Tuhan
Jumat, 01 November 2024 08:34 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
Setiap orang selalu berusaha mencari kebahagiaan. Dan, tidak ada seorang pun yang mau hidup susah, menderita atau hidup dalam pelbagai jemis kesulitan.
Tetapi, ada macam-macam cara dan jalan yang ditempuh untuk mencapai kebahagiaan itu. Mungkin jalan atau cara manusia untuk mengusahakan kebahagian berbeda dan bahkan bertentangan dengan jalan yang ditawarkan Allah.
Demikian pun pemaknaan tentang kebahagiaan itu sendiri. Paham Allah tentang kebahagiaan sungguh lain dari paham manusia.
Perikop Injil Mat 5:1-12a menawarkan Sabda Bahagia sebagai jalan tepat untuk memperoleh atau hidup dalam kebahagiaan sejati yang bersumber pada Allah.
Menurut Yesus seseorang bisa mengalami kebahagiaan sejati bila hidup miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati dan suci hatinya.
Seseorang juga bisa merasakan kebahagiaan sejati apabila ia bersedia membawa damai kepada orang lain atau hidup dalam damai, siap dianiaya demi kebenaran, siap dicela dan bahkan dianiaya oleh karena Yesus Kristus dan ajaran-Nya.
Perlu kita ingat, Tuhan selalu memelihara setiap orang yang taat dan setia. Tuhan juga memberikan imbalan yang sepadan kepada setiap orang yang rela berkorban untuk perkara-perkara yang besar dan bermakna bagi manusia dan dunia.
Satu hal yang saya angkat sebagai contoh untuk bandingkan perbedaan pandangan Allah dan manusia tentang kebahagiaan.
Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah...", (Mat :3).
Tetapi, mingkin tidak jarang kita dengarkan ungkapan yang sangat berbeda, seperti berikut,
" Berbahagialah orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya karena dia tidak pernah alami kesulitan apa pun dan punya banyak teman".
Kekayaan dan harta melimpah menjadi satu-satunya tujuan dan jaminan hidup bagi orang tertentu.
Pengalaman menunjukkan bahwa jika seseorang memiliki banyak uang dan harta, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah, suka bermusuhan atau mencurigai orang lain, suka membenci dan iri hati.
Maka harta kekayaan yang dimiliki bukannya mendatangkan banyak teman dan sukacita atau kebahagiaan sejati, melainkan stres, kecemasan dan ketidakpastian.
Karena itu, bagi kita hidup yang bahagia adalah hidup yang penuh makna bagi diri, sesama dan dunia. Dan hidup yang bermakna mesti dibangun di atas kasih dan damai sejahtera, serta dijalani dengan setia dan sukacita.
Semoga Tuhan Yesus memberkati .dan semua orang kudus mendoakan kita selalu!
Kewapante, 01 November 2024. ***