Rokok
Rabu, 01 November 2023 15:07 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
MARRAKESH – Berbagai organisasi Islam di Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, memiliki peran krusial dalam meningkatkan kualitas kesehatan publik dengan menyebarluaskan informasi yang akurat mengenai pengurangan risiko tembakau, salah satunya melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif.
Hal ini disampaikan oleh Rumadi Ahmad, Dosen Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2021 dalam Konferensi Afrika II tentang Pengurangan Risiko Kesehatan-Kesehatan Global Afrika, beberapa waktu lalu.
“Kami akan terus menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pengurangan risiko lingkungan dan tembakau, serta isu-isu strategis nasional lainnya melalui jaringan NU yang luas untuk memastikan implementasi kebijakan, mulai dari tingkat akar rumput,” papar Rumadi.
Menurut Rumadi, pengurangan risiko tembakau dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif perlu untuk segera dimaksimalkan mengingat tingginya angka perokok di Indonesia. Faktanya, pertumbuhan prevalensi merokok naik dari 27% pada tahun 1995 telah menjadi 36,3% pada tahun 2018. Kondisi tersebut menjadi tantangan serius bagi pemerintah untuk menghadapi penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.
“Adanya potensi (pemanfaatan) produk tembakau alternatif yang inovatif dan (profil) risikonya yang lebih rendah memotivasi kami untuk menyederhanakan pendekatan dalam pengurangan risiko tembakau. Pemerintah perlu memaksimalkan manfaatnya demi kesehatan masyarakat yang lebih baik,” jelas Rumadi.
Agar penggunaan produk tembakau alternatif dapat dimaksimalkan oleh perokok dewasa, lanjut Rumadi, seluruh pemangku kepentingan perlu mendorong inovasi untuk pengurangan risiko melalui pembangunan infrastruktur komunitas riset oleh akademisi secara berkelanjutan dengan melibatkan semua pihak. Tak hanya itu, organisasi masyarakat juga perlu dilibatkan untuk menciptakan dialog di ruang publik.
Dukungan PBNU terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif juga dibuktikan melalui kajian yang dilakukan Lakspesdam sebelumnya dengan buku berjudul “Fikih Tembakau – Kebijakan Produk Tembakau Alternatif di Indonesia.”
“Prioritas kami adalah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pro dan kontra dengan mengandalkan bukti ilmiah dan empiris. Hal ini untuk memastikan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga meminimalkan potensi dalam berbagai aspek dan menerapkan pendekatan produk tembakau alternatif supaya relevan,” kata Rumadi.
Pada forum yang sama, Wakil Direktur AOI University Hospital Jepang, Dr. Hiroya Kumamaru, juga menyampaikan bahwa pendekatan berhenti merokok secara total ternyata sulit dilakukan bagi perokok dewasa di Jepang. Maka itu, pemanfaatan produk tembakau alternatif, seperi produk tembakau yang dipanaskan ternyata dapat membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok di negara tersebut.
“Mengobati penyakit yang berkaitan dengan merokok membutuhkan biaya sekitar 4,3 triliun yen (setara Rp452.672.470.250.000). Pengeluarannya hampir dua kali lipat pendapatan pajak, yaitu 2,8 triliun yen(setara Rp294.763.469.000.000) per tahun. Adanya produk tembakau yang dipanaskan membantu sepertiga jumlah pria dan seperempat jumlah wanita di Jepang untuk mulai berhenti merokok,” jelas Dr. Hiroya.
setahun yang lalu