Cinta
Kamis, 15 Agustus 2024 21:04 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
PERTANYAAN orang Farisi tentang perceraian dengan alasan apa saja tidak hanya untuk mencobai Yesus.
Tetapi, mungkin dilatarbelakangi oleh maraknya perceraian di zaman Yesus. Bisa juga untuk membenarkan macam-macam alasan untuk membenarkan perceraian yang terjadi.
Akhir-akhir ini ada banyak sekali pasangan menikah yang alami badai dan gejolak di sekitar kita. Ada yang pisah ranjang. Ada yang sudah tinggalkan isteri atau suami dan anak-anak, lalu bentuk pasangan baru.
Alasannya macam-macam. Bisa saja KDRT atau perselingkuhan atau penelantaran atau sudah tidak cocok atau tidak cinta lagi. Ada juga yang terpaksa mencari pasangan baru ketika ada di perantauan atau kesepian karena suami dan isteri tinggal terpisah dan berjauhan karena kerja.
Alasan-alasan di atas sering digunakan untuk membenarkan perceraian atau digunakan sebagai alasan untuk mengajukan anulasi perkawinan.
Yesus tidak menerima alasan apapun untuk membenarkan perceraian, kecuali perkawinan di antara dua orang yang punya hubungan darah sangat dekat arau incest, (Mat 19, 3-12).
Sebab alasan untuk membenarkan perceraian semata-mata karena ketegaran hati, kesombongan dan ingat diri. Suami atau isteri hanya mengutamakan kesenangan, kenikmatan dan keamanan diri. Ia tidak pedulikan perasaan dan nasib korban.
Karena itu, Yesus menekankan perkawinan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang berlangsung seumur hidup, sampai maut memisahkan.
Inilah perkawinan yang membahagiakan dan menjamin kesejahteraan pasangan dan anak-anak atau keluarga. Tujuan perkawinan adalah untuk kebaikan bersama suami-isteri, anak-anak dan keluarga.
Kita berdoa agar pasangan nikah, para imam, biarawan dan biarawati, setia pada pilihan hidup dan bertanggung jawab menghayati panggilan masing-masing untuk kebahagiaan setiap orang, kelompok, masyarakat, umat Allah dan demi kemuliaan Allah.
Kewapante, 16 Agustus 2024. ***