Tuhan
Rabu, 03 Juli 2024 06:05 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
DALAM hidup sehari-hari kita jumpai orang yang sulit percaya. Ia selalu tuntut bukti. Ia persoalkan semua. Orang demikian sulit punya teman karena dia tidak percaya terhadap apa dan siapa pun.
Yesus memilih duabelas orang menjadi rasul-Nya. Mereka selalu ada bersama Yesus, mendengarkan pengajaran Yesus, menyaksikan mukjizat dan tanda heran serta karya besar yang dibuat oleh Yesus.
Yesus juga mengajarkan kepada mereka tentang jalan keselamatan manusia yang mesti ditempuh melalui penderitaan dan kematian di salib, namun pada hari ketiga Dia bangkit dan hidup.
Tetapi, banyak murid Yesus tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Tuhan. Mereka juga tidak percaya bahwa Yesus bangkit dan hidup setelah kematian di salib. Akibatnya mereka kecewa dan putus asa. Mereka berpikir bahwa semuanya telah sia-sia.
Orang-orang dekat Yesus yang sungguh percaya akan kebangkitan Yesus adalah rasul yang dikasihi atau Yohanes dan juga sejumlah wanita yang mengikuti Yesus sejak dari Galilea.
Sedangkan, salah seorang rasul yang tuntut bukti dan tanda supaya dia bisa percaya adalah Thomas yang disebut Didimus. Ketika berhadapan dengan kedegilan hati dan ketidakpercayaan Thomas, Yesus menegaskan bahwa sebetulnya orang tidak perlu harus melihat dulu baru percaya.
Karena itu, Yesus berkata, 'Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya", (Yoh 2, 29).
Kita tidak pernah melihat dan mendengarkan Yesus secara langsung. Maka hendaknya kita belajar untuk percaya kepada Tuhan, Sabda dan segala karya-Nya, meskipun dalam banyak hal kita tidak mengerti.
Sebab tanpa iman kita akan hidup dalam ketidakpastian. Tanpa iman kita akan mengalami kecemasan dan terus-menerus mempersoalkan segalanya di dalam hidup. Sebaliknya, dalam iman kita hidup tenang, aman dan damai.
Semoga Tuhan Yesus menuntun dan memberkati kita agar dalam keadaan apa pun kita senantiasa percaya dan berharap kepada Allah.
Kewapante, 03 Juli 2024. ***