Pesan Inspiratif: Anjing Makan Remah-Remah yang Jatuh

Rabu, 07 Agustus 2024 07:49 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

gregor2.jpg
Pater Gregor Nule, SVD (Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule SVD

IBU atau mama adalah orang yang paling dekat dengan anak-anak dan  rela berkorban bagi mereka.

 Seorang ibu tidak pernah bisa tidur, makan atau buat sesuatu yang lain jika anaknya sakit. Rasa sakit, penderitaan dan tangisan anak menjadi penderitaan, rasa sakit dan tangisan ibunya.

Perikop Injil Matius 15, 21-28 menampilkan keprihatinan seorang ibu yang menjumpai Yesus dan mohon bantuan untuk kesembuhan anaknya. Ia berseru, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita".

Reaksi Yesus negatif. Yesus tidak menjawab, sepertinya tidak peduli. Bahkan para murid minta agar dia disuruh pergi agar tidak terus-menerus mengganggu.

Tetapi, ibu itu tidak tersinggung. Ia menunjukkan sikap iman dan pasrah. Ia menyembah Yesus dan  terus mohon belas kasihan, sambil berkata, "Tuhan, tolonglah aku".

Kata-kata Yesus menyinggung rasa dan sungguh menghina. Tidak pantas roti untuk anak-anak,  dilemparkan kepada anjing. Kata-kata kasar dan hinaan. Dia dan anaknya sepertinya disamakan dengan anjing. Bukan hanya binatang, tapi juga najis.

Tetapi,.ibu itu tetap tabah. Ia tidak membantah. Dan, bahkan ia menerima anggapan yang menghina itu. Harga diri sebagai manusia  dicoreng dan diinjak-injak.

Inilah tanda kerendahan hati dan kepasrahan kepada Yesus. Di hadapan Yesus, Putera Daud dan Anak Allah, ia merasa hina dan tak pantas.

Sikap rendah hati serta perasaan hina dan tak berdaya ini membuka pintu bagi karya Allah yang menyelamatkan. Inilah sikap iman yang membuka kesempatan terlaksananya rencana keselamatan bagi manusia.

Dan, anak itu menjadi sembuh karena iman teguh dan kepasrahan ibunya. Yesus berkata, " Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah padamu seperti yang  Kau Kehendaki". Dan, anaknya sembuh.

Kita belajar berkorban untuk kebaikan orang lain, khususnya anak-anak, orang sakit serta orang-orang miskin dan tak berdaya. Bagi orang miskin, sakit dan tak berdaya  kita mesti bersedia lakukan apa pun untuk menolong.

Bahkan keluh kesah, penderitaan,  rasa sakit dan rasa lapar mereka mesti menjadi keluh kesah, penderitaan, rasa sakit dan rasa lapar kita.

Karena itu, mungkin kita juga mesti korbankan materi, uang, waktu, perasaan, bahkan harga diri. Maka kita mesti jauhkan sikap sombong, angkuh dan ingat diri.

Hanya orang rela lupakan diri dan kepentingannya sanggup melayani orang lain dengan tulus, seperti Yesus, Anak Daud dan Juruselamat.  Semoga!

Kewapante, 07 Agustus 2024