-anaknya. Ia juga memberikan edukasi kepada teman-teman penyandang disabilitas tentang pemanfaatan sampah sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan bernilai ekonomis.
Dalam beberapa kesempatan, ia melatih para penyandang disabilitas di wilayah Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka untuk membuat keset dari pecahan kain-kain sisa.
“Dalam dua hari, teman-teman disabilitas sudah bisa menghasilkan satu buah keset. Mereka bersyukur karena sudah bisa menghasilkan kerajinan tangan sendiri,” kata Albina.
“Teman-teman disabilitas jangan malu untuk belajar dan manfaatkan barang-barang bekas karena dari barang-barang bekas akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi banyak orang dan akan menjadi pekerjaan pokok jika ditekuni dengan baik dan serius,” sambungnya.
Dominika Du’a, 58 tahun, penyandang disabilitas asal Kewapante, mengaku bersyukur setelah mendapatkan pelatihan dari Albina pada pertengahan 2021 lalu. Bersama 14 penyandang disabilitas lainnya, ia belajar pembuatan keset dari sisa kain yang tidak terpakai lagi.
“Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari pelatihan itu, terutama soal bagaimana memanfaatkan barang bekas. Dan sebulan setelah pelatihan, saya punya gagasan mendirikan tempat jahit yang berkembang sampai sekarang," kata Dominika.
Masalah Sampah Pasar
Di Pasar Tingkat sendiri, sampah adalah pemandangan lumrah keseharian pengguna pasar dan pengunjung. Aneka ragam sampah dihasilkan setiap hari dari aktivitas jual beli barang dan jasa, dari sampah plastik, sisa buah dan sayuran hingga perca kain.
Setiap hari ada petugas yang mengumpulkan sampah untuk ditempatkan di truk sampah di luar pasar yang selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir.
Tanpa memilah dan memilih dulu mana sampah plastik, Organik dan Non organik semua sampah tercampur sekaligus didalam kontener sampah
Meskipun demikian, pihak PD Pasar selaku pengelola pasar tidak memiliki data pasti berapa banyak sampah yang dihasilkan setiap hari.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Perindustrian Kabupaten Sikka, Yosef Benyamin mengatakan, pihaknya rutin membersihkan sampah pasar setiap hari. Belasan petugas membersihkan sampah secara bergantian.
“Jadi setiap hari pasar selalu dibersihkan, pagi dan sore hari ada enam belas petugas pasar yang tiap harinya bergantian untuk membersihkan pasar,” tutur Kadis Benyamin.
Dalam menangani masalah sampah di pasar, tutur Kadis Benyamin, pihaknya berkendala dengan masalah pengangkutan. Petugas kadang-kadang lamban mengangkut sampah.
“Terkadang dari dinas lingkungan hidup lamban dalam menangani untuk mengangkut sampah yang ditampung di kontainer sampah di sekitar pasar tingkat yang mengakibatkan sampah menumpuk berhari-hari dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan sampah berserakan di badan jalan," tuturnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka, Silvester Saka saat diwawancarai media ini mejelaskan terkait penaganan sampah di sikka" Untuk saat ini armada Dinas Lingkugan Hidup (DLH) Kabupaten Sikka yang aktif hanya tiga truck dan dua amrol untuk mengangkut 250 meter kubik sampah setiap harinya" Ucap Silvester.
Silvester Saka mengakui bahwa pihaknya sering terlambat dalam mengangkut sampah dalam kota Itu terjadi karena kekurangan armada.
Masih banyak juga sampah yang tidak terangkut dalam kota sekitar 80,50 meter kubik setiap hari,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Volume sampah per bulannya yang terangkut 5.000 meter kubik. Sementara volume sampah yang terangkut per tahun itu 65.500 meter kubik,” tambahnya.
Terkadang tiap harinya sekitar 80,25 kubik sampah yang tidak terangkut dibiarkan menumpuk berhari-hari
“Mulai dari sampah rumah tangga, plastik, sampah bekas pembongkaran rumah, dan sampah-sampah lainnya,” ungkap Saka.
Persoalan sampah harusnya menjadi pekerjaan bersama semua pihak, tidak hanya menjadi pekerjaan dinas lingkungan hidup. Selain kerja kolaborasi, dibutuhkan koordinasi semua lini dalam penanganan masalah sampah.
Silvester juga mengimbau masyarakat agar bekerja sama dalam memerangi sampah dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan tidak terlalu sering menggunakan plastik yang berlebihan.
Jika tidak maka Tempat Pembuangan Akhir(TPA) yang disiapkan seluas 2 Hektar untuk menampung sampah yang ditargetkan menampung sampah selama 5 tahun akan lebih cepat penuh sebelum waktunya.
Tinggalkan Pola Lama
Walhi NTT menilai bahwa penanganan sampah di kabupaten/kota di NTT masih menonjolkan skema "kumpul, angkut, dan buang". Pola ini dinilai tidak menyelesaikan persoalan dan karena itu mesti ditinggalkan.
Dalam keterangan persnya, Kepala Divisi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kampanye Walhi NTT, Yuvensius Stefanus Nonga menjelaskan bahwa pola atau skema penanganan sampah harus sesuai dengan semangat UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sampah, kata Yuvensius, mesti dipandang sebagai sumber daya alam yang bisa diolah menjadi barang ekonomis. Misalnya sampah bisa diolah menjadi pupuk kompos atau pun kerajinan tangan bernilai ekonomis.
Karena itu, Yuvensius mendorong keterlibatan semua pihak dalam mengelola sampah, baik itu pemerintah maupun masyarakat.
Apa yang dilakukan oleh Albina, menurut Walhi NTT, merupakan sebuah inisiatif yang berdampak positif bagi kesehatan lingkungan. Walhi NTT pun mengapresiasi langkah Albina dalam memungut dan mendaur ulang sampah plastik.
Koordinator Divisi Media Walhi NTT, Mesron Nome bilang, kreativitas Albina harus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Dengan begitu, muncul banyak Albina lain yang ikut peduli pada persoalan sampah.
“Inisiatif-inisiatif warga yang berusaha untuk memerangi sampah meskipun tidak berbanding lurus dengan sampah yang ada tiap harinya, kami sangat mengapresiasinya,” kata Mesron.
Memanfaatkan kembali sampah-sampah untuk kerajinan tangan demi menyambung hidup, kata Mesron, merupakan langkah kreatif menyelesaikan persoalan sampah, khususnya di daerah perkotaan. Patut untuk dicontohi. (Mardat). ***
4 bulan yang lalu