Mengenal Lebih Dekat Istana Mini Banda Neira, di Wilayah Timur Indonesia

Senin, 18 April 2022 12:11 WIB

Penulis:redaksi

isbanera.JPG
Kondisi di Sekeliling Istana Mini (cms.kmbmedia.id)

PADA masa lampau kepulauan Maluku dikenal sebagai sumber rempah-rempah. Melimpahnya rempah-rempah di wilayah tersebut seperti yang diungkapkan oleh para pedagang Melayu yang kemudian dikutip oleh Tome Pires (dalam Iriyanto, 2014) bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk bunga pala (fuli), dan Maluku untuk cengkeh. 

Hal ini merupakan sebab utama wilayah-wilayah tersebut kemudian menjadi ajang pertempuran berbagai bangsa, misalnya Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.

Mengutip situs cagarbudaya.kemdikbud.go.id, pada tahun 1512, Portugis dicatat sebagai Bangsa Eropa pertama yang mendarat di Kepulauan Banda. 

Meski telah dijajah oleh berbagai negara, namun Bangsa Belanda dinilai paling berhasil dalam menanamkan pengaruhnya, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, serta agama.

Pada masa kekuasaan Belanda di Kepulauan Banda, area ini dikonsentrasikan untuk perkebunan Pala. Tingginya aktifitas di Kepulauan Banda dibuktikan melalui banyaknya tinggalan kolonial di wilayah ini. 

Banda Neira bahkan dapat dianggap sebagai kawasan utama kota Kolonial karena berbagai bentuk arsitektur yang hingga kini masih dapat dijumpai, salah satunya adalah Istana Mini.

Istana Mini didirikan oleh Belanda pada sekitar tahun 1622 dan difungsikan sebagai tempat tinggal pejabat VOC serta kontroleur. Selain itu juga digunakan untuk tempat penyimpanan rempah-rempah.

Deskripsi bangunan istana

Situs cagarbudaya.kemdikbud.go.id menerangkan bahwa Istana Mini merupakan salah satu bangunan di tua Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua,  yang berjarak sekitar 500 meter di sebelah utara Benteng Belgica. 

Selain itu, bangunan tersebut juga berdekatan letaknya dengan Pantai Tita Baru.

Istana Mini dikelilingi oleh pagar tembok berukuran 85 meter x 90 meter. Secara garis besar Istana Mini dibagi menjadi dua, yaitu bangunan induk dan bangunan sayap.

Situs itu mendeskripsikan  bahwa bangunan induk dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan, tengah, dan belakang.
a. Bagian depan
Bagian depan berbentuk seperti teras terbuka yang letaknya agak tinggi. Dilihat dari fasad, terdapat empat tiang semu dan empat tiang utama bergaya Eropa lama yang menyangga bagian atap. 

Kedelapan tiang tersebut memiliki garis tengah sekitar 75 cm. Di bagian teras depan terdapat tangga pendek yang menghubungkan halaman dengan teras. 

Tampak Teras, Tangga, Meriam, serta Tiang-Tiang di Bagian Depan Istana Mini (Sumber: http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Tangga tersebut diapit oleh meriam kecil di samping kiri dan kanannya. Di ujung kiri dan kanan teras depan terdapat sebuah ruang semu serta dua jendela berukuran 175 x 131 cm. 

Pintu masuk utama menuju bangunan berbentuk kupu tarung yang diapit oleh masing-masing tiga jendela di samping kiri dan kanannya.

b. Bagian tengah
Bagian tengah bangunan diapit oleh masing-masing dua kamar di sisi kiri dan kanan. Keeempat kamar tersebut memiliki ukuran sekitar 5,90 meter x 7,40 meter.

Bagian Tengah dari Bangunan Induk Istana Mini (Sumber: http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Pada salah satu jendela kaca di bagian tengah bangunan utama yang menghadap ke halaman terdapat goresan tulisan berbahasa Perancis. 

Berikut alih aksara tulisan tersebut:
Quand viendra t`ill le temps que formera mon bonheur?
Quand frappera la cloche qui va sonner l`heure
Le moment que je reverai les bords de ma Patrie
Le soin de ma famille que j`aime et que je benis?
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesianya yaitu:
Kapan tiba saatnya untuk kebahagiaanku?
Ketika lonceng menghantam waktu
Saat-saat ketika aku melihat lagi tanah airku
Jiwa keluargaku yang aku cintai dan berkati?

Pesan tersebut ditulis oleh Charles Rumpley pada tanggal1 September 1831. Di dalam buku Ring of Fire: An Indonesian Odyssey karya Lawrence Blair dan Lorne Blair diungkapkan bahwa Charles Rumpley adalah gubernur Perancis terakhir yang ditugaskan di pulau tersebut.

c. Bagian belakang
Bagian belakang bangunan induk terdiri dari sebuah ruang makan yang terletak di tengah-tengah dengan ukuran 6,60 meter x 9,30 meter. 

Di kiri kanan ruang makan terdapat kamar tidur tambahan, masing-masing berukuran 7,50 meter x 4,10 meter.

Di bagian belakang bangunan induk juga terdapat teras dengan deretan pintu model kupu tarung seperti pintu yang terdapat di bagian teras depan. Selain itu, di bagian belakang juga terdapat halaman luas. 

Tampak Sumur di Halaman Belakang Istana Mini (Sumber: http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Di halaman tersebut terdapat sumur serta patung setengah badan Raja Willem III yang dibuat dari perunggu.

d.Bangunan Sayap

Bangunan sayap Istana Mini berbentuk memanjang dengan ukuran 27,5 meter x 89 meter yang dibagi menjadi beberapa ruangan, misalnya gudang, ruang I, ruang II, ruang III, dan ruang IV.

Selain bangunan induk dan bangunan sayap, Istana Mini juga memiliki bangunan dermaga berbentuk segi delapan dengan ukuran tinggi 70 cm.