Sloki Muara, RD josal
Selasa, 13 April 2021 22:54 WIB
Penulis:redaksi
Seorang umat dari Peguyuban Berbagi Berkat bersama barang-barang yang terkumpul dan siap dikirim ke Posko Utama. (Foto: Bone Jehandut).
YOGYAKARTA (Floresku.com) - Umat Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta bergotong royong mengumpulkan uang, pakaian, buku-buku dan barang-barang kebutuhan harian untuk dikirim kepada para korban bencana alam di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui pesan whattsapp, Bonefasius Jehandut, menyampaikan bahwa umat Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta bergerak cepat untuk berbagi kasih bagi saudara-saudari di NTT. Stiap umat dan lingkungan bersatu dan padu peduli.
“Kami mengumpulkan baju, buku-buku pelajaran, buku-buku bacaa, uang dan lain-lain. Setelah terkumpul kita tinggal kirim barang ke Posko Utama... Diambil pakai Truk Auri... dan diangkut dengan Hercules tiap hari Senin,” tulis Bone mengutip seorang umat yang aktif dalam Peguyuban Berbagi Berkat atau PBB.
“Setiap umat memberi sumbangannya pada sore hari, kemudian mengumpulkan ke Gasebo Paroki, dikemas lalu diantar ke Posko, dan pada hari berikutnya dikirim ke Posko utama. Hingga hari ini sudah penyetoran ke Posko yang ke-2 dari Paroki Pringgolayan,” tulis Bone pula.
“Tak seberapa (barang dan uang yang terhimpun), tapi semoga bermanfaat. Terima kasih kepada semua yang teribat. Ini adalah gerakan dari umat Paroki Pringgolayan yang terhimpun dalam Paguyuban Berbagi Berkat,” tambah anggota PBB yang lain.
Sebagaimana diberitkan media ini, siklon tropis Seroja yang menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur dan perairan sekitarnya pada 4 April telah menyebabkan topan, banjir bandang, dan longsor di sejumlah kabupaten di sana.
Setidaknya, hingga 8 April, siklon atau angin puting beliung kencang itu secara tidak langsung menyebabkan 163 orang meninggal, puluhan orang hilang, dan puluhan ribu rumah dan bangunan rusak berat.
Tak sedikit fasilitas umum dan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara, dan jaringan listrik serta komunikasi terputus. Hingga saat ini, pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait, bersama Pemda dan pihak swata serta warga setempat berjuang untuk memperbaikinya. (MLA berdasarkan laporan Bone Jehandut, dari Jogyakarta).