Produktivitas
Rabu, 01 Februari 2023 09:32 WIB
Penulis:redaksi
SURABAYA (Floresku.com) - JALA menyediakan ekosistem digital di sepanjang rantai industri, yang memuat informasi penting untuk pengembangan udang dari mulai pra-produksi hingga pasca-panen.
Seiring tingginya potensi budidaya udang di Indonesia yang telah didukung ketersediaan lahan hingga iklim yang sesuai, nyatanya masih banyak tantangan menghalangi produktivitas budidaya udang selama satu tahun ke belakang.
CEO JALA Liris Maduningtyas menjelaskan, berbagai faktor yang mempengaruhi budidaya untuk bisa diimprovisasi,
“Kami melihat 2022 menjadi tahun yang penuh tantangan karena adanya berbagai kendala seperti menurunnya harga yang diakibatkan penurunan permintaan hingga tingkat produktivitasnya itu sendiri," tuturnya.
Guna memberi acuan perencanaan yang lebih matang dalam berbudidaya udang di 2023, JALA sebagai solusi end-to-end budidaya udang senantiasa memberikan informasi dan refleksi berbasis data terkait perkembangan budidaya udang.
Hal ini yang menjadi pembahasan dari diskusi “Shrimp Outlook 2023: Kondisi Industri Udang Indonesia di Tahun 2022 dan Solusi untuk Tahun 2023".
Kegiatan yang terselenggara selama dua hari ini terdiri dari dua kegiatan utama, antara lain diskusi panel dan shrimp outlook.
Peserta kegiatan terdiri dari berbagai kalangan mulai dari perwakilan pemerintah, komunitas, petambak udang, hingga pakar yang membahas mengenai perkembangan dan masalah di budidaya udang sepanjang tahun.
Dari temuan JALA1, nyatanya terdapat penurunan produktivitas udang dari yang sebelumnya mencapai 11,97 ton/ha pada 2019 menjadi 10,5 ton/ha pada 2022.
Hal ini juga tercermin dari performa Survival Rate (SR) yang juga mengalami penurunan, yang mana pada 2021 nilai rata-rata mencapai 68,64 persen sedangkan pada 2022 hanya di angka 55,83 persen.
Meski demikian, terdapat kenaikan angka ekspor udan dari 187.726 menjadi 200.975 ton tahun ini. Lewat temuan tersebut, JALA memprediksi adanya peningkatan produksi dengan terus mendampingi petambak udang Indonesia.
Menanggapi adanya fluktuasi harga tersebut, penting bagi para petambak untuk fokus mempertahankan produktivitas budidaya agar tetap maksimal dan mengamankan margin keuntungan.
Hal itu dilakukan dengan memperhatikan berbagai komponen, seperti waktu dan durasi panen hingga upaya konversi pakan udang.
Lewat penyediaan ekosistem digital yang disediakan JALA di sepanjang rantai industri, terdapat informasi penting untuk pengembangan udang dari mulai pra-produksi hingga pasca-panen.
Pihaknya berharap bisa terus bangun ekosistem integratif dalam penyediaan solusi untuk seluruh pihak yang terlibat dalam industri udang yang pada akhirnya dapat memajukan industri udang di Indonesia.”
Dari tren tahun sebelumnya, terdapat indikasi penurunan durasi budidaya sejak pertengahan tahun akibat harga udang yang anjlok, yakni memasuki April dan pertengahan September.
Hal ini disebabkan adanya faktor cuaca dalam memulai budidaya. Jika tanpa memperhatikan waktu mulai budidaya, produktivitas terbaik diperoleh dari panen yang disebar dari dimulai pada Januari dan Februari.
Dari situ, umur budidaya relatif bisa lebih panjang dan capaian parameter produktivitas seperti SR, Feed 1 Sample diambil dari aplikasi JALA yang dimasukan petambak dalam rentan 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2021.
Adapun siklus budidaya yang dijadikan fokus adalah siklus yang selesai pada 2022. ***
4 bulan yang lalu