BRI
Sabtu, 30 Desember 2023 19:43 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Daniel Ezparza
SAAT lonceng terakhir bulan Desember memudar, tahun baru terbentang di hadapan kita. Ada pilar-pilar abadi yang membantu kita menyambut babak baru ini.
Saat lonceng terakhir bulan Desember memudar, tahun baru terbentang di hadapan kita. Antusiasme yang diperbarui bercampur dengan kecemasan.
Apa yang akan terjadi pada Tahun Baru? Bagaimana kita dapat mengatasi ketidakpastian ini dengan (setidaknya beberapa) rahmat dan tujuan?
Bagi umat Katolik, jawabannya bukan terletak pada resolusi yang hanya sekedar konfeti, namun pada pilar harapan, iman, dan kasih yang abadi.
Tahun Baru tidak dianggap sebagai hari raya keagamaan besar dalam agama Katolik. (Sebaliknya, tanggal 1 Januari adalah: Hari Raya Maria, Bunda Allah.)
Ini tidak seperti Natal atau Paskah. Dan tetap saja, ini merupakan peristiwa penting yang ditandai dengan ucapan syukur dan penantian.
Kita mensyukuri perjalanan waktu, merenungkan tahun lalu dengan mensyukuri nikmat yang diterima dan memohon maaf atas kekurangan.
Kita pun menatap ke depan dengan hati penuh harap, berdoa memohon bimbingan dan rahmat Tuhan di tahun yang akan datang.
Harapan yang kita bawa di tahun baru bukan hanya bersifat pribadi. Seringkali, mereka meluas ke dunia yang lebih luas. Kami berdoa untuk perdamaian, keadilan, dan kesembuhan bagi planet kita dan penduduknya.
Kita mengingat janji Tuhan mengenai penciptaan yang diperbarui, dan harapan ini memperkuat komitmen kami untuk berupaya menuju masa depan yang lebih baik. Pengharapan bukan sekedar lamunan samar-samar, tapi tekad bulat untuk membangun Kerajaan Allah.
Iman kita pada kasih Tuhan yang tiada habisnya adalah kompas yang membimbing kita melewati wilayah Tahun Baru yang belum dipetakan.
Dalam lebih dari satu cara, pada akhirnya, iman adalah satu-satunya yang kita miliki. Kita percaya bahwa bahkan di saat-saat ketidakpastian, ketika kita harus buta, Tuhan akan menyertai kita, memimpin kita melewati kegelapan dan menuju terang. Keyakinan ini memperkuat tekad kita untuk menghadapi tantangan dengan keberanian dan kasih sayang.
Sedekah bukan sekedar sedekah. Ini menyiratkan secara aktif membangun jembatan cinta dan pengertian di dunia.
Dalam semangat Tahun Baru, kita berkomitmen kembali untuk melayani mereka yang membutuhkan, mengulurkan tangan dengan kebaikan dan empati, dan membuat perbedaan positif dalam kehidupan orang lain.
Sebagai umat Katolik, kita memasuki Tahun Baru tidak hanya dengan resolusi, namun dengan tujuan yang diperbarui, dipandu oleh cahaya harapan, iman, dan kasih amal.
Kita berdoa agar tahun ini penuh dengan rahmat Tuhan, di mana kita dapat menjadi alat kasih-Nya dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.
Tahun Baru adalah waktu untuk refleksi dan antisipasi, sebuah kesempatan untuk memperdalam iman kita, memperkuat harapan kita, dan membiarkan cinta bersinar terang di dunia. (Sumber: www.Katolikku.com)***