Doa
Kamis, 17 Oktober 2024 07:04 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
Allah memberikan tiga janji kepada Abraham yakni mendapatkan tanah yang kaya akan susu dan madu; menjadi bangsa besar, dan menjadi berkat bagi siapa saja.
Allah juga mengutus para nabi untuk menyalurkan rahmat dan berkat-Nya kepada orang-orang yang berkehendak baik. Mereka juga mewartakan Firman dan menunjukkan jalan keselamatan kepada orang lain.
Tetapi, para nabi justeru mengalami nasib malang. Mereka ditolak dan bahkan dibunuh oleh nenek bangsa Israel.
Yesus menuntut tanggung jawab orang-orang Yahudi atas pembunuhan para nabi malang itu.
Sebab dengan membangun makam para nabi yang dibunuh berarti orang-orang Yahudi, khususnya orang-orang Farisi dan ahli Taurat, setuju dengan tindakan pembunuhan di masa lalu (bdk Luk 11:47).
Sebagaimana turunan bangsa Israel menjadi saluran rahmat dan berkat Allah, demikian pun dosa pembunuhan para nabi ditanggung oleh anak dan cucu jika mereka tidak bertobat.
Nasib malang juga dialami oleh Yesus dan rasul-rasul-Nya. Seluruh gerak-gerik, tingkah laku dan pengajaran Yesus dimata-matai agar mereka menemukan sesuatu sebagai alasan untuk menangkap-Nya, (bdk Luk 11:53-54).
Yesus tidak gentar. Ia teguh dengan keyakinan dan tugas perutusan-Nya. Ia tetap berjuang sampai akhir.
Sebagai pengikut Yesus, kita mesti selalu sadar akan tugas perutusan kita, yakni mejadi saluran rahmat Allah kepada orang lain. Kita juga mesti perjuangkan kebaikan, kebenaran dan keadilan.
Kita juga mesti nasib perjuangkan orang-orang kecil dan para korban ketidakadilan.
Karena itu, kita mesti sadar akan tantangan dan hambatan yang bakal kita alami. Sebagaimana nasib para nabi, Yesus, para rasul dan umat Allah sepanjang sejarah yang harus selalu berjuang dan bahkan mesti rela berkorban, maka di zaman ini pun kita akan alami nasib serupa.
Hidup orang baik dan benar dari orang yang selalu memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kepentingan semua orang, khususnya orang-orang kecil, hampir selalu mendapat tantangan dan hambatan.
Tetapi, kita mesti tetap yakin bahwa Tuhan selalu menyertai hamba-hamba yang setia dan tekun memperjuangkan yang baik dan benar. Semoga!
Kewapante, 17 Oktober 2024. ***