Mengerikan Neraka di Donbas

Minggu, 22 Mei 2022 12:02 WIB

Penulis:MAR

Editor:MAR

rusia ukraina.jpg
Pasukan Rusia di Ukraina (The Independent)

KYIV (Floresku.com) - Saat akan memasuki bulan keempat, Perang Rusia di Ukraina telah menjadi urusan yang semakin brutal dan berdarah, dengan masing-masing pihak saling menjatuhkan. Keduanya mengklaim telah membuat keuntungan baru-baru ini. Tetapi mereka juga mengalami kemunduran.

Secara keseluruhan, Rusia harus diakui masih menjadi kekuatan dominan dan memiliki kekuatan militer yang signifikan. Tetapi juga harus diterima mereka belum ada kemenangan cepat seperti yang direncanakan. 

Di utara, serangan balasan Ukraina telah berhasil mendorong mundur pasukan Rusia dari kota Kharkiv. Di selatan, Rusia telah membersihkan kantong terakhir perlawanan di kota pelabuhan Mariupol. 

Pada Sabtu 21 Mei 2022 Rusia secara resmi mendeklarasikan bahwa mereka telah menguasai penuh kota tersebut. Ini memberikan keuntungan besar bagi mereka karena bisa membangun jembatan darat dari Krimea ke Donbass. Rusia menyebut sekitar 2400 pasukan Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal telah menyerah. 

Apa yang terjadi di Mariupol dan Kharkiv menyoroti pasang surut konflik ini. Keduanya mahal dalam hal korban militer dan sipil, tetapi keduanya tidak akan terbukti menentukan.

Rusia telah membuat kemajuan kecil tapi mantap di Donbas. Wilayah yang menjadi  fokus baru serangannya. Tapi itu juga mengalami kemunduran di beberapa titik. Seperti  kehancuran awal bulan ini dari puluhan kendaraan lapis baja Rusia yang mencoba menyeberangi sungai Donets Siversky.

Di timur masing-masing pihak saling bertukar pukulan berat dengan menggunakan artileri. Dan situasi ini akan terus terjadi dalam pertempuran Donbas.

Sejumlah pihak memperkirakan artileri akan menjadi penyebab utama jatuhnya korban di kedua belah pihak selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan mendatang. 

Ukraina  mengakui adanya serangan besar-besaran dari Rusia di sekitar Luhanks dan Donetsk. Dua wilyah yang membentuk Donbas. Presiden Ukraina Volodymir Zelensky menyebut dua daerah itu telah berubah menjadi neraka. 

Ukraina memang telah menerima senjata berat yang dipasok Barat  termasuk howitzer M777 Adari Amerika. Negara ini juga menerima  sistem radar kontra-artileri  untuk membantu menemukan dan menargetkan garis artileri Rusia. Tetapi Ukraina masih kalah senjata.

Ditinjau dari sisi taktik, Rusia telah menggunakan artileri dan peluncur roketnya untuk mengikat pasukan Ukraina  di sepanjang garis pertahanan yang dipersiapkan dengan baik. Rusia telah menekan dari dua arah utama  yakni dari Izyum di utara dan dari barat di sekitar kota Severedonetsk. Mereka telah membuat kemajuan  di kedua arah.

Ben Barry, mantan brigadir Angkatan Darat Inggris yang sekarang bekerja di International Institute for Strategic StudiesI  mengatakan tampaknya Rusia  mencoba untuk memaksa Ukraina  untuk memusatkan pasukannya pada titik-titik kunci, yang kemudian dapat menjadi sasaran artileri. Analis militer percaya Ukraina kemungkinan akan menderita korban yang signifikan dari taktik yang dikembangkan Rusia ini.

Namun Barry mengatakan Ukraina masih dapat menggunakan daerah perkotaan di Donbas untuk memperlambat kemajuan Rusia. Pertempuran  kota seperti yang telah ditunjukkan sepanjang perang ini terbukti memberi keuntungan bagi pasukan yang bertahan.

Tetapi baik intelijen Inggris, Amerika ataupun pengamat sepakat Rusia telah bergerak maju. Pertahanan Ukraina juga telah mengalami keretakan hingga  harus mundur. Mereka telah meledakkan jembatan untuk mencoba dan memperlambat kemajuan Rusia.

Luhansk, yang merupakan bagian timur laut wilayah Donbas adalah wilayah yang sangat mereka prioritaskan. Dan pada  Rusia disebut melakukan lebih banyak serangan  untuk menghancurkan pertahanan Ukraina itu. Kemarin, menteri pertahanan Rusia mengatakan Luhansk akan segera 100 persen berada di tangan mereka.

Kekurangan personel

Seperti di Mariupol Rusia kemungkinan akan mencoba menggiling perlawanan  dengan  menggunakan serangan artileri massal sampai hanya ada sedikit pertahanan. 

Hanya saja pakar militer masih percaya  Rusia kekurangan jumlah pasukan yang dibutuhkan untuk membuat kemajuan signifikan di timur. Pengerahan kembali pasukan dari pertempuran di Kharkiv dan Mariupol sepertinya tidak akan membuat perbedaan.

Jack Watling, dari Royal United Services Institute mengatakan Rusia masih kekurangan tenaga dan khususnya infanteri. Rusia telah mencoba untuk merekonstruksi dan menggabungkan beberapa unit yang sudah babak belur  dan dijuluki  sebagai "Pasukan Frankenstein".

Kohesi unit dan moral unit yang lelah dan terkuras cenderung buruk. Penilaian intelijen Kementerian Pertahanan Inggris baru-baru ini menyimpulkan bahwa komandan Rusia menghadapi tekanan untuk mencapai hasil dengan cepat. Sebagai akibatnya kemungkinan besar akan mendistribusikan kembali pasukan tanpa persiapan yang memadai.

Rusia seperti diketahui sedang mencoba untuk mengatasi kekurangan ini. Salah satunya dengan  memobilisasi cadangan yang berusia lebih dari 40 tahun dan menawarkan kontrak jangka pendek untuk mengisi jajarannya.  Tetapi melatih dan membangun kembali pasukan membutuhkan waktu.

Rusia juga terbukti rentan terhadap serangan Ukraina di jalur pasokannya. Tetapi kapasitas Ukraina untuk melakukan ini kemungkinan akan terbatas dengan sebagian besar pasukannya terikat dalam posisi defensif.

Tidak ada yang percaya perang ini akan berakhir dengan cepat. Situasi  belum menemui jalan buntu. Rusia membuat kemajuan  tetapi sangat lambat. Tetapi hasil dari perang ini tidak mungkin bergantung pada kekuatan militer saja.

Watling mengatakan Rusia juga mengejar tuas ekonomi dan politik untuk menimbulkan kerusakan sebanyak mungkin di Ukraina. Sementara ekonomi Rusia mendapat pukulan dari sanksi Barat, Ukraina kemungkinan akan lebih menderita.

PDB Rusia diperkirakan akan menyusut 12% pada tahun depan, tetapi PDB Ukraina bisa turun 50%. Blokade Rusia di Laut Hitam menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Watling mengatakan dukungan Barat untuk Ukraina bisa terbukti penting. Tetapi bisa jadi minat  dalam perang semakin lama semakin berkurang . Ini  seperti yang terjadi setelah 2014 ketika Rusia merebut Krimea dan separatis yang didukung Rusia pertama kali merebut bagian-bagian Donbas.

Pemerintah Barat sekarang juga harus mengkhawatirkan tantangan domestik mereka sendiri, termasuk kenaikan inflasi, harga gas dan minyak, dan krisis biaya hidup - yang sebagian disebabkan oleh perang. Tetapi ekonomi Rusia juga tetap dalam bahaya. Jelas negara ini tidak akan bisa mengandalkan hidupnya dari minyak saja. Dan juga bukan hanya perang yang membutuhkan biaya. 

Saat musim dingin mendekat, akan lebih sulit bagi tentara untuk bertarung. Mungkin juga terbukti lebih sulit bagi dunia untuk menghadapi badai ekonomi. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 22 May 2022