Paroki St Klaus Kuwu, Buka 'Tahun Pariwisata Holistik' dengan Misa Bernuansa Budaya Manggarai

Minggu, 06 Februari 2022 20:20 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

misa di kuwu2.jpg
Misa bernuansa Budaya Manggarai di Paroki St. Klaus, Kuwu, Minggu, 06 Februari 2022. (Jivansi)

KUWU (Floresku.com) - Pastor Paroki St. Klaus Kuwu, Kevikepan Ruteng, Kabupaten Manggarai dalam kesatuan dengan rekan pastor, Dewan Pastoral Paroki, dan Komunitas Biara serta seluruh umat paroki  secara resmi membuka tahun pariwisata holistik dengan Perayaan Ekaristi (Misa) yang kental dengan nuansa budaya Manggarai.

Perayaan Misa dilakukan  di Gereja  Paroki St. Klaus Kuwu,  pada Minggu 6 Januari 2021.

Alunan gong dan gendang yang dipadu dengan organ modern mengantar umat untuk khusuk bersujud syukur pada Tuhan.
Pantauan media ini, misa dimulai dengan pekikan 'renggas' oleh grup ronda paroki di depan halaman gereja sesaat sebelum perarakan masuk.

Grup ronda dengan pakaian adat Manggarai yang lengkap dan sempurna mengantar tiga imam konselebran masuk ke dalam gereja.

Ketiga imam yaitu RD Gabriel Harim, pastor Paroki St.Klaus Kuwu,  RD Ardus Endik, pastor rekan Paroki St Klaus Kuwu dan RD Dr Inosensius Sutam,  tampil sangat khas Manggarai hari ini.

Stola yang mereka pakai bermotif kain songke Manggarai. Demikianpun tutup kepala dengan topi bermotif daerah Manggarai. 

RD Dr.Ino Sutam sebagai konselebran utama mengenakan sapu (destar) ala Manggarai.

Lantunan suara dan syair grup ronda langsung disambut dengan koor adat ketika memasuki pintu gereja.
Para anggota koor dengan busana Manggarai. 

Kain songke, kebaya dan 'retu' sebagai pengikat kepala pengganti bali-belo untuk perempuan. 'Songke' dan 'sapu' serta topi untuk pria.

Irama gong dan gendang yang rancak dibawakan oleh koor dari Cireng dengan lagu Manggarai gubahan guru Marsel Gandur.

RD Ino Sutam sebagai konseleberan utama memimpin perayaan Ekaristi dengan bahasa Manggarai yang khas dan kental. Penuh dengan syair-syair adat dan budaya yang memiliki makna yang mendalam dan tajam.

Saat berkotbah, dosen Unika St.Paulus Ruteng Flores menguraikan secara etimologis Tahun Pastoral Pariwisata Holistik dalam bahasa Manggarai. Sehingga menjadi praktis dan mudah ditangkap serta dipahami oleh ratusan umat yang hadir saat misa itu.

"Saat berwisata, kita pergi untuk kembali. Kembali ke rumah kita sendiri", ujarnya.
Pada bagian lain khotbahnya, imam lulusan Prancis itu menguraikan makna 'wuat wa'i' dalam kehidupan orang Manggarai.

Karena kaki yang digunakan untuk berjalan maka kita memiliki ritus 'wuat wa'i' Dan perjalanan itu hendaknya bernilai positif. Baik untuk diri sendiri, sesama maupun lingkungan. Bukan perjalanan yang bernilai negatif seperti mencuri dan tindakan negatif lainnya.

Saat perarakan persembahan, Maksimus Kaus tua gendang Kuwu membawakan torok tae yang indah, apik dan menyentuh hati.

Sesaat sebelum ritus penutup, RD Gabriel Harim memukul gong sebagai tanda dimulainya tahun pariwisata holistik tingkat paroki St.Klaus.

Untuk diketahui, Paroki St.Klaus Kuwu berada di Desa Poco Likang, Kecamatan Ruteng, meliputi lima desa yakni: Bea Kakor, Kakor, Benteng Kuwu, Compang Namut dan Poco Likang. Umatnya tersebar di sembilan wilayah dengan 68 Komunitas Basis Gerejani. (SR/JH). ***