Rabu, 22 Juni 2022 11:16 WIB
Penulis:redaksi
BAJAWA (Floresku.com)- Meninggalkan warisan dalam bentuk pembangunan fisik tentu saja baik dan berguna. Namun, menjadi lebih lengkap jika meninggalkan legacy melalui karya-karya literasi sebagai sebuah jejak peradaban yang sangat penting.
Tradisi inilah yang dicoba untuk dikembangkan dengan menghadirkan buku-buku yang memiliki nilai-nilai budaya lokal, sejarah lokal, kearifan lokal, dan tokoh-tokoh lokal.
Dengan semangat berkontribusi memperkaya khasanah literasi dan kaderisasi, sebuah buku berjudul “Lorong Waktu - Bapak Jan Jos Botha” yang mengulas secara komprehensif biografi Bupati Ngada Pertama itu, segara diluncurkan pada tanggal 25 Juni 2022 mendatang.
Menurut rencana, buku “Lorong Waktu - Bapak Jan Jos Botha” akan diluncurkan secara resmi oleh Bupati Ngada Bapak Andreas Paru pada hari Sabtu, 25 Juni 2022, Pukul 10.00 WIT.
Dalam rangkaian acara peluncuran buku tersebut, juga akan diadakan Bedah Buku “Lorong Waktu - Bapak Jan Jos Botha” yang dipandu oleh Alex Dungkal, Jurnalis Senior sekaligus Penulis buku “Lorong Waktu - Bapak Jan Jos Botha” dengan host Dr. Niko Noy Wuli.
Selain memperkaya budaya literasi, kaderisasi menjadi titik perhatian dari kehadiran buku biografi ini. Suka atau tidak suka, kaderisasi memiliki peran vital untuk menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki hard-skill maupun soft-skill.
Penerbitan buku ini berawal dari bincang-bincang di antara anak-anak dan kerabat Bapak Jan Jos Botha untuk melakukan sesuatu hal, guna mengenang sosok yang wafat pada 21 tahun silam.
“Puji Tuhan, wujudnya kini ada di tengah kita. Sebagai anak, kami bangga, Bapak Jan dengan sepenuh hati telah mencurahkan perhatian, pikiran, waktu, dan tenaga untuk kepentingan keluarga, rakyat, daerah, bangsa, dan negara. Ia menjadi teladan kebaikan, kebajikan, dan keluhuran hidup seorang ayah, guru, pendidik, pemimpin, dan politikus,” ungkap Emanuel Botha, salah satu Putra Bapak Jan Jos Botha.
Penerbitan buku ini tidak lepas dari keterlibatan dan kontribusi sejumlah pihak. Antara lain Bupati Ngada, Andreas Paru; Ketua DPRD Ngada, Bernadinus Dey Ngebu; Mgr. Edwaldus Martinus Sedu, Pr; P. Dr. Philipus Tule, SVD; Mayjen TNI (Pur) Herman Musakabe; Prof. Dr. Andreas Lako (Alm); Emanuel Melkiades Laka Lena; Paul Edmundus Talo; dan Drs. Elias Djo.
Sementara itu, penghargaan setingi-tingginya juga diberikan untuk para nara sumber utama penulisan buku “Lorong Waktu - Jan Jos Botha” antara lain, Johanes Samping Aoh; Felix J. Pullu (Alm); Raymunda To Wea; dan Pater Jan Djawa, SVD.
Bupati Ngada Andreas Paru meyakini, buku “Lorong Waktu - Jan Jos Botha” akan memberikan kontribusi gagasan dan semangat terhadap seluruh upaya pembangunan di Kabupaten Ngada, dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Ngada 2021-2026, yakni “Terwujudnya Masyarakat Ngada yang Unggul, Mandiri, dan Berbudaya, Berbasis Pertanian dan Pariwisata Berwawasan Lingkungan.”
“Nilai-nilai kepemimpinan dan keteladanan hidup Jan Jos Botha yang menjadi insight di dalam buku ini, akan menginspirasi setiap Pemimpin Baru di Ngada, Aparatur Sipil Negara, para pelaku pembangunan, dan kaum muda dalam menjalankan tugas dan panggilan profesinya masing-masing,” papar Bupati Andreas.
Bupati Andreas juga menambahkan, “Kehadiran buku ini, semoga menjadi salah satu dokumentasi penting yang mengiringi sejarah dan peradaban Kabupaten Ngada, juga sebagai salah satu bentuk pewarisan nilai-nilai kepemimpinan dan keteladanan bagi generasi yang akan datang.”
Ketua DPRD Ngada, Bernadinus Dey Ngebu menilai penerbitan buku “Lorong Waktu - Jan Jos Botha” ini menjadi sangat penting dan menarik dalam konteks kekinian karena merekonstruksikan kembali pemikiran dan karya bakti Alm.Jan Jos Botha agar tetap hidup dalam alam pikiran anak-anak muda Ngada.
“Buku ini juga menjadi istimewa karena berbagai perspektif dengan sebuah konstruksi tentang dialektika, antara perubahan (change) dan keberlanjutan (continuity), menyertakan dialektika di antara “yang banyak dan yang satu” serta di antara “yang lama dan yang baru”.
Dialektika itu berlangsung tidak dalam kerangka kerja dualisme, namun dalam interelasinya yang berakar dualitas. Ini adalah karakter sesungguhnya Bumi Ngada bahwa yang lestari dan akan terus hidup adalah identitas-identitas etnik, ras, agama, dan yang akan selalu “baru” adalah kepemimpinan Ngada.”
Harapan juga datang dari Herman Musakabe, Gubernur NTT periode 1993-1998. Dengan membaca buku “Lorong Waktu-Jan Jos Botha” ini, para pembaca, terutama generasi penerus NTT, dapat memetik pelajaran berharga berupa nilai-nilai kehidupan dan kepemimpinan dari pendahulu sebagai warisan bekal hidup masa depan, lebih dari sekadar bernostalgia.
“Semoga dengan membaca buku, “Lorong Waktu - Jan Jos Botha” ini, para pembaca terutama generasi penerus NTT, mendapat pelajaran berharga berupa nilai-nilai kehidupan dan kepemimpinan dari pendahulu kita. Ini penting sebagai warisan dan bekal hidup di masa depan, lebih dari sekadar bernostalgia.”
Sebagai Penulis buku “Lorong Waktu - Jan Jos Botha”, Alex Dungkal juga mengaku sangat terhormat karena sosok yang ditulis adalah sang legenda yang telah memberikan hatinya, pikirannya, dan seluruh jiwa-raganya untuk rakyat Ngada kala itu.
“Selama lebih dari 10 tahun mempimpin Kabupaten Ngada, lebih dari 50 tahun berkiprah di partai politik (Partai Katolik dan Partai Golkar), dan lebih dari 30 tahun berkiprah dalam birokrasi pemerintahan di Provinsi NTT, hanya ada satu tambatan hatinya: Kesejahteraan Rakyat.
Sosok ini telah melewati ruang dan waktu cukup panjang untuk mewujudkan impiannya memajukan kesejahteraan masyarakat Flores dan masyarakat NTT umumnya. Makanya sangat pas prinsip hidupnya, ‘Kesejahteraan Rakyat Adalah Kebahagiaanku. Rakyat Bahagia, Saya Bahagia’ ditempatkan di halaman muka (dalam) tersendiri,” pungkas Alex sedikit memberikan bocoran mengenai isi buku.
Maka dari itu, untuk mengetahui lebih dalam, mengenang kembali sosok Bapak - Jan Jos Botha, hadirilah kegiatan Peluncuran dan Bedah Buku “Lorong Waktu - Jan Jos Botha”.
Ada banyak karya-karya monumental yang telah diperbuat Pak Jan dan juga keutamaan-keutamaan yang melekat dalam diri seorang Jan Jos Botha, yang akan dibedah dalam sesi Bedah Buku. Jangan sampai terlewatkan momen berharga ini! (SP/MAR). ***